Pertemuan

1.2K 40 0
                                    


Hujan mengguyur kota Surabaya dengan lebat. Lebih dari satu jam hujan turun di kota Pahlawan. Namun dibawah derasnya hujan seorang gadis sedang berjuang, ia sedang kebingungan karena sedang tertimpa musibah.

Ibunya sedang berjuang melawan penyakitnya di salah satu rumah sakit di Surabaya. dan Ibunya sedang membutuhkan biaya yang cukup besar untuk operasi. Semua tabungan dan barang miliknya sudah terjual untuk menutup pengobatan yang lalu, ternyata pengobatannya harus berlanjut lagi karena kondisinya belum juga pulih.

Dila, gadis berusia dua puluh tiga tahun yang harus menghadapi masalahnya sendiri. Ia sudah tak memiliki Ayah sejak kecil. Bukan meninggal, namun pergi entah kemana, hanya Ibunya lah orang tua satu-satunya yang ia miliki, namun ternyata Ibunya sakit jantung dan diabetes. Kini ia menghadapi masalahnya seorang diri, tak ada satupun yang membantunya.

Ia mencari pinjaman kemana-mana, namun hasilnya nihil, ia menangis dibawah halte seorang diri. Halte usang untuknya berteduh dari terpaan air hujan, atap halte di beberapa bagian berlubang, sehinga hujan dengan bebas mengenai tubuhnya yang lemah. Ia tumpahkan segala kepedihannya dibawah air hujan. Ia tak tau kemana lagi harus melangkah.

Petir menyambar, tak sejengkal pun gadis itu bergeser dari tempat duduknya. Ia cukup bersedih karena masalahnya, sehingga ia tak memperdulikan sekitar.

Dila duduk sambil melipat kakinya, ia menangis tergugu  sambil menutup wajahnya dengan kedua lututnya. Dan beberapa saat kemudian, tiba-tiba ada seseorang membawa payung dan menutupi tubuh Dila dari terpaksa hujan. Dila mendongakkan kepalanya, tampak di depannya seorang laki-laki mengenakan setelan jas hitam.

Matanya yang sembab menatap laki-laki di depannya. Ada rasa takut karena ia sedang sendiri di tempat yang sepi.

"Jangan berteduh ditempat yang tak bisa kau gunakan untuk melindungi tubuhmu," ucap laki-laki itu.

"Jangan ikut campur, pergilah! Aku ingin sendiri." Dila memasang wajah penuh kebencian, namun tetap saja ia terlihat takut.

"Masuklah ke mobilku, aku antar ke rumahmu," ucap laki-laki itu.

"Nggak, terima kasih, aku nggak butuh tumpangan," ucap Dila ketus.

"Nggak akan ada bus yang mau mengangkut penumpang yang basah kuyup dan berwajah berantakan sepertimu," ucap laki-laki itu datar.

Dila mengisi air mata dan air hujan di pipinya dengan kasar, "pergilah, aku ingin sendiri, biarkan aku disini!"

Lelaki itu dengan sigap menarik tangan Dila, dengan setengah menarik lengan Dila, ia membawa Dila masuk ke dalam mobilnya.

"Apa-apaan ini? Kamu mau menculikku?" bentak Dila saat sudah di dalam mobil. Dila berusaha turun. Namun pintu menutup otomatis. Lelaki yang membawanya sudah masuk mobil dan mengemudikan mobilnya tanpa memperdulikan makian Dila.

"Aku akan teriak! Akan aku laporkan kamu ke polisi!" ancam Dila.

"Diamlah dan tenang," ucap laki-laki itu datar, ia melempar handuk kecil ke wajah Dila. "Bersihkan dirimu dulu," ucap laki-laki itu.

Entah kenapa Dila menjadi diam, ia tak lagi mempunyai tenaga untuk memaki lelaki itu, mungkin karena ia sudah lelah.

"Percuma saja kamu culik aku, nggak akan ada yang mau menebusku, kalau kamu ingin memperkosaku, silahkan saja, aku sudah terpapar virus HIV." Dila berusaha bersikap tenang.

Lelaki itu tak menanggapi ucapan Dila, ia hanya konsentrasi pada kemudinya. Tak lama mobil yang mereka kendarai memasuki rumah mewah pinggiran kota Surabaya.

"Turun!" ucap lelaki itu sambil membuka pintu mobilnya.

Dila turun, ia melihat ke segala penjuru. Dalam hati ia membayangkan, entah bagaimana nasibnya setelah ini.

PERNIKAHAN RAHASIADonde viven las historias. Descúbrelo ahora