Jungkook tidak keberatan, tapi ia masih bingung kenapa Sugar bersikeras ingin tidur bersamaku--meski pada akhirnya aku tidak benar-benar membiarkan Sugar tidur seranjang denganku, intinya aku dan Sugar berada di ruangan yang sama.

Dia mau menjagaku?

Menjaga seperti apa? Aku penasaran.

Saat jam menunjukkan angka sepuluh, kami bertiga pun masuk ke dalam kamar. Jungkook dan Sugar tidur di lantai beralaskan futon. Sedangkan aku tidur telentang di atas ranjang dengan jantung berdebar. Aku tahu Jungkook tidak mungkin lalai menjagaku, tapi rasanya aneh tidur di ruangan yang sama dengan adik tiri yang sudah dewasa ditambah makhluk aneh yang entah berasal dari mana.

Aku ini tetap wanita biasa.

Bermenit-menit kuhabiskan untuk memandangi langit-langit kamar, aku sulit tertidur, aku cemas setengah mati. Sepertinya keputusanku untuk mengundang dua lelaki ke kamarku untuk menemaniku tidur bukanlah sesuatu yang benar.

"Nuna...." Sugar memanggilku dan dia beranjak dari tempat rebahannya untuk duduk di tepian ranjangku. Jungkook sudah terlelap dan jantungku semakin berdebar. Aku takut sekali Sugar akan melakukan sesuatu yang buruk padaku. Dia bukanlah manusia biasa, dia punya kekuatan khusus. Aku yakin seratus persen.

"A-apa?" balasku.

"Jangan melihat langit-langit terus," katanya seraya menutup mataku dengan tangannya. "Jangan dilihat terus, Nuna."

"Ke-kenapa?"

"Mereka suka melihat Nuna, kalau Nuna balas melihatnya... mereka akan semakin sering ke sini." Sontak aku langsung merinding mendengar penuturannya. Dia tidak terlihat seperti Sugar yang berkelahi dengan Jungkook tadi, dia benar-benar berbeda. Aneh dan serius.

"A-apa yang kau maksud?" Aku berusaha melepaskan tangannya dari mataku, tapi dia menahannya sangat kuat. Benar-benar kuat. "Su-sugar, jangan begini. Aku takut."

"Nuna, pejamkan matamu!"

"A-apa!?"

"Pejamkan matamu! Sekarang!" Aku tidak mengerti apa yang diucapkannya. Mengapa aku harus memejamkan mata? Apa yang salah? "Nuna, tolong pejamkan matamu!"

Saking takutnya, aku pun mengikuti instruksinya dan setelah itu tangannya pun terlepas dari mataku. "Jangan buka mata sebelum aku menyuruhmu, oke?"

Aku mengangguk dan bersamaan itu aku merasakan hawa dingin menyapu leherku, turun ke lengan dan aku semakin merapatkan pejamanku. Rasanya mengerikan sekali. Aku tidak tahu ini sensasi macam apa.

Selanjutnya yang kudengar adalah geraman Sugar yang begitu tajam dan menukik. Aku tergoda untuk membuka mataku, tapi saat kelebat angin kembali menyapu wajahku aku mengurungkan niat. Bulu kudukku semakin berdiri dan aku gemetar. Angin itu terus berkelebat di sekitarku, rasanya sangat dingin--dingin sekali--bukan seperti angin pada umumnya, ada sensasi lain yang membuatku memiliki firasat buruk saat merasakan angin itu.

Apa sebenarnya yang terjadi?

Aku takut!

"Nuna... hei...." Aku masih mencengkeram selimutku, entah sudah berapa lama aku memejamkan mata. Padahal angin itu sudah pergi sejak tadi. "Nuna, sudah jangan takut."

"Takut...," kataku tanpa membuka mata. "Takut... yang tadi itu apa?"

"Sekarang sudah tidak ada apa-apa, Nuna."

"Tidak. Aku tidak percaya. Takut!"

Sugar terdengar mendengkus dan tangannya menyentuhku lembut. "Tidak apa-apa, Sugar di sini."

Ragu, aku pun membuka mataku dan langsung menemukan Sugar menatapku begitu lembut dan hangat. Telinga dan ekornya muncul lagi. Salah satu pipinya tampak mengembung.

Apa karena angin yang tadi itu?

"Su-Sugar, a-ada darah!" kataku setelah melihat di sudut bibirnya terdapat percikan darah, sedikit, sih. Tapi, anehnya bibirnya tidak terluka.

"O-oh, iya, ya?" Sugar kemudian memunggungiku dan aku yang penasaran langsung beranjak dari tidurku dan menengok apa yang ia lakukan.

Dia terlihat seperti sedang mengunyah sesuatu.

Seingatku, aku tidak menyimpan makanan di kamar. Makan malam saja Jungkook yang membelikan untukku. Oh, ya, omong-omong Jungkook masih pulas tertidur.

"Sugar... apa yang kau lakukan?" tanyaku seraya memegang bahunya. Sugar terperanjat dan menoleh padaku takut-takut.

"Bu-bukan apa-apa, kok. Hehe."

Dia terlihat seperti habis makan sesuatu, tapi aku tidak mencium aroma makanan dari tubuhnya, selain bau ikan bakar yang tadi kami santap.

Segera aku mengecek tubuhku sendiri, apakah ada yang terluka atau terjadi sesuatu saat aku memejamkan mata tadi. Tapi, tidak ada hasilnya--aku baik-baik saja.

Apa yang terjadi tadi sebenarnya?

[]

Sibuk ngurusin naskah Masquerade. Jadi pikiran bercabang. Haha. (Jangan lupa ikut PO Masquerade ya. #promosi 😆) Maaf ya lama update. 🙏

Update selanjutnya ditunggu aja. 🙏 ❤️

Makasi udah mampir.

CATNIPWhere stories live. Discover now