"K-kau...." Aku kehilangan kalimat. Dia ini polos sekali sampai tidak tahu benda apa yang ada di bawah perutnya itu, hampir saja aku menyentuhnya tadi. Seharusnya dia sadar kalau wujudnya sekarang adalah seorang manusia, bukan kucing! "Hah... sudahlah! Sudah! Hentikan! Sudah malam. Kau tidurlah. Aku juga lelah."
Sugar pun hanya menatapku yang masuk ke dalam kamar dengan bingung.
***
Aku belum memberi tahu Jungkook perihal kepulangan Sugar ke rumahku. Melihat Sugar kembali ke rumahku saja sudah membuatku stress, apalagi ditambah omelan Jungkook. Sudah bisa kubayangkan betapa histerisnya anak itu kalau tahu Sugar kembali. Nanti aku akan memberitahu Jungkook, tidak sekarang.
Pagi ini kutuang dryfood dan susu ke dalam mangkuk. Sementara aku hanya bisa meratapi nasib yang sudah kehabisan uang untuk makan. Yang tersisa di lemari hanya satu cup ramen dan sekotak susu vanilla. Aku harus menahan laparku kalau tidak mau tersiksa di ujung hari.
Sugar yang baru saja bangun langsung menuju dapur dan duduk bersimpuh di depan mangkuk makannya. Dia mengucek matanya dan menatapku sayu.
"Terima kasih, Nuna," ucapnya dan aku tidak menanggapi. Sugar pun makan dengan lahap, sepertinya dia memang tidak makan semua bekal yang kubawakan untuknya. Di tas Sugar semua makanan yang kubawakan untuknya masih utuh tak disentuh, bahkan sudah menguarkan aroma yang luar biasa bau.
Terpaksa aku mencuci semua wadahnya sembari menahan bau, untunglah aku masih punya stok sabun cuci piring ekstra. Ah, andai saja sabun cuci piring ini bisa berubah menjadi makanan... aku lapar sekali apalagi saat mendengar bunyi kraus dari Sugar yang sedang makan. Iri sekali.
Usai mencuci piring, aku menyusun semua wadah dan piring bersih ke tempatnya, tapi pergerakkanku terhenti saat bau tidak sedap menyerang hidungku. Ini... bau dari mana, ya?
Segera aku mengambil kembali wadah-wadah yang kucuci tadi lalu kuciumi satu persatu. Sendok, garpu, piring, panci... semuanya kuendus. Bau itu tetap tidak kutemukan bahkan saat aku mencium bajuku sendiri.
Baunya aneh.
"Nuna...." Aku terlonjak saat Sugar tiba-tiba sudah berlutut di dekat kakiku. Sepertinya nanti aku perlu mengajarkannya agar tidak berperilaku seperti ini--tunggu... kenapa baunya semakin kencang tercium!?
Kutajamkan kembali penciumanku dan benar saja....
"Nuna, mau pipis."
"PIPIS!? KAU SUDAH PIPIS, YA!?" kataku histeris.
Sugar menunduk, melihat pangkal pahanya. "Eung, tidak tahu. Tapi tadi di sini sempat tegang."
Matilah aku.
Langsung kuseret ia ke kamar mandi. "MANDI SEKARANG!"
"Mandi? Sugar sudah mandi!" katanya.
"Mandi apaan? Kau cuma jilat-jilat tanganmu dan mengusapkannya ke wajah. Kau tahu, liur manusia kalau habis bangun tidur itu baunya luar biasa! Bahkan orang tampan saja ilernya bau udang busuk, kau tahu!?"
Sugar bergidik saat melihat air yang satu-satu menetes dari shower. "Hiiiiyyy, masa Sugar mandi pakai air!"
"Jadi kau mau mandi pakai apa? Pakai pasir gumpalmu? Oh--mulai sekarang kalau pup jangan di pasir, kau pup di WC, MENGERTI!?"
"Sugar belum pup dua hari ini." Ah, iya, baguslah.... aku bersyukur dia belum pup. Kalau sampai dia pup di kotak pasirnya itu entah jadi apa rumahku ini, sudah jelek, bau tahi manusia lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
CATNIP
FanfictionRate M [ ON GOING ] Tentang aku dan seorang laki-laki asing yang kutemukan tidur di atas ranjangku ketika aku baru saja pulang ke rumah. Siapakah lelaki itu? Apakah dia seorang maniak atau byuntae yang akan merugikanku di kemudian hari? AU! Fantasy...
4. BAU
Mulai dari awal
