Zayn Malik Love Story - The Unexpected (4)

Start from the beginning
                                    

“Jenny , please stop it.” Liam menarik tubuhmu dari ranjang Zayn dan menghamburmu dalam pelukannya. Ia merengkuhmu erat. Membiarkan Kristal-kristal kepedihanmu menetes dari kelopakmu yang kian sayu. Kau meronta. Berusaha melepaskan diri dari Liam. Kau masih ingin membangunkan Zayn. Kau masih ingin melihat kelopak mata itu terbuka. Kau masih ingin melihat senyumnya. Kau masih ingin mendengar tawanya. Kau masih ingin merasakan sentuhannya. Kau masih ingin.. DIA!

“Z-za-ayn. Za-ay-yn,” panggilmu serak. Tapi Liam tak membiarkanmu pergi. Ia malah membekapmu dalam pelukannya yang lebih dalam lagi. Menyilahkanmu menangis tersedu akan kejadian ini. Kau mencengkram coat belakang Liam erat. Teramat kuat hingga Liam menyadari bahwa gadis yang tengah dipeluknya sekarang amatlah terpukul akan kematian sahabatnya. “Why? B-but, why Liam? Wh-hyy?” rintihmu terbata di sela-sela senggukanmu. Kau mulai kehilangan suaramu. Suaramu berubah menjadi desahan putus asa yang terdengar menyakitkan, menyedihkan dan memilukan hati siapapun orang yang mendengarnya.

Liam melepaskan pelukannya dan berbicara padamu. “Listen, it’s the last time, Jenny. Last.. You should use this chance. Tell everything you want to be heard by him. Everything. Eventough he can’t listen. Eventough he can’t reply. Eventough he can’t respond. Just tell him.” Ucapnya bijak dengan tetesan air mata yang mengalir lembut di pipinya.

Perasaanmu hancur. Dan kau mencoba untuk mengontrolnya. Hanya untuk kali ini saja. Kali ini kau ingin mengucapkan kalimat terakhir untuk Zayn. Agar ia bisa mendengarnya senang sebagai pengakuanmu atas semua kenangan yang telah kau lalui bersamanya. Ya, semua kenangan manis itu.

Kau menarik nafasmu dalam-dalam, menghapus jejak air matamu dan beringsut mendekati ranjang Zayn. Ranjang terakhir yang ditidurinya.

“Zayn, I hate.. I hate to hide it off. I’m tired to show it off. I tried to neglecting it, but it can’t be happened. It do grows bigger and I don’t care about you and other people think. The one and the only you should know.. is my feeling. Yeah, I love you, Zayn. I love you as a man. I love you as a friend. I love you as a dad. I love you as.. everything. Yesterday, today.. even maybe.. forever.” Dan kau mengecup kening putihnya untuk kali pertama. Kau mengecupnya lama. Bibirmu merasa dingin ketika mendaratkannya pada dahi Zayn. Ini.. ini kecupan pertama dan terakhir yang kau berikan pada lelaki yang kini tengah tertidur damai dalam kalbu Tuhan.

Kau menjauhkan dirimu dari ranjang Zayn. Usai sudah pengakuanmu di hadapannya. Melakukan itu memanglah teramat berat untukmu. Meskipun ia tak akan pernah tahu perasaanmu. Meskipun ia tak bisa mendengarnya. Meskipun ia tak bisa membalasnya.. Kau ikhlas. Kau teramat ikhlas meskipun hatimu telah berubah wujud menjadi puing-puing kecil keperihan.

Dan meneteslah air matamu lagi. Tetesanmu kian menderas dan bahkan.. Bahkan kau melihat mata Zayn yang menteskan air mata juga. Sebuah buliran bening terakhir yang menuruni pipi kirinya lembut. Buliran yang semakin menyayat hatimu tajam. Buliran yang semakin membuatmu tak bisa mengatasi kepedihan yang kau alami sekarang.

Seketika tangisanmu pecah.. kau bahkan merasa tak sanggup menumpukan tubuh pada kedua kakimu hingga Liam harus menahan kedua lenganmu supaya kau tidak jatuh. Untuk kali ini lagi, Liam merengkuhmu erat. Disusul dengan beberapa dokter dan suster yang masuk. Mereka mengelilingi ranjang Zayn dan mendorong benda itu keluar. Keluar dari ruangan itu. Keluar dari kedukaanmu. Keluar dari kesedihanmu. Keluar dari kehidupanmu. Keluar dari riwayatmu.

