Bab 17

40 3 0
                                    

Aku telat datang ke kafe karena terhambat oleh pembicaraan antara aku dan orang tuaku.

Aku sampai di kafe sekitar setengah sebelas.

Kafe sudah buka dan sudah ada pelanggan yang datang.

Aku masuk dan duduk di samping Sita.

Sita melihat gerak gerik ku yang aneh.

"Kenapa bos?" Tanyanya.

"Gua batal nikah," kataku.

"Hah?" Sita keget,

Aku langsung menyuruhnya untuk mengecilkan suara.

"Ko bisa?" Tanyanya penasaran.

"Iya, dianya brengsek," jawabku asal.

Sita menggelengkan kepalanya, ia tau maksud jawabanku.

"Dasar laki laki, kalau sudah punya duit terus ganteng, kayak gitu tuh, suka main cewe," Sita memperjelas.

Kepalaku menghadap ke Sita.

"Menurut lu gimana ni sit?" Tanyaku.

Aku mau meminta tanggapan Sita apakah keputusan yang aku ambil ini benar atau salah.

"Keputusan bos sudah benar, batalkan saja pernikahannya, dari pada nanti terlanjur panjang kan. Awalnya aja kayak gini apalagi nanti," jawab Sita semangat.

Iya juga si, ini sudah benar. Keputusan aku tidak salah.

Aku menganggukkan kepala.

Tapi masalah orang tua ku dan Aldi gimana?

"Terus masalah orang tua gua sama orang tua Aldi gimana?" Tanyaku lagi.

Sita berpikir beberapa detik, ia juga bingung karens ini masalahnya.

"Ya, pasti orang tua ngertilah ka," jawab Sita.

Kadang kadang Sita memanggil ku ka atau kadang memanggilku bos

Aku mengangguk, iya juga si, orang tua pasti mengerti keadaan anaknya.

Aku cape sekali memikirkan ini seharian.

Kalau kesedihanku terlalu terlarut, pasti kafe ku tidak akan terurus

Aku tidak mau semua urusan ku jadi berantakan.

"Gua mau ke dapur dulu," kataku lalu pergi ke dapur.

Sebelum aku pergi ke dapur, aku pergi ke ruangan ku untuk menaruh tas.

Aku melihat Boby, si kepala dapur, sedang mengolah roti

"Gimana Bob, ada kendala engga?" Tanyaku.

"Oven ada rusak satu, jadi yang digunain cuman yang sebelah sini doang, kayaknya minta diganti deh," kata Boby sembari menunjuk oven.

"Udah manggil tukang?" Tanyaku.

"Belum, nunggu bos dulu kan," kata Boby.

"Gua coba panggil tukang dulu deh, kalo emang engga bisa dibenerin, beru nanti ganti yang baru," kataku lalu pergi ke ruanganku.

Saat aku sedang mencari nomor, tiba tiba pintu terbuka.

"Bos, ada yang nyariin," kata Sita.

"Suruh tunggu dulu, mau nelpon tukang soalnya," kataku

Sita menutup pintu lalu pergi.

---

Aku berjalan ke kasir.

"Mana orangnya?" Tanyaku.

Sita menunjuk menggunakan dagunya.
Mataku berlari kearah itu.

Aku melihat sosok Aldi sedang berdiri menghadap keluar.

ONE THING(END)Where stories live. Discover now