Prolog

804 112 53
                                    

     Suasana di tahun ajaran baru itu cukup meriah. Universitas Yonsei memajang sebuah spanduk bertuliskan 'Selamat Datang Para Mahasiswa Baru!' di depan gerbangnya, guna menyambut para mahasiswa baru yang datang untuk mengenyam Pendidikan di Universitas Yonsei. Ada beberapa rangkaian kegiatan pengenalan Universitas yang sudah berlangsung sejak dua hari yang lalu. Dan sekarang adalah, waktunya para mahasiswa dan mahasiswi baru itu untuk duduk di kelas mereka dan memulai kegiatan pembelajaran.

     Banyak mahasiswa dan mahasiswi yang masih berkumpul di koridor, sekadar menyapa rekannya yang berasal dari sekolah yang sama, bertemu dengan teman-teman baru, bertemu dengan teman yang bersama mereka selama masa orientasi, dan lain-lain.

     Mari kita berpindah untuk menilik sebuah kelas yang baru saja dimasuki oleh seorang Dosen berperawakan tinggi yang menjinjing sebuah buku di tangannya. Mahasiswa yang mulanya masih berkumpul untuk berbincang dan berkenalan, kini duduk di kursinya masing-masing untuk menyimak pembelajaran yang hendak diberikan oleh Dosen yang tampaknya masih muda itu.

     Pengantar Ilmu Sosial dan Bisnis.

     Sebuah mata kuliah dasar bagi mahasiswa Ilmu Komunikasi yang ada di semester pertamanya. Sebuah mata kuliah yang sebenarnya tidak begitu sulit jika kalian memperhatikannya dengan baik, namun desas-desus yang didengungkan para senior mereka membuat para mahasiswa baru itu sedikit berdebar.

     'Dosen Ilmu Sosial dan Bisnis yang tinggi dan berkacamata itu galak sekali! Kalian harus baik-baik jika ingin mendapatkan nilai bagus dengannya! Jika kalian membuat sebuah impresi jelek di awal pertemuan, wah, habis sudah riwayat kalian sampai akhir semester nanti! Lihatlah si Jaehyun itu! Dia mendapatkan nilai E karena kedapatan bermain ponsel di dalam kelas!'

     Begitu ungkap salah satu senior yang mengajak adik-adiknya untuk sharing beberapa hari lalu. Bukan bermaksud untuk menakuti, tapi memang Dosen itu galak sekali! Dan hal itu membuat para adik kelas memanjatkan doa supaya tidak diajar oleh Dosen Muda Tinggi Berkacamata yang disebut-sebut bermarga Lai itu.

     "Selamat pagi, semuanya. Saya tidak akan basa-basi. Perkenalkan, nama saya Lai Kuanlin. Usia saya 31 tahun. Jika kalian merasa nama depan saya cukup asing, itu karena saya berasal dari Taiwan. Dan, mari kita mulai pelajaran kita hari ini. Sila siapkan catatan kalian jika kalian merasa ini perlu dicatat, dan saya akan memberikan kalian semua tugas setelah kelas usai."

     Glek!

     Benar saja! Ini Dosen yang disebut-sebut itu! Dosen yang betulan galak! Dingin sekali tatapnya! Masih muda dan tampan, sih. Tapi jika galak begini, siapa yang berani macam-macam?! Nilai kalian taruhannya!

     Tik... tik... tik...

     Dosen Lai yang semula tengah menjelaskan kini merubah tatapannya menjadi tatapan tajam kala dia mendengar sebuah suara yang berasal dari tengah kelas. Suara seseorang yang tengah mengetik di laptopnya. Tatapan tajamnya mengedar ke seluruh penjuru ruangan, membuat para mahasiswa yang ada di sana menelan ludahnya.

     "Heh! Kau yang ada di sana! Maju ke depan!"

     Dia menunjuk seorang lelaki berkemeja putih dan berkacamata yang sebagian wajahnya tertutup layar laptopnya yang terbuka. Semua pandangan tertuju padanya. Jelas saja, bagaimana tidak? Dosen Lai dengan gamblang menunjuknya yang tengah sibuk mengerjakan pekerjaannya.

     "Kau! Apa yang kau lakukan?!"

     "M-maaf, Pak, saya mengerjakan pekerjaan saya..."

     "Kau sadar sekarang kau ada di dalam kelas?! Kau sadar jika kau tengah berada di tengah pembelajaran?! Kau sadar kau siapa?!" bentak Dosen Lai, membuat lelaki itu sedikit terkejut.

