JANYA

1. Aku Janya

[Hallo Sobat Malming...Perkenalkan aku Niki!!! Hanya sesosok manusia yang senang menulis dan bercerita yang mencoba mewujudkan mimpinya menjadi seorang penulis. Ini karya kedua ku di wattpad, boleh loh cek cek karya pertama ku judulnya 'Semua Ada Waktunya' ditunggu feedback nya sangat membantu sekali buat kuu. Sedang mencoba untuk konsisten menulis dengan niat akan post tulisan setiap Sabtu malam untuk menemani malam minggu kalian. Doakan ya..selamat membacaa]

********************************************************************************

Hari ini tidak akan aku lupakan dalam hidupku, hari dimana aku harus meninggalkan kota kami yang damai yang sudah sejak lahir aku ada disini, menghabiskan masa kecil hingga sekarang dan penuh akan kebahagiaan,tapi sekarang aku sudah tidak percaya arti bahagia karena bagiku semakin sering kita bahagia maka saat kebahagiaan itu pergi hanya sakit yang tertinggal. Jika semua ini tidak pernah terjadi mungkin aku akan menangis meninggalkan kota indah ini, meninggalkan semua kenangan indah disini. Tapi tidak hari ini, aku sangat ingin meninggalkan kota ini, pergi sejauh mungkin besama Ibu dan adik ku untuk memulai hidup baru, hidup damai kami yang dulu kami miliki.

***

Aku Janya, aku berumur 16 tahun. Entah aku masih ingin menggunakan nama ini atau tidak di kota baru ku nanti. Ingin rasanya aku membuang nama ini. Nama yang dulu aku banggakan kini aku muak dengan nama ini, tapi ibu ku melarangku mengganti nama ini, dia bilang sebenci apapun kita pada suatu hal, membuang nya tidak akan menghilangkan rasa benci kita tapi kita harus hidup berdamai dengan nya. Baiklah satu hal dalam hidupku yang tidak akan pernah aku langgar, yaitu janjiku. Dan aku sudah berjanji akan terus menuruti semua perkataan Ibu dan menjaga adik ku, karena hanya mereka yang tersisa di hidupku.

"Janya, kamu mau makan?" Tanya Ibu, membangunkan ku dalam lamun

"Tidak bu, aku masih kenyang. Ibu dan Banyu saja yang makan"

"Aka kenapa melamun terus dari tadi? Aka mabuk perjalanan ya??" Banyu yang sejak kami menaiki kereta terus bertanya kenapa kami pergi kini sudah melupakan pertanyaan nya, mungkin Ibu sudah memberikan jawaban yang menenangkan seperti biasa sehingga dia berhenti bertanya.

Banyu adik ku baru berusia 6 tahun, dia seperti anak laki-laki normal seuisanya yang sering bertanya banyak hal, dan Ibu adalah orang yang paling sabar menjawab semua pertanyaannya dengan jawaban menenangkan. Hanya satu pertanyaan Banyu yang Ibu tidak bisa menjawabnya, pertanyaan yang akupun ingin mengetahui jawbannya. Tapi aku sudah cukup dewasa untuk bisa mengetahui jawaban itu sendiri. Banyu adalah anak yang baik, dia adik yang periang dan penurut. Tidak ada yang hilang dari diri Banyu semenjak kejadian itu, Berbeda dengan ku yang benci dengan semua kenyataan kehidupan kami tapi tidak dengan Banyu dia tetap menjadi anak yang periang ,tapi satu yang aku sadari yang hilang dari diri Banyu semenjak kejadian itu..Banyu tidak pernah lagi menangis, untuk anak seusianya yang sering mengandalkan tangis untuk segala hal tapi tangis Banyu kini hilang. Hilang ketika kejadian yang membuat ku menangis tanpa henti dan ketika pertama kali aku melihat Ibu menangis.

"Tidak Banyu, Aka hanya masih kenyang saja. "

"Kalau begitu nanti Banyu belikan makanan kesukaan Aka ya waktu kita di stasiun" Oceh Banyu yang aku tanggapi dengan senyuman sambil mengelus rambut keriting nya

"Kamu benar tidak ingin ikut turun di Stasiun nanti Janya?"

"Tidak bu, aku disini saja"

"Yasudah, Ibu dan Banyu turun sebentar ya"

Aku mengangguk.

Kereta yang akan membawa kami ke ujung pulau ini sedang berhenti untuk mengistirahatkan mesin nya sejenak setelah 2 hari melakukan perjalanan. Aku tidak berselera untuk keluar dari kereta ini, Aku hanya ingin kami cepat sampai di kota baru kami. Lelah sekali rasanya, hampir selama perjalanan aku tidak bisa tidur di kereta ini. Kejadian buruk yang kami alami selalu mengusik tidurku, tiap aku mencoba untuk memejamkan mata selalu muncul kenangan pahit itu.