11. PLANED

60.7K 8.6K 3.1K
                                    

Hai sayang, apa kabar? 

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Hai sayang, apa kabar? 

Maaf nih, judulnya belum bisa ada 'night'-nya  hahah kalem dululah, jangan grasak grusuk kayak konglomerat sebelah 🌚👌

Masih adakah yang nunggu cerita tak masuk akal ini? 😂😂

Anyway, kalian baca ini jam berapa? Tim gercep atau ketinggalan nih? wkwk

Semoga update ini sedikit menghibur kalian yang bosan atau jenuh menjalani hari 🥰

Happy reading!
.
.
.


          "Vee, serius? Sampai sekarang kau belum melakukan tugasmu?"

          Ivory benar-benar tidak mengerti dengan pola pikir adiknya ini, padahal situasinya sedang sangat rawan. Dia sudah susah payah untuk mengkordinasi Guardian yang lain untuk lebih berhati-hati karena belakangan ini beberapa Gurdian di daerah masing-masing mulai mendapat serangan-serangan kecil.

          Para iblis sudah mulai memberikan tanda-tanda untuk menunjukkan kekuasaan mereka. Hari ini, Ivory juga baru saja menghabisi dua iblis yang mencoba mendoktrin sekumpulan manusia putus asa di salah satu hutan di Jepang untuk melakukan bunuh diri. Dia yang lelah karena merasa mengurus iblis lebih banyak hari ini semakin emosi ketika tahu bahwa Vee belum membuat healer-nya sama sekali.

          "Aku rasa dia belum siap."

          Vee menuangkan segelas wine ke dalam gelas kaca, lalu meneguknya sampai habis hanya dalam dua detik.

          "Kau mau menunggu dia siap, atau memang menunggu sampai dia membalas perasaanmu?" Ivory tersenyum miring kala melipat kedua tangannya saat bersandar di dinding dekat jendela.

          Kerutan samar di kening Vee tercipta. "Apa yang kau bicarakan?"

          "Kau mengerti maksudku, kau pikir yang kau lakukan ini apa? Kau menyuruhnya untuk memahamimu." Ivory menarik napas. "Vee kau harus ingat bahwa kau tidak boleh mengikuti perasaanmu itu, kau harus sadar bahwa itu hanya tercipta karena kalian sedang punya koneksi saja. Itu bukan perasaan yang tumbuh sendiri, seperti perasaanmu pada Brill."

          Baru kali ini, Vee benar-benar dibuat terdiam karena tidak bisa memikirkan jawaban yang untuk pertanyaan Ivory itu. Dia hanya menuangkan wine lagi ke dalam dirinya, dan mengingat beberapa mala mini yang ia lewati bersama Sky, yang selalu dihiasi dengan percakapan yang mengantung dan berakhir dengan Vee yang mengalihkan ke pembahasan lain untuk mengmabalikan suasana.

          Dia seakan tidak bisa melakukan itu pada Sky---ralat, dia belum bisa.

          Apa yang dikatakan Ivory itu mungkin ada benarnya, tentang perasaannya pada Sky. Tentang segala ketertarikannya, mungkin saja memang hanya pengaruh karena koneksi mereka. Dan jika suatu hari koneksi itu sudah selesai, perasaan ini juga akan langsung menghilang.

HOW TO SEE?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang