Heart Of Darkness - 1

Start from the beginning
                                    

Aku enggan membahasnya sekarang,” sela Nara. Ia menunduk, pura-pura asyik dengan kudapan paginya.

Sehun lagi-lagi menghembuskan napas. “Cepat atau lambat kita akan membicarakan hal tersebut, Nara,” sergahnya.

Nara hanya bergumam dengan suara yang kurang jelas. Gadis itu sangat kecewa apabila mereka membahas mengenai bayi. Nara tahu jika suaminya sedih juga karena keterbatasan sang istri. Namun, Sehun hanya bisa semakin memojokkan Nara. Mengenaskan.

Sehun ingin menghibur Nara atas segala hal yang terjadi. Namun, dirinya juga tidak ingin istrinya melarikan diri dari semua fakta yang ada. Sehun ingin mereka menyelesaikan segalanya, sehingga tak ada hutang di masa depan.


Nara meletakkan secangkir susu hangat di nakas dekat ranjang milik Liv. Gadis itu sengaja datang ke sana pada siang hari setelah memastikan Sehun dan Chanyeol pergi bekerja. Nara melihat Liv duduk bersandar pada kepala ranjang. Jari-jari lentik Liv membelai perutnya yang mulai terlihat jika ada janin di dalam sana. Hampir setiap hari Nara melihat Liv mual, lalu memuntahkan makanan yang wanita itu lahap. Nara sadar Liv menderita, namun wanita itu enggan mengeluh sama sekali. Olivia Kim menghadapi semuanya dengan tegar.

Si calon ibu tersebut tersenyum simpul ketika menangkap sosok Nara yang kini duduk di hadapannya. Adik ipar yang memerhatikan dirinya lebih dari semua orang yang tinggal di kediaman Keluarga Park.

“Terima kasih, Nara,” vokal Olivia mengalun indah.

Nara menampakkan raut perihatin. Ia bisa merasakan kesedihan kakak iparnya, meskipun si wanita menutupi dengan senyum. “Apa kau baik-baik saja?” tanya Nara pada akhirnya.

Liv enggan langsung menjawab, wanita itu menyisipkan surainya yang berantakan ke balik telinga. “Chanyeol sudah tahu jika aku hamil,” katanya pelan. Ia menenkan diafragmnya untuk bernapas. “Kami bertengkar semalam, dia pergi ke klub dan mabuk,” sambungnya.

Nara menautkan alis. “Dasar Chanyeol sialan berlebihan,” umpatnya lebih seperti dengungan lebah.

“Kami membuat kesepakatan lagi,” ungkap Liv. Ia melihat Nara sebentar kemudian membuang muka. “Aku harus mengurus bayi ini sendirian,” lanjut si wanita yang lantas membuat Nara berdiri karena marah.

“Dasar laki-laki, mereka mau saja membuatnya tapi tidak ingin mengurus!” seru Nara kesal. “Kau tunggu di sini, Liv. Aku akan ke kantor Chanyeol dan menghukum pria sialan itu.”

Tanpa menunggu tanggapan kakak iparnya, Nara melangkah lebar-lebar untuk melabrak Chanyeol. Entah apa yang akan dilakukan si gadis yang pasti Chanyeol tidak akan selamat kali ini.


Ini memang bukan pertama kali Nara datang ke kantor Chanyeol. Kakak laki-lakinya tersebut mendirikan sebuah firma hukum yang terletak di daerah Jung-gu dekat Myeongdong. Gedung yang terdiri dari tujuh lantai itu berdiri elegan dengan dominasi warna hitam dan emas. Dua pilar sebagai sanggahan menyambut Nara ketika memasuki bagunan tersebut.

Nara menunggu di lobi gedung ketika asistennya berbicara dengan resepsionis. Benar, Nara punya asisten pribadi sekarang. Well, Sehun yang memaksa. Apabila Nara hendak keluar dari kediaman Keluarga Park, dirinya wajib membawa asistennyawanita muda yang usianya mungkin lebih tua beberapa tahun dari Nara. Kalau tidak begitu, Sehun pasti mengoceh sepanjang hari.

