#2 Surprise - M-preg

478 33 37
                                    

Special thanks to Emmy-chan and Eka-chan, we always talk about this couple (besides HoriLeiya), it's really fun. You both inspired me to write this ^^

I hope you like this story, guys 💛

***

Gun berlari menuju kamar mandi. Mukanya terlihat pucat. Ia beberapa kali membasuh wajahnya dengan air keran. Tangan Omi mengelus lembut punggungnya. "Gunchan, kau yakin benar-benar tidak apa? Sudah 3x kau bolak-balik ke toilet. Sebaiknya kita ke rumah sakit sekarang."

Ia menatap ke cermin. Menangkap wajah Omi yang terlihat begitu panik. Belaian tangan Omi sangat lembut membuatnya merasa jauh lebih baik. "Jangan khawatir. Aku hanya masuk angin. Setelah minum antangin pasti sembuh." Ia terkekeh. Tidak ingin membuat suaminya khawatir.

Mereka kembali ke ranjang. Gun terlentang menatap langit-langit kamar. Sementara kepala Omi bertumpu pada tangan kirinya. Menatap ke arah Gun. Langit masih gelap. Kedua jarum jam beker di samping ranjang mereka masih berhenti di angka 4 dan 6.

"Lain kali jangan main hujan-hujanan lagi." Tegur Omi. "Tapi sangat menyenangkan karena melakukannya bersamamu." Gun balas menatap dengan senjata pamungkas miliknya, sebuah senyum manis tanpa bahan pengawet.

"Kau ini.." Omi mencubit pipi kirinya dengan gemas. "Aaawwwwww.." Rintihnya sambil berusaha melepaskan jemari Omi yang masih melengket di pipi chubbynya. Benar-benar pasangan romantis bukan?

***

"Kau istirahatlah. Jangan menungguku. Mungkin aku akan pulang terlambat." Omi menyentuh surai gelap teman hidupnya sebelum mengecup keningnya. Pria yang sekarang ikut menyandang nama keluarga Tosaka itu tersenyum lalu membalas dengan sebuah kecupan singkat di bibir Omi. "Jangan khawatir. Semoga pekerjaanmu berjalan lancar."

Pria dewasa yang sudah berpakaian rapi dengan setelan jas itu mengangguk. Hari ini ia ada jadwal photoshoot dan interview untuk beberapa e-magazine. "Aku berangkat." Tangannya melambai sebelum benar-benar hilang dari balik pintu.

"Selamat jalan suamiku." Gun menutup pintu dan mulai menunaikan tugas sebagai Bapak rumah tangga. Hanya pekerjaan sederhana seperti mencuci dan menyetrika. Itupun jika Omi masih menyisakan kewajiban itu untuknya. Saat ini sebenarnya Omi hanya ingin Gun fokus kepadanya. Hanya padanya.

***

"Ting tong." Bel apartmentnya berbunyi. "Mama." Ia terkejut saat melihat Ibu mertuanya berdiri tepat di depan pintu. Sama seperti suaminya, wajah sang Ibu tak kalah panik. Ia menyentuh kedua tangan, beralih ke pipi dan berhenti di kening menantunya.

"Omi menelpon Mama. Dia benar-benar sangat panik. Dia bilang kau tidak enak badan. Karena dia tidak bisa menemanimu jadi dia meminta Mama datang untuk merawatmu." Cerita Ibu mertuanya.

"Maaf merepotkan Mama. Tapi Gun baik-baik saja. Hanya sedikit mual." Ia tersenyum sambil menggenggam tangan Ibu mertuanya.

"Mual? Apa sekarang masih merasa mual?" Gun menanggapi pertanyaan mertuanya dengan gelengan. "Sekarang sudah tidak Ma."

"Apa mungkin.."

Gun memotong ucapan Ibu mertuanya. "Tidak mungkin Ma. Kami baru melakukannya.." Ada jeda beberapa detik hingga ia berhasil melengkapi kalimatnya, "..tiga kali." Gun menunduk berusaha menyembunyikan rona merah muda yang perlahan memenuhi pipinya.

"Dia melakukannya dengan lembutkan?" Pertanyaan Ibu mertuanya itu benar-benar membuatnya tersipu.

Seharusnya Mama tidak perlu menanyakan itu kan? Ya, Omi melakukannya dengan sangat lembut. - Gun

Ia mengelus bahu menantunya, "Kalau begitu istirahat yang cukup. Ini Mama bawakan beberapa buah. Makanlah..
..Bagaimana kabar keluargamu?"

"Arigatou Mama..
..Papa dan Mama Gun sehat. Saat kami berkunjung ke sana, Omi terlihat sangat senang menemani Papa berkebun."

Mereka bercakap-cakap hingga petang. Sesekali menceritakan masa kecil Omi yang masih suka mengompol di usia 7 tahun. Atau ketika Omi menangis karena dimarahi Ayahnya saat bermain lumpur. Tawa Gun pecah mendengar cerita nostalgia itu. Ibu Omi hanya mampir sebentar untuk memastikan keadaan menantu kesayangannya.

***

Gun berjalan mondar-mandir di ruang tengah. Ia menggenggam sesuatu di tangan kanannya. Waktu sudah menunjukkan pukul 22 namun suaminya belum kembali. Ia mengetik sebuah pesan namun mengurungkan niatnya untuk mengirimkan pesan tersebut. Lebih baik menunggu saja sambil membaca buku.

Pukul 23 kurang 3 menit. Omi baru tiba di rumah. Ia mendapati istrinya sedang tertidur pulas di sofa. Tangannya memegang sebuah buku. Gun pasti ketiduran saat menunggu kedatangannya. "Sudah kubilang jangan menungguku. Kau tetap saja keras kepala." Omi menggendong tubuhnya dan membawanya ke kamar.

Jemarinya melepas satu persatu kancing piyama Gun. Telapak tangannya mengusap perut dan dada Gun. Aroma minyak kayu putih mengusik indera penciumannya. "Ehmmm.." Desah Gun menyingkap tangan kanannya ke atas. "Have a good night, sweetheart." Sekali lagi Omi mengecup kening pemilik hatinya.

***

Pria yang masih memakai piyama lengkap itu melingkarkan kedua tangan di pinggangnya. "Ah, ohayou Gunchan, apa aku membangunkanmu?" Pria itu menoleh. Senyum manis terukir di wajahnya.

Pria yang memeluknya itu mengangguk. "Wangi masakanmu sampai ke kamar, Omi. Bagaimana bisa aku tidak bangun?" Ia terkekeh. Kedua tangan suaminya masih sibuk mengaduk-aduk nasi yang sudah tercampur dengan beberapa irisan sosis dan saus.

Gun semakin mempererat pelukannya. Omi mematikan kompor. Ia melepas pelukan lalu memegang kedua bahu Istrinya. "Ada apa denganmu? Pagi ini kau manja sekali." Ia sedikit membungkukkan badan lalu mempersempit jarak di antara wajah mereka. Jemari pria itu memamerkan sebuah test pack bergaris dua. "Surprise."

"Kau hamil, Gunchan?" Saat ini hati Omi benar-benar dipenuhi perasaan bahagia. Spontan ia mendekap lalu menggendong tubuh Gun. Ia memutar kegirangan. "Aaaaaaa.. hentikan itu, sayang." Gun balas memeluknya, bukan karena takut terjatuh namun karena bahagia.

Anak laki-laki yang dulu suka mengompol itu akan menjadi seorang Ayah. Sebentar lagi Tosaka Jr. akan melengkapi keluarga kecil mereka.

End

OmiGun DiaryWhere stories live. Discover now