Obrolan sejenak terhenti. Masing-masing dari kami melahap makanan dengan khidmat. Namun, akhirnya perhatianku tertuju pada cara makan Sugar yang tidak menggunakan tangan, melainkan langsung dengan mulutnya. Aku mengernyit, tiba-tiba merasa bahwa ia tidak seharusnya memakan dengan cara seperti itu.
"Sugar...." Kusentuh bahunya pelan dan dia langsung mendongak, mulutnya belepotan dengan ikan. "Kenapa tidak pakai tangan?"
Sugar langsung mengangkat kedua tangannya dan memandanginya lama sebelum berganti menatapku. "Sugar tidak pandai memakai tangan."
Aku dan Jungkook langsung saling melempar pandang, adikku itu langsung menggelengkan kepala seolah kehilangan kalimat dan melanjutkan makan malamnya tanpa menggubris ucapan Sugar.
"Belajar," kataku.
"Tidak bisa...." Dia merengek, mulutnya yang belepotan itu cemberut. "Tidak enak makan pakai tangan."
"Enak. Coba dulu. Perhatikan tanganku ini, pegang sendoknya seperti ini." Sugar bergeming, masih cemberut dan menatap tidak suka pada sendok yang ada di depan matanya. Astaga, aku hanya menyuruhnya makan pakai sendok, bukan menyuruhnya membersihkan toilet, kenapa wajahnya harus seperti itu? "Sugar, kau mendengar Nuna tidak?"
Dia mendecak sekali, lalu mengambil sendok dengan kasar. "Iya, Sugar dengar!"
Aku menghela napas, memang memakan kesabaran yang banyak untuk berinteraksi dengannya. "Seperti ini, pegangnya lalu arahkan ke mangkuk nasimu."
"Sugar tidak suka nasi."
Kepalaku langsung berdenyut, sepertinya sebentar lagi aku akan didiagnosa hipertensi. "Kalau tidak mau menurut, Sugar tidur di luar saja. Nuna tidak mau, ya, kalau Sugar nakal. Nuna tidak suka!"
Jungkook yang diam-diam menyimak obrolan absurd kami menahan tawa sampai terbatuk pelan.
"Ish, iya! Iya! Sugar makan nasi!" katanya, terdengar sedikit tidak ikhlas. Tapi, mau bagaimana lagi?
"Sudah? Kita lanjutkan!" Aku pun mengajarinya tahap demi tahap untuk memasukkan makanan ke dalam mulut. Berkali-kali ia menjatuhkan nasi ke meja, sampai aku meringis kesal, apalagi ketika melihat lauknya yang jatuh ke lantai.
Setelah dengan beberapa kali percobaan, Sugar akhirnya bisa menciduk makanan dan mengarahkannya ke mulut. Namun, saat makanan itu masuk ke mulutnya, pipinya langsung mengembung.
"Kenapa?" tanyaku ketika wajahnya berubah merah, matanya pun berair.
"Empphh!" Dia menggeleng. Jangan bilang dia mual?
"Kau mau muntah?" tanyaku lagi dan dia mengangguk cepat. Segera aku langsung mengambil kantong dan menyodorkan benda itu di hadapannya. Jungkook yang melihat itu langsung berhenti mengunyah dan meletakkan sendoknya sembarangan.
Entah harus bersyukur atau tidak, Sugar hanya mengeluarkan makanan yang tadi masuk ke mulutnya--tidak muntah sungguhan seperti yang ada di dalam pikiranku.
"Sugar tidak suka!" Kusodorkan air padanya dan dia meminum dengan cara seperti kucing, menjilat-jilat di permukaan air.
"Duh, Sugar, 'kan Nuna sudah ajarkan cara meminum yang benar! Kenapa malah masih minum seperti kucing!"
"Sugar, 'kan, memang kucing!" bantahnya.
"Oooh, jadi begitu, ya! Oke, malam ini kau tidur di luar! Tidak mau tahu!"
"NUNAAA...."
Aku menyeringai, kesal sekali melihat makhluk aneh satu ini. Sulit diatur. Keras kepala. Maunya digertak terus-menerus. Memangnya tidak capek apa!?
YOU ARE READING
CATNIP
FanfictionRate M [ ON GOING ] Tentang aku dan seorang laki-laki asing yang kutemukan tidur di atas ranjangku ketika aku baru saja pulang ke rumah. Siapakah lelaki itu? Apakah dia seorang maniak atau byuntae yang akan merugikanku di kemudian hari? AU! Fantasy...
5. Makan
Start from the beginning
