Zayn Malik Love Story - The Unexpected (3)

Start from the beginning
                                    

Setengah hari ternyata kau lalui dengan tidak sengaja tertidur di bangku tempatmu duduk. Memimpikan masa-masamu bersamanya, bersama orang yang mengisi lembar-lembar kosong hidupmu. Tapi seketika, ketika suara itu datang.. mimpi itu kandas. Berubah menjadi sesuatu berwarna hitam dalam benakmu. Hitam dan kelam. Menyiratkan hal buruk yang berbekas di fikiranmu.

Hingga akhirnya, manikmu mengerjap melihat bayangan orang yang masih terlihat samar di sampingmu. Kau masih berusaha mengakomodasikan matamu kembali normal, sedangkan bayangan itu makin berbentuk seiring dengan getar suaranya yang kian tertangkap jelas oleh telingamu.

“It’s me, Liam.” Ujarnya singkat dengan nada panik dalam ritme suranya.

“Liam..? Why are you here?” tanyamu lemas masih dengan kesadaran manusia yang baru saja bangun dari tidur. Dialah Liam-teman Zayn-yang telah mengguncangmu tadi. Kau baru sadar sepertinya Liam tengah menyamar. Dengan topi-yang menutupi seluruh rambutnya, kacamata nerd dan syal tebal, sepertinya sukses membuat orang yang berlalu-lalang tak menandai kehadirannya. Ia adalah salah satu personil 1D-bentukan X-Factor, dimana boyband tersebut sedang naik daun dalam kancah perindustrian musik dunia. Boyband yang memasukkan Zayn sebagai salah satu personilnya-juga. Yeah, Zayn mencapai puncak kesuksesan karir keartisannya melalui itu.

Tapi ia.. ia masih selalu ada untukmu. Tak peduli sesibuk apa dia. Ia masih menepati janji itu. Bahkan mungkin, kaulah yang terlewat egois. Selalu memikirkan diri sendiri, tanpa memikirkannya. Selalu menuntutnya ada untukmu, sedangkan jika ia membutuhkanmu kau tiba-tiba saja menghilang. Terhanyut dengan kesibukanmu sebagai mahasiswa universitas. Kau sadar. Kau salah. Sial, mengapa kau baru sadar hal itu sekarang?

“Jen, getting your conscious first! Zayn! Zayn.. Zayn..” ucap Liam mengakhiri kalimatnya tergagap. Ketika nama malaikat pelenyap kekelabuan hidupmu disebut, kesadaranmu langsung pulih 100%. Mengaktifkan seluruh syarafmu, meningkatkan tekanan darahmu dan membuat gemuruh hebat di dadamu.

“What? Where is he?” tanyamu panik. Ia tak menyahut pertanyaanmu. Liam hanya memandangmu penuh arti dengan raut mukanya yang terlihat sedih. Teramat sedih. Bekas tangisan terlihat membekas di kelopak matanya, membuat bagian bawah alat penglihatannya itu sedikit membengkak. Hidung mancungnyapun turut memerah. Memperjelas kesenduan yang ia alami. Ada apa dengannya? Apa hubungannya dengan Zayn?

“Zayn.. He.. Jesus, how can I tell you about that? God..” Gumamnya sendiri yang semakin membuatmu lebih panik dari sebelumnya.

“Liam, be serious! Where is he now?” tanyamu lagi dengan rasa cemas teramat sangat yang tiba-tiba hinggap dalam hatimu. Sebersit pemikiran negatif-pun mengisi benak fikiranmu. Tapi semua itu berusaha kau tepis secepat mungkin. Karena kau masih yakin, bahwa Zayn.. tak kenapa-napa.

“Hospital..” jawabnya dengan nada setenang mungkin. Seketika kau gelisah. Salah satu organ tubuhmu mengalami keterjutan mendadak yang entah mengapa menjadikan perasaanmu tidak enak pada Zayn.

“Hospital? Is he sick?” tanyamu khawatir.

“No..” Jawab Liam pelan dengan hembusan nafasannya yang memberat. Seolah-olah ia menahan beban berat dan menyembunyikannya dalam kesedihan yang ia alami.

“Then?

“..He.. He dead..” sontak kalimatnya membuat dadamu bergemuruh seru. Nafasmu tertahan. Kau tak percaya padanya. Tadi pagi kalian masih berkomunikasi. Kau masih dapat melihat mukanya, mendengar suaranya, tawanya, gurauannya.. Tapi, mengapa Liam tiba-tiba berkata seperti itu? Tidak. Dia hanya mempermainkanmu. Kau mencoba untuk menetralkan hembusan nafasmu yang tiba-tiba saja tidak teratur dan mulai meyakinkan dirimu sendiri bahwa Zayn.. baik-baik saja.

Lalu kau tertawa kecil. Tawa yang dipaksakan. Tawa yang menurut Liam sama sekali tak lucu. Tawa yang tiba-tiba membuat dadamu kian perih dari sebelumnya.

Zayn Malik Love Story - The UnexpectedWhere stories live. Discover now