××××××××

Perseteruanmu dengan Izumi tadi pagi berhasil menciptakan suasana awkward antara kau dan dia. Kau memasuki kelas dan melihat Makoto mendatangi mu.
"Apa?" Ucapmu dingin.

Makoto kaget dan agak ketakutan dengan sikapmu.
"Ano... (Name)-chan apa aku boleh tau yang kau sukai?"

Kau menatap Makoto. Jujur jika Makoto seorang perempuan kau mungkin sudah menjambak rambutnya.
"Izumi-kun."

"Ehh... Maaf aku tidak mendengarnya."

"AKU SUKA IZUMI-KUN. KARENA ITU KAU JANGAN MEREBUTNYA DARI KU!!" Kau menghentakkan kaki dan pergi ke kursi mu meninggalkan Makoto yang kebingungan dengan sikapmu. Bukan hanya Makoto, karena teriakan mu tadi seisi kelas menatapmu dengan bingung.

×××××××

Pulang sekolah sangat sepi. Izumi tadi menawarkan untuk mengantarmu pulang. Tapi kau menolaknya mentah-mentah. Perasaanmu berkecambuk. Dadamu terasa sesak. Apa benar kau cemburu pada Makoto? Tapi hal itu kan tidak wajar. Tanpa sadar butiran air mata mulai keluar. Ingin sekali kau berteriak untuk melampiaskan kekesalanmu. Namun ini tempat umum. Kau tidak mungkin berteriak disini.

Aku akan menangis sepuas-puasnya saat dirumah. Pikirmu

Setelah sampai di rumah. Kau mengunci pintu kamar dan menangis sejadi-jadinya. Entah apa yang dipikiranmu. Tak seharusnya kau menangis karena ini. Tapi air mata tak henti-hentinya keluar.

××××××××

Keesokan harinya. Seperti yang kau duga. Matamu bengkak karena menangis. Bagaimana bisa kau ke sekolah dengan mata seperti ini. Bahkan mata bengkak ini tidak ditutupi dengan make up. Akhirnya kau memutuskan untuk meliburkan diri.

Kau kembali ke kasur dan berusaha untuk tidur. Tiba-tiba telponmu berdering.
"Siapa?" Ucapmu smbil mengambil smartphone mu.
"Izumi?" Ingin rasanya kau mematikan telponnya supaya dia tahu bahwa kau sangat kesal padanya. Tapi di dalam hatimu kau juga merindukannya. Kau mengangkat telponnya setelah sekian menit berdebat dengan dirimu.

"Ya." Ucapmu cuek.

"Chou uzai. Turunlah. Aku sudah di depan rumahmu."

"Aku sudah bilangkan, jangan menjemputku lagi. Lagian aku tidak masuk sekarang."

"Tidak masuk? Apa kau sakit?" Nada Izumi terdengar cemas.

"Kau tidak perlu mengkhawatirkan ku. Khawatir kan saja Yuu-kun mu." Balasmu sarkas.

"Dari kemarin kau membahas Yuu-kun terus. Kau ini kenapa? Tidak biasanya begini. Chou uzai."

"Maaf Sena Izumi-san. Apa kau butuh kaca? Sudah jangan mengkhawatirkan aku. Aku baik-baik saja. Pergi lah. Kau akan telat jika kau masih berada di depan rumahmu." Kau memutuskan telpon sepihak. Hal yang kau katakan pada Izumi bohong. Kau tidak baik-baik saja. Kau merindukan Izumi.

"Apa yang harus ku lakukan?" Ucapmu pelan

××××××××

Sudah hampir seminggu kau marah pada Izumi. Tiap kali dia mendekati mu kau selalu menghindar. Hati kecil mu ingin bertemu dengannya tapi kau tetap bersikeras untuk menghindarinya. Sampai pada saat ia mendapatkan mu. Saat kau ingin lari, ia berhasil menahan tanganmu.
"Bisakah kau dengarkan aku dulu (Name)-san." Ucapnya.

"Cepatlah. Aku ada urusan penting." Lagi lagi kau bohong.

"Kenapa belakangan ini kau menghindariku? Chou uzai. Bisa kah kau tidak membuatku kebingungan?"

Kau diam. Tak membalas ucapannya. Setelah menunggu kau yang tak kunjung angkat bicara. Ia menghela napasnya.
"Minggu ini datanglah ke cafe tempat pertama kali aku menyatakan perasaanku." Setelah mengucapkan itu, ia pergi meninggalkan mu.

When You Sulk [Knights X Reader] [✓]Where stories live. Discover now