o n e ; sedih banget!!

2.1K 233 33
                                    

"RARAAAAAA."

"Gausah teriak! Budek telinga gue, ada ap- KOK LO NANGIS?!"

Zia menghampiri sahabatnya dengan air mata yang sempurna membasahi wajahnya.

"RAYHAN, RAA!!! RAYHAN BANGSAT BANGET ANJING!!! Bisa-bisanya orang lagi nyatain cinta malah bahas kisah pait dia dulu sama dhista, dasar hewan berkulit pink!"

Rara terdiam sejenak, ia memerhatikan lemat-lemat sahabatnya yang kini menangis tersedu-sedu di depannya, tak lupa dipegang olehnya dahi sahabatnya itu.

"Lo sakit? Aduh lagi musim corona jangan deket-deket gue!" Padahal dia yang tadi memegang dahi Zia, sekarang dia pula yang menjauh beberapa langkah.

"Corona corona, bapak lu make mobil colora." Zia mendekat beberapa langkah, "Gue emang sakit, sakit hati sama rayhan." Lanjutnya.

"Yaa, tapi--" Rara terdiam sejenak,


"Rayhan sama Dhista tuh siapa?!?"

Gantian, Zia yang kini terdiam seraya menatap aneh sahabatnya dengan kedua lengan saling bersilang.

"Lo gatau rayhan sama dhista?"

"Emang ada di sekolah ini namanya rayhan?!"

"hAH LO GA BACA YA?!"

Jujur, Rara semakin bingung. Temannya satu ini memang aneh dari dulu, tapi tidak pernah seaneh saat ini. Rara menutup buku sejarahnya lalu bangkit berdiri seraya menggebrak meja diantara mereka.

"HAH LO APAAN SIH?!! gak jelas banget."

"Kok jadi gue? Gue tuh nanya lo, lo baca atau ngga?!"

"Ya baca apaan?! Lo dari rayhan tiba-tiba ke baca, aneh banget anjir."

"Maksud gue lo baca ceritanya kak Cahya di wattpad ga?! Rayhan sama Dhista tuh karakter disana!!"






"oh, tokohnya kak cahya di cerita dia yang terkenal itu?"

"Iya itu!!!! Cerita itu!! Lo baca?!"

"Ngga." Balas rara seraya cengengesan, gak tau aja zia sudah ingin menghantamnya pakai kursi.

"Ah anjing, lo. Nyesel ngomong sama lo." Zia mengalihkan pandangannya.

"Ehh canda! Gue tau kok, tapi ga baca sampe abis."

"Tapi kenapa lo gue bilang rayhan ga mudeng?!"

Rara menatap Zia jengkel, "gini deh! Lo tuh tadi nangis seakan-akan bahas masalah rl! Ya gue bingung, mana ada Rayhan disini?!"

"Eh hehe, sorry. Oiyaa, Sumpah, ra. Pokoknya gue kesel banget, Zoya tuh padahal udah ngerubah semua sikap dia biar rayhan bisa suka, Zoya juga yang selalu ada di sisi rayhan, rayhan juga udah baik banget ngasih harapan banyak, mALAH DI TOLAK."

Rara menatap sahabatnya malas. Memang, Zia ini masalah cerita saja dipermasalahinnya sampe kaya gini.

"Yaudah, terus lo mau salahin rayhan gitu?"

"Iyalah!! Masalahnya rayhan malah milih Dhista yang dari awal antagonis, kaya bego banget."

"Eh tunggu," rara mengintrupsi zia, "bukannya pemeran utama ceritanya emang Rayhan sama Adhista, ya?"





"Eh? Iyaaaa."

Gantian, kini Rara yang rasanya sudah ingin menimpuk zia pakai kursi. "Terus ngapain lo marah? Wajarlah ditolak, pemeran utamanya si Adhista." Serunya.

"Ya tapikan, disini yang effortnya keliatan banget si Zoya! Lagian, masa harus selaku main lead yang bahagia? Second lead selalu sedih gitu?!" Jujur, kali ini Rara setuju dengan statement dari sahabat freak-nya satu ini.

"Iyasii, tapi mau gimana lagi? Kan emang jalan ceritanya gitu." Rara sebagai pemegang prinsip m²gp, alias monggo-monggo gak papa, ga begitu mempersalahkan banget endingnya gimana.

"Andai gue bisa ubah, gue beneran bakal ubah tuh cerita biar Rayhan naksir Zoya. Rayhan harus sama Zoya pokoknya! Liat aja lu ra ntar, Rayhan-Zoya bakal berlayar!"

"Kok lo jadi sinis ke gua? jangan marah ke gua, marah ke kak Cahya!" Protes Rara.

Zia menghela napasnya kasar, "ah, kenal aja ngga gue."


B e r s a m b u n g . . . .

semesta | renjunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang