Chapter 4

11 1 0
                                    

Sekitar sepuluh menit akhirnya Zahra sampai di rumah, rumahnya cukup besar memiliki taman yang ditumbuhi  tanaman hias tertata dengan rapi. Rumah ini adalah hasil jerih payah ayahnya bekerja, mulai menjadi OB sampai sekarang ia pemegang sebuah cabang perusahaan yang dihadiahkan oleh bos ayahnya yang baik hati, mungkin karena kinerja Fadly –Ayah Zahra– sangat bagus sehingga diberi kepercayaan oleh bosnya.

"Assalamualaikum," salam Zahra memasuki rumah.

"Waalaikumsalam," jawab Adelia. "Kamu udah pulang, cepatan ganti baju, makan. Kakak udah masak tadi," ucapnya melanjutkan aktivitas menyapu.

Mereka tidak menggunakan jasa pembantu, pekerjaan rumah  dikerjakan oleh Zahra dan kakaknya kerena mereka dari kecil sudah didik untuk rajin dan mandiri tampa ketergantungan terhadap orang lain.

****

Hari sudah malam. Burung hantu dan suara jangkrik yang bersahutan mengisi kesunyian yang mencengkram.

Krik ... krik ... krik

Zahra berdiri di atas balkon menumpukan sikunya ke besi pembatas dengan secangkir teh hangat ditangannya. Menyesapi setiap tetes airnya, sembari menatap langit yang penuh bintang.

Dari sini ia dapat melihat bintang berkedip terang, warna terang yang mendamaikan hati yang mendung. Warna yang membuat langit gelap tersebut lebih berwarna.

"Nikmat Tuhan mana yang engkau dustakan?" gumam gadis itu.

Angin malam menusuk kedalam kulit Zahra, segera ia menutup pintu dan meringkuh ke dalam selimut putih.

****

Pagi itu Zahra di telpon oleh Megna, sepupunya  ingin menumpang ke sekolah, karena mobilnya di bengkel. Zahra mengerlingkan mata malas, rumahnya dan Megna sangat jauh, dan ia harus menjemput sepupu bawelnya itu.

Zahra pun sudah siap berangkat dengan mengendarai mobil biru kesukaannya ia melaju pelan ke arah rumah sepupunya.

Setelah menunggu beberapa menit, Megna tampak keluar dari gerbang rumahnya, ia sibuk menata bedak yang belum rapi, kebiasaan gadis itu membawa alat make up ke sekolah padahal sudah di larang. Zahra menghela napas berat.

"Ayo!" ajaknya yang sibuk mempoles bibirnya pakai liptin.

"Dari dulu kamu gak berubah ya Meg," ucap Zahra menggeleng-geleng heran.

Megna masih sibuk menata make-upnya tidak menghiraukan perkataan Zahra, baginya penampilan adalah hal utama, Karena ia ingin memikat hati sang pujaan hati 'Ramdan'.

Akhirnya mereka pun sampai, setelah memarkir mobilnya, Zahra dan Megna pun melangkah menuju kelas masin-masing. Sesampainya di depan pintu kelas, semua orang menertawakan kehadiran Zahra, mereka pun berbisik-bisik sembari menunjuk ke gawai mereka dan menatap gadis yang tengah cengo dan mereka lagi-lagi tertawa.

"Nah, ini artis kita, yang kemarin konser di kelas," ucap Genta dengan nada mengejek.

"Hahaha, silakan lewat tuan putri," ucap David tertawa dan diikuti oleh semua murid lainnya.

Zahra berjalan menunduk melewati orang-orang yang menertawakannya. Sesampainya di bangku ia menanyakan kepada Alyssa kejadian apa yang telah terjadi padanya, sehingga ia dipermalukan seperti itu.

"Maafin gue. Gue gak tau harus bagaimana kemarin, gue gak bisa cegah Genta dan David buat ngerjain lu, lihat nih," ujar Lisa memperlihatkan vidio Zahra yang sedang tidur.

Zahra menatap sedih, Lisa pun menjelaskan semua kejadian kemarin, bagaimana ia berusaha mencegah perlakuan Genta dan sahabatnya, dia diancam untuk akan melakukan hal sama pada dirinya.

Vidio Zahra sudah beredar di seluruh  lingkungan sekolah, saat melewati koridor menuju kantin gadis itu mendengarkan semua siswi berbisik sesuatu tentang dirinya.

'Abaikan saja mereka, Zah. Toh kamu hidup bukan hasil uang dari orang tua mereka.' batin Zahra menguatkan diri.

Zahra meneruskan langkahnya ke kantin, sampai di sana semua mata menatap ke arahnya, ia pun menunduk menatap lantai keramik yang berwarna putih bersih. Samar Zahra mendengar bisikkan adik kelas yang tak jauh dari tempat ia berdiri.

"Nah, itu cewek yang berbeda di vidio kemarin kan?" tanya adik kelas itu ke teman sebangkunya dan di jawab dengan anggukan, mereka pun tertawa.

Tak jauh dari tempat Zahra berdiri, Ramdan melihat kejadian itu dengan geram. Ia pun menghampiri gadis berkacamata itu, Ramdan mengangkat dagu Zahra. Merasa ada yang menyentuhnya gadis itu mendongakkan kepala menatap manik mata yang memerah.

"What! kak Ramdan menghampiri gadis culun itu," gumam seseorang.

"Wah, kak Zahra beruntung bisa dekat sama kak Ramdan," ucap yang lain.

Ramdan menggengam tangan Zahra, menariknya menuju ke tempat duduk dia dan Brayn tadi. Semua mata menatap sirik dan ada juga yang senang atas kedekatan mereka.

"Zahra kenal sama my beb Ramdan,  what no ... no gue harus menghampiri mereka nih," ucap Megna yang melihat kejadian itu.

"Eh,  tunggu make up gimana,  oh gak papa," gumamnya menatap ke arah kaca yang selalu di bawanya.

"Hy guys, aku duduk ya," ucap Megna duduk di bangku sebelah Ramdan.

Brayn menjadi gemetaran, ia melihat dua cewek cantik yang mengapitnya,  keringat dingin mengalir di pipinya yang cekung, pria tinggi itu pun berdiri dan pergi sebelum mengucapkan sesuatu.

"G-u-e, pergi dulu," ucap Brayn berlari.

Megna yang sudah biasa melihat seperti itu hanya terdiam dan masih menatap wajah tampan pria di sampingnya, sedangkan Zahra menatap heran, menanyakannya pada Ramdan yang terlihat khawatir.

Zahra merotasikan matanya malas,  melihat sepupunya itu yang kelihatan kecentilan sama Ramdan yang mulai risih karena di tatap. Ah aku jadi malu batin Zahra.

Brayn terus berlari tampa sengaja menabrak seseorang, karena ia tidak melihat jalan.

"Lo!" teriak gadis itu.

"M-maafin g-ue," ucap lirih Brayn yang masih bisa didengar oleh gadis itu.

"Maaf apaan,  lu udah bikin baju gue kotor nih!" bentak gadis itu lagi sembari mendorong tubuh ringkih Brayn.

"Maafin gue, jangan ganggu gue,  pergi, pergi kau ... pergi ...," teriak Brayn yang terlihat ketakutan.

Ramdan dan Zahra melihat kejadian itu, saat melewati jalan menuju ke kelas langsung menghampiri. Zahra melihat sekilas name tag dari gadis yang mendorong pria itu 'Chelsy' lalu membantu Brayn berdiri.

"Jangan pegang gue, pergi lu!" bentak Brayn mendorong Zahra.

Zahra menatap Ramdan, seperti tau arti tatapan gadis itu segera memberi isyarat untuk pergi dan Zahra pun meninggalkan mereka, melihat gadis tadi yang menatap matanya tajam.

MOHON VOTE AND COMENT JANGAN LUPA JUGA KRISAN KALAU SUKA.

PUTRI ZAHNIA.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: May 08, 2020 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Bad RomanceWhere stories live. Discover now