Si Nona Muda membuka ponselnya untuk memangkas waktu. Ia menekan-nekan layar benda itu tanpa tujuan yang jelas. Selang beberapa menit dia mulai bosan, konsentrasinya pada handphone yang berada di tangannya pun terpecah. Nara mulai tertarik untuk berkeliling. Akhirnya, gadis itu berdiri dari tempat duduknya.

“Kenapa lama sekali?” keluh Nara pada kekosongan.

Nara berjalan beberapa langkah, kemudian berhenti untuk melihat bangunan yang mayoritas dindingnya dilapisi kaca. Pupil Nara mengawasi orang-orang yang lalu lalang di sekitar. Mereka tampak sibuk melakukan kegiatan masing-masing tanpa memedulikan lingkungan. Matanya mulai menyipit menyadari sesuatu yang tak asing bagi dirinya.

“Appa,” bisik Nara saat dia melihat beberapa baris laki-laki yang mengikuti seorang pria. Mereka berada sekian meter dari lokasi si gadis.

Nara mengenali pria paruh baya itu sebagai ayah tirinyaTuan Park  yang seharusnya berada di Tokyo saat ini. Ayah tiri Nara tersebut turun dari lift firma hukum Chanyeol. Nara mencoba membaca situasi melalui pikirannya. Apakah alasan kuat yang membuat Tuan Park berkunjung ke sini? Setahu nara, hubungan antara Chanyeol dan Tuan Park kurang harmonis. Mereka hanya tampil untuk acara publik yang dapat mendongkrak harga saham keluarga.

Si gadis berlari kecil menuju laki-laki tersebut. “Appa!” panggil Nara lebih keras, namun suaranya tak dapat mengalahkan keramaian ruangan.

Nara hampir mencapai si pria paruh baya tetapi seseorang tiba-tiba menarik tangannya dengan kasar, sehingga ia berbalik. “Sehun?” pernyataan Nara lebih serupa pertanyaan. Gadis itu mengerucutkan ujung bibir. “Kenapa kau berada di sini?” imbuh Nara, dia mulai terengah.

Sehun yang masih mengenakan setelan kantor. Pria itu terlihat tampan, aura dinginnya menambah kesan tak tersentuh serta membuat orang segan.

“Kenapa kau berada di sini?” Sehun membalik pertanyaan istrinya.

“Aku ingin bertemu Chanyeolada Appa di sana tadi―aw sakit Sehun,” balasan Nara terpotong karena cengkraman Sehun semakin kuat.

Sehun segera mengendurkan jarinya. Ia melepaskan Nara, setelah sadar jika istrinya kesakitan. Ekspresi pria itu tetap datar, ada nada marah dalam suaranya. “Aku sudah bilang padamu, kau harus tetap beristirahat.”

“Aku hanya ingin menemui kakakku. Aku juga sudah mengizinkan wanita sialanmaksudku pengawal wanita itu untuk mengikutiku,” Nara menunjuk meja resepsionis, tempat di mana asistennya terakhir kali terlihat. Gadis itu membolakan mata karena si wanita menghilang. “Apa dia hantu? Kenapa dia lenyap begitu saja dari sana. Kau lihatkan dia sangat tidak kompetenbagaiamana bisa dia meninggalkanku sendirian?” oceh Nara yang berusaha mengalihkan perhatian Sehun dan meredakan kemurkaan pada paras sang suami.

Sehun hanya memutar bola mata karena mengetahu trik licik Nara. Dia menggenggam tangan Nara kali ini lebih lembut dari sebelumnya. Si pria membawa gadisnya keluar dari gedung.

Tanpa banyak pertanyaan Nara mengekori si suami karena dia memang membutuhkan Sehun saat ini. Nampaknya kinerja jantungnya sudah mulai berlebihan hanya karena berlarian sebentar seperti tadi. Nara sadar ia butuh istirahat dan obatnya.

-oOo-

Hai, lama gak update cerita ini semoga masih ada yang membaca huhuhu. Terima kasih sudah membaca sampai bagian ini. Part selanjutnya akan segera aku up juga :).

P.s: kalian juga bisa membaca cerita ini di blogku twelveblossom.wordpress.com dan menanyakan password ke twitterku @.twelveblossom :D

[Sehun Fanfiction] Dear Husband - ENDWhere stories live. Discover now