05

3.2K 327 20
                                    

Beberapa hari ini Jaejoong tidak sekolah. Yunho memandang kursi di sampingnya, ia merasa khawatir, menyesal dan ia merindukan pria itu. Yunho benar-benar menyesal, kini ia tau apa yg dirasakan oleh Jaejoong. Semua murid memandangnya aneh, mereka berbisik menggosipkannya dan menertawakannya, tapi Yunho tidak peduli.

Yunho berjalan menuju kantin sekolah dan semua murid memandangnya aneh. Mata mereka tidak lepas memandangnya. Yunho hanya diam, tidak peduli.

'Jae. Inikah yg kau rasakan?' Batinnya.

Ada rasa sakit yg ia rasakan, bukan karena pandangan orang terhadapnya, tapi karena ia tidak bisa membayangkan bagaimana Jaejoong dulu. Seperti apa rasa sakit yg dirasakan pria cantik itu? Yunho tidak bisa membayangkannya.

Dan akhirnya ia hanya bisa memandang makan siangnya. Ia bahkan tidak berselera untuk makan. Ia hanya ingin satu hal, melihat wajah Jaejoong. Yunho merindukan pria cantik itu.

Pria bermata musang itu duduk dengan gelisah, ia melihat jam tangannya. Lama sekali bel pulang berbunyi. Ia ingin ke rumah Jaejoong, memastikan pria itu baik-baik saja.

Begitu bel berbunyi, dengan cepat Yunho memasukkan bukunya. Ia langsung berlari keluar, tak peduli dengan beberapa murid yg ia tabrak. Yg ada di pikirannya hanya satu.

Kim Jaejoong.

***

Yunho menekan bel rumah Jaejoong sekali lagi. Ia sudah menunggu lumayan lama, namun tidak ada yg membukakan pintu. Ia pun mengetuk pintu rumah itu kasar. Beberapa saat kemudian terdengar langkah kaki mendekat.

Ceklek..

Jaejoong membuka pintu rumahnya, ia terkejut melihat Yunho berdiri di depan pintu. Tanpa mengatakan apapun Jaejoong langsung menutup pintu itu, namun tak bisa. Yunho menahan pintu dengan kakinya.

"Jae." Ucap pria itu.

"Pergi." Jaejoong mendorong Yunho, pria itu mundur beberapa langkah dan Jaejoong langsung menutup pintu rumahnya.

Yunho menghela nafas panjang. Ia melangkah menjauh, saat sampai di halaman rumah Jaejoong. Pria itu berbalik, menatap jendela lantai dua rumah Jaejoong. Ia melihat tirai itu terbuka dan seseorang memandangnya dari jendela itu. Orang itu adalah Jaejoong. Beberapa saat kemudian pria itu menutup tirai jendela.

Jaejoong tidak peduli, ia kembali berbaring di atas ranjangnya. Ia butuh menenangkan pikirannya, semuanya terlalu menyakitkan. Entahlah,ungkapan cinta Yunho terus terngiang di telinganya. Ia tidak ingin mempercayai semua ucapan pria itu, namun tidak mungkin pria normal berani menciumnya. Tidak mungkin pria yg telah mengaku bukan gay itu berani mengatakan kalimat itu dengan lantang.

Apakah itu cara agar ia menerima permintaan maaf dari pria itu?

Atau pria itu memang serius dengan ucapannya?

Jaejoong tidak mengerti dengan semuanya. Jika memang dia serius, kenapa baru datang sekarang?

Kenapa Yunho mengusik hidupnya setelah hampir 3 tahun mereka berpisah?

Untuk apa pria itu memohon padanya setelah ia hampir sepenuhnya bisa bangkit dari keterpurukannya?

Jaejoong menyelimuti tubuhnya,ia memilih tidur saja. Tak ada gunanya memikirkan pria seperti Yunho.

***

Jaejoong terbangun dari tidurnya karena suara petir. Ia mengerjap pelan lalu menguap.
"Ugh.. sepertinya hujan deras." Ucapnya.

Jaejoong beranjak bangun, ia mengucek matanya sambil berjalan menuju jendela. Pria cantik itu menyibak tirai jendela, terlihat langit sudah gelap. Rupanya sudah malam, Jaejoong memandang air yg jatuh, tetesan itu membasahi jendelanya.

Matanya mengikuti air yg jatuh ke bawah. Dan ia terpaku, melihat seorang pria berdiri di depan rumahnya. Pria itu masih memakai seragam sekolah, terus berdiri diam. Tak peduli dengan hujan yg telah membasahi pakaiannya. Tubuhnya sedikit bergetar, menahan dingin yg menusuk tulangnya.

Jung Yunho!