     "Kau tahu? Ini hari pertamamu berada di Yonsei! Banyak orang yang ingin masuk ke Yonsei namun mereka tidak mampu masuk kemari! Dan kau -baru hari pertama di bangku kuliah saja sudah mengabaikan Dosen yang tengah bicara di depan! Sudah meremehkan kegiatan perkuliahan! Saya ragu kau mampu menyelesaikan kuliahmu dengan baik! Sekarang, perkenalkan dirimu di depan! Supaya semua orang di sini tahu siapa orang yang menjadi contoh buruk bagi teman-temanmu!" sinis Dosen Lai, menatap lelaki berwajah manis yang kini menatapnya dengan tatapan tercengang.

     Dasar Dosen menyebalkan! Umpat lelaki itu dalam hati. Namun pada akhirnya, dia berbalik, menatap rekan-rekan sekelasnya yang kini tengah menatapnya dengan tatapan sangsi.

     Dia menarik nafas dalam-dalam sebelum membuka bibirnya.

     "Baik. Pertama, saya ingin mengucapkan mohon maaf yang sebesar-besarnya kepada Bapak Lai Kuanlin, karena saya mengganggu kegiatan mengajarnya di hari pertama kelas dimulai. Dan sesuai apa yang diminta, saya akan memperkenalkan diri saya. Nama saya adalah Park Jihoon. Usia saya sekarang 29 tahun."

     Dia menjeda kalimatnya sejenak. Dalam jedanya, banyak rekan sekelasnya yang terlihat tercengang. Wajar saja. Rekan sekelasnya mungkin berusia jauh di bawahnya. Lumrahnya, berusia delapan belas sampai Sembilan belas tahun. Namun, dia yang berusia hampir kepala tiga ini duduk di bangku yang sama seperti mereka. Dan juga, terlihat sebuah senyum sinis yang terulas di wajah Dosennya.

     "Mungkin kalian akan terkejut begitu mendengar usia saya yang hampir kepala tiga, namun saya masih mengenyam bangku sarjana. Saya sebenarnya sudah mendapat predikat Sarjana Psikologi pada usia 22 tahun dari Seoul National University. Kemudian, saya menghabiskan beberapa tahun untuk melanjutkan pendidikan psikologi di University of Leiden. Sampai akhirnya, saya mendapatkan predikat Doktor dari University of Leiden pada usia 27 tahun," dia kembali menjeda kalimatnya.

     Rekan sekelasnya kembali riuh. Hal itu membuat lelaki bernama Jihoon itu menoleh sekilas menatap Dosen Lai, yang juga terlihat terkejut dengan pernyataannya barusan. Jihoon yang melihat hal tersebut kemudian menarik salah satu sudut bibirnya ke atas. Membentuk sebuah seringai, puas.

     "Mungkin Bapak tidak percaya, namun saya bisa menyebutkan nomor disertasi saya, supaya Bapak bisa melakukan verifikasi ulang akan pernyataan yang saya ungkapkan sekarang," lanjutnya.

     "Mungkin kalian juga akan bertanya, mengapa saya kembali mengambil pendidikan sarjana? Jawabannya adalah karena saya ingin belajar hal lain yang ada di luar bidang saya. Dan saya memilih Universitas Yonsei ini karena sebenarnya saya mendapat tawaran untuk menjadi pengajar di sini, namun saya merasa saya tidak begitu kapabel, dan saya memutuskan untuk kembali belajar saja, karena belajar itu menyenangkan."

     "Dan saya harap, teman-teman di sini tidak akan merasa sungkan pada saya. Jangan sungkan setelah mengetahui umur saya ya, teman-teman! Di sini, saya dan kalian semua setara! Jadi, semoga kita semua bisa bekerja sama dengan baik!" Jihoon menyunggingkan sebuah senyum sumringah di wajahnya.

     "Dan satu lagi, kepada Bapak Lai Kuanlin, terima kasih karena Bapak sudah memberikan saya kesempatan untuk memperkenalkan diri saya. Saya mohon maaf yang sebesar-besarnya jika saya membuat Bapak tersinggung akan tingkah saya. Saya akan kembali ke tempat saya," pungkas Jihoon, sebelum dia betulan kembali ke kursinya.

     Kuanlin hanya bisa menatap punggung Jihoon dengan tatapan tajam.

     Sial! Ternyata dia bukan mahasiswa biasa!

The Lecturer ; panwinkWhere stories live. Discover now