5. New Friend

50 4 2
                                    

Karina masih terus menggeluti pekerjaan kotornya itu hingga Kinar beranjak remaja. Meski kini usianya sudah tak muda lagi, ia tetap menjadi the most wanted bagi para pria hidung belang di sana. Kini Kinar sudah menduduki bangku kelas tiga SMP dan sebentar lagi ia akan menempuh ujian nasional. Ia merasa sangat bosan jika harus terus melanjutkan sekolahnya di rumah, karena tak ada satupun teman yang bisa di ajak bermain atau berkomunikasi selain mbok Ning atau Karina. Sebab semenjak Ia melanjutkan sekolah melalui metode Homeschooling Kinar sudah tak pernah keluar rumah. Karena memang nyatanya Karina memilih untuk full menyekolahkan Kinar di rumah tanpa sekalipun putrinya itu datang ke sekolahnya. Yang saat ini artinya sudah selama tujuh tahun lamanya semua itu berjalan.

Kini Kinar sudah tumbuh menjadi seorang remaja yang cantik jelita. Berbadan ramping dan tinggi semampai bak seorang model. Memiliki wajah yang mungil, bibir yang tipis dan hidung yang bangir. Sebuah paras yang begitu mirip dengan sang ibu. Namun ada satu hal yang membedakan fisik mereka, Kinar memiliki alis yang cukup tebal dan hampir menyatu. Dan bagian itu adalah keturunan dari sang ayah yang membuat Karina selalu teringat dengan lelakinya itu. Sedangkan Kinar, ia tak pernah mengenalnya sama sekali hingga saat ini. Karena jika Kinar menanyakan hal itu Karina selalu berusaha menyelimurkan nya ke topik pembicaraan yang lain.

Sepulang menemui Mami, Karina tersenyum bahagia mendapati Kinar yang tengah khusyuk mengaji di kamarnya.

"Shadakallahul adziim. Alhamdulillah..." ucap Kinar seraya ia mencium dan menutup mushafnya. Lalu kini ia meletakkan nya di antara buku-buku di meja belajarnya.

"Assalamualaikum, Kinar," salam Karina dengan senyuman manisnya.

"Waalaikumussalam, mama," jawab Kinar seraya ia menghambur ke arah Karina.

"Subhanallah, salihanya putri mama yang satu ini," puji Karina seraya ia membalas pelukan Kinar.

"Hehehe Amiiin, ma. InsyaAllah,"

"Ya sudah yok sayang kita makan siang sama-sama. Mbok Ning sudah selesai masak lho untuk kita,"

Kinar pun mengangguk pasti seraya ia tersenyum. "Iya ma ayok," jawabnya bersemangat.

Hari-hari mereka terlalui dengan baik juga indah. Berjalan begitu saja tanpa membuat Kinar merasa terlukai. Meskipun Kinar memang benar-benar buta soal pergaulan dan perkembangan di dunia luar, namun Karina tak tinggal diam. Karena ia selalu berusaha memberikan yang terbaik untuk putri kecilnya yang kini sudah beranjak remaja. Terkadang Karina juga merasa iba dengan nasib Kinar yang harus bisa menjalani kehidupan nya hanya dirumah saja. Namun Karina merasa jika ia memang tak punya pilihan lain agar Kinar tetap bisa mendapatkan ketenangan dan kebahagiaan dalam hidupnya tanpa adanya cemoohan dan kecaman yang kejam dari orang-orang yang membencinya di luaran sana.

Kinar yang baru saja menyelesaikan belajarnya tersenyum manis memandangi nilai di kertas uangan hariannya. Bersama Miss Clara, seorang guru Bahasa Inggris private Kinar yang selalu saja bangga padanya.
"Your english so good, preety," puji Miss Clara.

"Thank you so much, miss Clara. This is all because of you. Cause miss Clara, yang sudah begitu sabar juga telaten to teach me," jawab Kinar seraya ia memeluk miss Clara. Maka miss Clara pun membalasnya.

"Oh my God. It's too sweet Kinar. Okay, I think today is enough, Kinar. Then I'll go home. Assalamu'alaikum," pamit miss Clara seraya ia lepaskan pelukan mereka.

"Waalaikumussalam. Okay Miss Clara, thank you so much ones again. Becarefull," jawab Kinar seraya ia salami takdzim punggung tangan miss Clara.

Sebenarnya Kinar selalu saja merasa kesepian setelah para guru pengajarnya kembali pulang. Karena mbok Ning pun mempunyai banyak kesibukan tersendiri untuk mengurus rumah.

Bitch Daughter [Revisi]Where stories live. Discover now