|starry starry night ⭐ ㅡjunho

Start from the beginning
                                    

yang sering kali ia lupakan,

itu minhee,

sungguh, kesadarannya yang belum terkumpul seutuhnya, namun ketidakhadiran sang belahan jiwa disisi lain kasurnya membuatnya gulana,

bahkan sisi kasurnya terasa dingin saat fabrik putih itu menyapu singkat telapak tanganya,

dengan tanpa aba - aba ia bangkit, mengakibatkan kepalanya sedikit pening, bahkan tubuhnya sejenak terhuyung tepat sebelum ia bertumpu pada kursi meja riasnya, untuk meyeimbangkan diri.

kaki jenjangnya terkadang terasa terlalu rapuh untuk menopang tubuhnya sendiri ㅡentah efek masih mengantuk, atau entahlahㅡ padahal tubuhnya sudah setipis ilalang di kebun terbengkalai milik tuan kim, pedagang buah langganannya,

entah sejak kapan minhee tidak terlalu merasa baik dengan kondisi tubuhnya sendiri.

perlahan minhee melangkah menuju dapur, mungkin segelas susu cokelat bisa menenangkannya dan mengantarnya kembali terlelap.

bibirnya tanpa bisa ia hentikan mengembangkan senyuman manis ketika melirik lampu ke arah kamar tidur tamu masih menyala,

"junho?"

suaminya ini selalu menggemaskan ketika sedang ngambek, padahal pertengkaran mereka kemarin malam hanyalah masalah sepele,

TOK

TOK

TOK

"junho?"

minhee mengetuk pelan pintu oak bercat putih gading itu, namun tak kunjung ada jawaban,

derik suara pintu dibuka mengisi ruangan ketika minhee perlahan mendorongnya,

disanalah cha junho, pria yang sudah sedah mengucap ikrar sehidup semati dengannya dua tahun lalu,

yang minhee yakini,
belahan jiwanya.

dengan nampan berisi dua mug susu cokelat yang masih mengepulkan uap beraroma manis, ia berjalan lambat memutari kasur tempat sang kekasih hati terlelap, kemudian meletakkannya pada nakas disisi kasur yang kosong.

presensi makhluk indah itu ia sadari, dengan mata masih menyipit, junho perlahan terbangun dari tidurnya,

"yang?" sapanya, belah bibirnya melengkung, membuat ketampanannya yang sudah jelas terpatri semakin menjadi jadi, bagaimana minhee tidak jatuh hati?

"aku bikin susu coklat nih"

"..hee, aku kangen kamu" ucap junho, terlalu lirih, dengan air wajah yang aneh, yang minhee yakini bukan hal yang perlu dibesar - besarkan, mungkin hanya efek cahaya yang sebatas temaram dari lampu tidur yang diletakkan dikedua sisi kasur,

si manis kini mengelus wajah junho lembut, dengan bibir tipisnya yang kini mngerucut sebal, "...kamu mau marah sama aku sampe kapan sih?"

"aku kangen kamu, hee" ucap junho lagi, "...kangen banget"

minhee mengikis jarak diantara keduanya, kemudian mengakup wajah sang suami dengan jemari lentiknya, "kan aku udah ada disini, yang" ucapnya, kemudoan twrsemyum manis, "udahan yuk marahnya, aku ngga suka tidur sendirian" lanjutnya,

junho masih terdiam ditempatnya, menatap wajah cantik itu lamat - lamat, ketidak percayaan terpatri jelas pada setiap inci wajah tampannya, seakan minhee hanya mimpi belaka,

kemudian menarik tubuh ramping itu kedalam dekapan hangatnya, sedangkan wajahnya kini sudah mendusel, menghirup dalam dalam aroma yang selalu menguar manis dari ceruk jenjang leher sang lelaki manis kesayangannya itu.

𝐒𝐏𝐑𝐈𝐍𝐊𝐋𝐄𝐒 ㅡall + minhee Where stories live. Discover now