He

159 9 4
                                    

Cuaca pagi ini sangat dingin membuat Sehun terusik dari tidurnya. Dirinya baru dapat memejamkan mata dua jam yang lalu, terserang insomnia lagi. Merasa kurang hangat hanya dengan menggulung diri di dalam selimut, dengan terpaksa dirinya bangkit dan mengubah posisi menjadi duduk. Sehun mengucek matanya yang masih lengket dan mengambil ponsel yang berada di nakas dengan tangan satunya. Melirik jam di ponsel, "masih jam 6 lewat 7 menit." gumamnya. Kemudian berjalan menuju kamar mandi yang berada di kamarnya, panggilan alam.

Saat ini memasuki pertengahan bulan januari, masih terasa udara musim hujan yang entah kapan berakhirnya musim ini. Cuaca sudah tidak dapat diprediksi dengan tepat lagi. Global warming mungkin.

Dua tahun lalu adalah tahun kelulusannya. Sehun melanjutkan studinya di kampus ternama di kota pelajar, meninggalkan orang orang dan kenangannya selama sekolah menengah. Tanpa mengucap pamit kepada siapapun, hanya ke bunda tentunya. Satu bulan setelah acara kelulusan, Sehun pindah ke luar kota.

Kini masuk libur semester bagi anak kuliah, Sehun memutuskan untuk tetap tinggal di flat mewah yang disewakan bundanya. Enggan pulang karena tidak ada yang akan ia kunjungi ketika pulang selain bundanya. Toh bundanya beberapa bulan sekali mengunjunginya kesini dan berlibur di kota yang penuh kenangan ini.

Keluar dari kamar mandi, sehun segera menuju ke dapur kecil untuk membuat sarapan. Melanjutkan tidur sepertinya tak mungkin lagi karena rasa kantuknya sudah menguap entah kemana. Meski tidak pandai memasak namun untuk anak rantau seperti dirinya, rasanya membuat seporsi nasi goreng bukanlah hal yang sulit. Hanya butuh waktu limabelas menit, nasi goreng sudah tersaji di atas piring. Alakadarnya, yang penting ada rasa asinnya menurut Sehun.

Belum habis setengah nasi goreng di piring, ponselnya berdering nyaring di kamarnya. Segera Sehun bangkit dari duduknya meninggalkan nasi gorengnya, mana tahu itu dari ibunya.

Unknown number
+62 xxxxxxxxx

"halo, Sehun?" suara di seberang sana terdengar familiar, Sehun masih berfikir siapa yang menelfonnya.

'Halo? Sehun? Are u there?' seseorang di seberang sana masih memanggilnya.

"Siapa?" jawab Sehun singkat

'Astaga kau melupakanku? Ini aku Chanyeol. Laki laki paling tampan yang pernah kau kenal.'

"Pantas saja seperti familiar dengan suara om om yang satu ini." Sehun sedikit tergelak.

'Ya ya ya. Kau dimana? Aku sedang di xxxx dekat kota tempatmu kuliah.'

"tunggu, kenapa sekarang jadi berbicara aku kamu? Menggelikan hahaha."

'Cerewet sekali perempuan ini. Cepat kesini." balasnya.

"kirimkan alamatnya." Chanyeol mematikan sambungan telfonnya, kemudian ponsel Sehun bergetar lagi karena pasan masuk dari Chanyeol. Sehun segera menghabiskan sarapannya dan bersiap siap untuk menemui sahabatnya.

Sehun sedikit terlambat dari jam yang dijanjikan kepada Chanyeol. Entah mengapa, hari ini jalanan sangat padat. Ini bukan hari libur nasional. Mungkin Sehun lupa sesuatu.

Sesampainya di kedai kopi, -ya Chanyeol meminta bertemu di kedai kopi tak jauh dari pusat kota- Sehun kemudian menuju meja yang telah di pesan temannya. Dari jauh senyum lebar Chanyeol yang tak kalah dengan telinga nya terlihat, Sehun nampak biasa saja. Sehun sedikit berubah dari yang Chanyeol kenal terakhir kali.

"hei bro, wassup!" sapa Chanyeol

"hm," Sehun duduk di sebrang Chanyeol. Memperhatikan temannya dari ujung kepala sampai kaki. Temannya bermetamorfosis sangat baik dua tahun ini. Badan atletis, tidak seperti zaman sekolah dulu yang kurus seperti dirinya. Tinggi yang sudah melampau tinggi badannya dari yang terakhir kali ia lihat dan juga gaya rambutnya. Seperti mahasiswa idola saja.