Zayn telah tiada.

(—-0—-)

31 Desember 2011 | 11.55 p.m.

Lima menit lagi, hari ini akan berganti besok. Lima menit lagi, tahun baru akan tiba. Lima menit lagi, kau akan berumur 18 tahun. Lima menit lagi, kau akan menjalani hari pertamamu tanpa Zayn. Tanpa tawanya, suaranya, senyumannya, gurauannya.. Tanpanya. Dan kau masih belum bisa merelakannya. Hati kecilmu masih teramat sakit menghadapi kenyataan ini. Perih yang masih menyayat hatimu hingga sekarang.

Di sini lah kau sekarang. Duduk di salah satu ferris wheel, dimana tempatmu berpijak berada di puncaknya. Menawarkan pemandangan pelabuhan terindah yang pernah ada. Pemandangan itu disirami oleh kilauan warna-warni cahaya. Yang dapat membuat setiap orang berdecak kagum pabila melihatnya.

Tapi kau.. kau tak menikmatinya. Kau hanya memandang semua itu dengan tatapan kosongmu. Termenung dan terdiam sendiri dalam kesedihanmu. Matamu sembap, hidungmu merah, raut mukamu sangat kacau dan suasana hatimu.. tak pernah lebih buruk daripada sekarang.

Kau membuang muka dari hamparan laut indah dengan kerlipan cahaya permukaannya yang tersapu purnama. Manikmu memandang  wahana lain yang dapat kau lihat sempurna dari ketinggian ini. Menyapukan pandanganmu pada permainan taman hiburan yang terlihat menyenangkan di bawah sana.

Sejenak, kau memandangi permainan-permainan itu.. Merry go round, roller coaster, flying seat, bumper car, pirate ship.. Semuanya telah kau coba. Dan kesemua itu terasa menyakitkan matamu. Memerihkan hati yang mengenang kenanganmu bersama Zayn pada setiap wahana tersebut. Kini benakmu hanya terisi oleh putaran film akan semua kejadian yang telah kau lalui bersamanya. Dari pertama kau mengenalnya, pertama kau berteman dengannya, pertama kau bermain dengannya, pertama kau merasakan perasaan itu.. Semua terbingkai indah dalam ingatanmu. Sangat indah hingga kau sadar bahwa kau tak rela kehilangan kesempatanmu tuk menikmatinya lagi. Teramat tak sanggup menghadapi perasaanmu sendiri.

Terutama di tempatmu menghempaskan tubuh sekarang. Amat banyak waktu yang kau habiskan bersama Zayn di sini. Hingga membuat terbuai jatuh dalam perasaanmu akan dirinya. Jatuh teramat dalam hingga kau tak sanggup untuk keluar dari perasaan itu.

Di atas pahamu, terpangku sekotak kecil hadiah. Terbungkus manis oleh kertas flowey biru yang terkesan vintage. Dimana dari sisi-sisinya teruntaikan tali putih yang dipitakan menjadi satu pada bagian tengahnya. “Zayn’s.” Itulah ucapan Liam yang terngiang dalam benakmu ketika ia menyodorkan kotak kecil ini. Mendadak tanganmu kelu. Tatapanmu terpaku pada kotak itu dan hatimu merasa nyeri lagi. Nyeri yang kian perih seiring peratapanmu akan semua hal yang telah kau lalui bersama Zayn selama ini. Tapi kau harus tahu apa yang ada di dalam hadiah tersebut. Tak bisa dielakkan bahwa hati kecilmu penasaran dan heran akan apa yang ada di dalamnya. Ya, di dalam kotak hadiah terakhir Zayn padamu.

Kau menegakkan tubuhmu, mengontrol perasaanmu, menghirup-hembus nafas dalam dalam dan perlahan kau tarik pita yang mengikat kotak itu lalu membuka tutupnya.

DEG!

------------------------------------ END OF THIS CHAPTER ---------------------------------------

COMMENT PLEASEEEE :D

Zayn Malik Love Story - The UnexpectedWhere stories live. Discover now