Jaejoong merasa sesuatu di dalam dadanya bergetar, ia tidak tau rasa apa itu. Di satu sisi ia ingin menghampiri Yunho, namun disisi lain ia merasa harus mengacuhkan pria itu. Ia akhirnya hanya diam menatap Yunho yg masih berdiri. Perlahan pria itu mendongak dan pandangan mereka bertemu. Jaejoong terdiam sebentar melihat wajah Yunho yg terlihat sedih. Ia akhirnya menutup kembali tirai jendelanya.

"Persetan dengannya. Dia pikir aku akan peduli?" Ucap Jaejoong. Ia mengambil ponselnya untuk melihat jam.

20:03

'Belum tengah malam, ia pasti akan pulang jika sudah larut malam.' Pikir Jaejoong. Pria cantik itu keluar dari kamarnya, ia merasa lapar lalu mandi. Lebih baik ia melakukan kegiatannya daripada memikirkan Yunho.

***

Jaejoong keluar dari kamar mandi. Ia menggosok rambutnya yg basah. Setelah mengenakan piyamanya, ia berbaring lagi di atas ranjangnya. Memainkan ponselnya dan bermain game. Baru beberapa saat ia bermain game, ia berhenti karena merasa tidak konsentrasi memainkan gamenya.

'Kenapa aku terus memikirkannya?' Batin Jaejoong.

Ia ingin melihat lagi pria itu, namun tidak jadi. Jaejoong memilih memejamkan matanya. Ia memilih tidur lagi. Mungkin saja Yunho sudah pulang, hujan juga sudah berhenti. Jaejoong akhirnya terlelap lagi, ini adalah satu-satunya cara agar Yunho tidak mengganggunya lagi.

Jaejoong kembali terbangun, kali ini jam sudah menunjukkan pukul 03:50. Ia ingin ke toilet, baru saja menginjakkan kaki di lantainya. Ia bergidik merasakan dinginnya lantai kamarnya. Hujan kembali turun, dan semakin deras. Beberapa saat kemudian ia keluar dari toilet, bersiap tidur lagi. Tapi ia merasa penasaran. Akhirnua Jaejoong berjalan ke arah jendelanya. Menyibak tirainya lagi.

Betapa terkejutnya ia. Disana Yunho masih diam, di tengah hujan. Namun kini pria itu terduduk dan menunduk dalam. Jaejoong langsung berlari keluar, ia menghampiri Yunho.

"Yun." Panggil Jaejoong, ia menyentuh pundak Yunho. Pria itu hanya diam, Jaejoong menjadi khawatir.

"YUNHO." panggilnya lagi. Ia berjongkok, menyentuh wajah Yunho. Mendongakan kepala pria itu.

Dingin!

Sangat dingin!

Airmata Jaejoong keluar, dengan sekuat tenaga ia memapah tubuh Yunho. Tubuh pria itu begitu dingin dan kaku. Mungkin karena terlalu lama berdiri dan kehujanan. Yunho berusaha berbicara, namun tidak bisa. Ia merasa kram, seluruh tubuhnya kaku dan kedinginan.

Sekuat tenaga Jaejoong membawa Yunho ke dalam. Ia membaringkan pria itu di sofa ruang tamunya. Kemudian mulai melepaskan pakaian Yunho. Ia tidak sempat gugup karena terlalu panik. Setelah melepaskan sepatu, baju dan celana panjang Yunho. Jaejoong langsung berlari menuju kamarnya, mengambil selimut cadangan di lemarinya lalu segera menyelimuti tubuh Yunho.

"Ja-jae." Ucap Yunho terbata. Bibirnya bergetar karena kedinginan. Namun rasa senang menyelimuti hatiya karena Jaejoong mengkhawatirkannya.

"Diamlah Yun. Aku akan membuatkanmu minuman hangat, aku juga sudah menghidupkan penghangat ruangan Yun." Ucap Jaejoong.

Yunho hanya bisa pasrah, ia bahkan tak punya tebaga sekarang.

***

Jaejoong membawakan Yunho teh madu hangat. Tubuh pria itu masih menggigil, Jaejoong menaruh nampannya di meja depan sofa lalu mendekati Yunho. Ia menjadi bingung, apa yg harus ia lakukan sekarang?

"Yun, minumlah dulu."

Jaejoong segera mengambil sendok, menyendok teh itu lalu menyuapkan pada Yunho. Yunho hanya bisa membuka mulutnya sedikit. Jaejoong terus menyuapkan teh itu pada Yunho. Beberapa saat kemudian tubuh Yunho berhenti menggigil. Jaejoong bernafas lega. Ia menaruh telapak tangannya di atas kening Yunho. Sudah tidak sedingim tadi, Jaejoong duduk di bawah, bersandar pada sofa tempat Yunho berbaring.

Jaejoong kini menyadari, perasaan itu masih ada. Perasaan yg dulu pernah ia rasakan pada pria yg kini bersamanya.



Jangan lupa voment ya😘😘😘

I'm not gay, but I LOVE YOUWhere stories live. Discover now