"sendiri, Yeol?" tanya Sehun

"sama Jongin. Orangnya lagi ke belakang." jawab Chanyeol yang hanya di balas sehung dengan ber-oh.

"Lo banyak berubah, Hun."

"Lo juga."

"Lo ngga pamitan waktu pindahan."

"Lo juga. Kenapa tadi aku kamuan sekarang gue elo an?"

"Ngga cocok ya? Gue kebawa matakuliah etika komunikasi." Chanyeol tertawa dengan suara bass nya.

"Sedikit geli sih gue dengernya tadi." Sehun ikut tergelak seperti Chanyeol. Sebenarnya tidak banyak yang berubah dari mereka berdua. Selera humornya masih sama, gaya bicaranya pun masih sama. Walaupun sekarang mereka bertemat tinggal di daerah yang memiliki gaya bicara tersendiri. Namun tidak untuk mereka yang masih bertahan dengan gaya bicara lama mereka. Memang sangat menyenangkan bila bertemu dengan seseorang yang memiliki gaya bicara denganmu.

"jadi gimana kehidupan lo disini?"

"ngga ada yang spesial," jawab Sehun singkat. Hingga akhirnya pelayan datang membawa pesanan Sehun. Chanyeol melongo dengan pesanan temannya ini. Sejak kapan menyukai americano? Paham apa yang dipikirkan Chanyeol, "sejak pindah, gue lebih suka minuman ini. Selain bisa buat dopping waktu lembur tugas, juga nenangin aja rasanya."

Chanyeol hanya menganggukkan kepalanya, walaupun sedikit heran dengan selera anak bunda yang satu ini. Tak lama, Jongin datang dan ikut bergabung dengan mereka. Dan mereka mulai berbincang bincang tentang masa masa sekolah dan juga masalah perkuliahan mereka.

Chanyeol yang melanjutkan studinya di perguruan tinggi ternama di bumi pasundan karena lolos seleksi tulis. Chanyeol tidak melanjutkan jurusan ketika sekolah menengah, justru sekarang banting stir menjadi mahasiswa hukum. Sedangkan Jongin kuliah di kota yang sama dan perguruan tinggi yang sama dengan Chanyeol, tetapi sebagai mahasiswa teknik. Sehun sendiri sekarang menjadi mahasiswa kimia.

"lo betah amat sama kimia kimia an."

"ngga tau nih, dapetnya disini lagi. Yaudah lanjut aja"

"Katanya dulu nggamau lanjut Kimia lagi pas mau acara wisuda?"

"Boong deh, gue udah keterima di kampus ini pas bilang gitu hahaha."

"Jauh amat sih lo kuliahnya," keluh Jongin.

"Maklum, dia ngga pernah pergi jauh. Paling jauh kan dulu cuma ke lotte beli alat lab." Chanyeol meledek Jongin yang di hadiahi pukulan di kepalanya.

"Itulah kenapa gue ngga mau lagi kuliah di jurusan itu. Cogan pusing." ucap Chanyeol lagi yang membuat temannya tertawa. Merasa nostalgia pada masa di mana mereka sering mendapat hukuman karena Chanyeol yang berisik, Jongin yang pecicilan dan Sehun yang mudah menangis. Namun, kini mereka berubah menjadi pemuda yang lebih dewasa.

"anak dari sekolah kita yang kuliah di kampus lo ada dua orang." Chanyeol hanya manggut manggut, sedangkan Sehun kaget dengan ucapan Jongin.

"Gue tebak, pasti Sehun ngga tau orangnya." ucapan Chanyeol hanya di balas gelengan kepala oleh sehun.

"Zalfa kuliah dikampus lo juga."

"Dan dijurusan yang sama kaya lo, Hun. "

Deg

Seketika jantung Sehun ingin berhenti berdetak.






📍📍📍

"Seminggu lagi aku pulang niel."

'Masih lama. Apa aku saja yang menyusul kesana?' Daniel menampilkan ekspresi sedih

"Lalu mau menginap dimana?"

'Rumah pacarku.'

"Siapa?"

'Perempuan di hadapanku,' ucap Daniel yang membuat Zalfa memerah pipinya.

'Gemas'

"Sudah ah, aku matikan panggilannya."

'Jangan. Aku masih rindu'

"Clingy. Sana tidur, besok kamu ada acara BEM kan?"

'Okay tuan putri. Aku tidur dulu, selamat malam'

"Good night, bear." Zalfa mematikan panggilan video nya dengan Daniel dan beranjak untuk tidur dengan membaringkan tubuhnya di atas kasur dan mematikan lampu tidurnya.

"Good night, bear." gumamnya.








TBC

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Mar 27, 2020 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Reaction || Oh Sehun Where stories live. Discover now