Good Bye For Now

34 4 0
                                    


Inspirated by : Cho Kyuhyun - Good Bye For Now

"Sial."

Hye-Rim mengumpat keras-keras, merutuki dosen sialannya yang seenak jidat mengambil waktu tambahan mengajar hingga satu jam, sampai dia lupa kalau hari ini adalah hari paling penting baginya sampai kurang lebih 2 tahun ke depan. Untung saja, ada pesan dari Mark yang bertanya kemana saja dia, padahal Tae-Il sudah menunggu daritadi. Mendapati pesan yang berbunyi seperti itu, dia dengan segera pergi meninggalkan kelasnya tepat setelah dosennya keluar dari kelasnya.

Dan disinilah dia sekarang, di dalam mobil, berkendara gila-gilaan menerobos lampu yang baru saja berkedip menjadi merah, dan nyaris saja menabrak orang-orang yang berlalu lalang. Tidak peduli dengan umpatan orang-orang yang hampir saja dia celakai, dia lebih memilih mengabaikannya. Motivasinya saat ini adalah menemui Moon Tae-Il dan berharap belum terlambat.

Hye-Rim terus berdoa dalam hati, semoga saja Tae-Il belum pergi. Hari ini, Tae-Il akan menjalankannya wajib militer, sebagai member tertua di grup, dia memang menjadi member pertama yang akan menjalankan tugas negara tersebut, tapi entah kenapa lelaki yang sudah menjadi pacarnya sejak tiga tahun yang lalu itu malah ingin mempercepat jadwal wajib militernya. Hal itu membuat Hye-Rim mengamuk pada awalnya, padahal dia belum mempersiapkan diri untuk terbiasa tanpa Tae-Il. Tetapi, lelaki itu tetap bersikeras, dia bilang semuanya akan baik-baik saja. Sampai sekarang Hye-Rim tidak tahu alasan lelaki itu mengambil wajib militer lebih cepat.

Hye-Rim merasakan matanya memanas. Sial. Kenapa dia malah menangis di saat-saat seperti ini? Hye-Rim menggigit bibirnya sambil terus menyetir. Membayangkan kurang lebih dua tahun tanpa Tae-Il sudah membuatnya menangis seperti ini, bagaimana dengan besok? Lelaki itu sudah pergi. Hye-Rim mencekram stirnya telalu kuat, tiba-tiba merasakan sesak.

Tenanglah, ini hanya sementara. Bisiknya berusaha menyemangati dirinya sendiri.

Besok besok, tidak ada lagi yang memarahinya karena telat makan, tidak ada pelukan hangat lagi, tidak ada suara yang memikat hatinya, tidak ada yang mengingatkannya ketika lupa sesuatu hal-- sial. Hye-Rim bahkan selalu bergantung pada Tae-Il, bagaimana bisa dia menjalani harinya layaknya manusia normal nanti?

Hye-Rim memarkir mobilnya asal-asalan, lalu tergesa-gesa berlari ke arah member NCT yang membelakanginya. Beberapa dari punggung-punggung terlihat bergetar. Hebat juga ya, dari mereka yang bisa menahan tangis, Hye-Rim yakin beberapa langkah kedepan pasti dia sudah terisak luar biasa. Hye-Rim bisa melihat Tae-Il dari sini, lelaki itu tersenyum kecil kepadanya. Detik-detik perpisahan seperti ini, lelaki itu masih bisa tersenyum padahal dirinya sekarang sudah hampir menangis parah?

Hye-Rim berjalan tergesa-gesa menuju Tae-Il, nyaris terjatuh karena tersandung yang membuat air matanya yang dipelupuk makin menetes. Tae-Il membuka lengannya dan menyambut Hye-Rim dengan sebuah pelukan. Dan tangis itupun pecah. Sepertinya baju Tae-Il sudah dipenuhi air mata gadis itu.

"Sshh. Jangan menangis," bisiknya disela-sela helaian rambut Hye-Rim. Gadis itu malah mempererat pelukannya dipinggang Tae-Il.

"Hey, aku kan masih bisa menemuimu saat libur. Aku tidak pergi selamanya kok." Tae-Il berusaha menghibur walaupun dia tahu itu akan sia-sia. Gadisnya ini terlalu bergantung padanya hingga tidak tahu cara melepaskan diri. Kalau ingin jujur, dia juga nyaris tidak bisa melakukan apa-apa tanpa Hye-Rim, sehari saja tidak menemui Hye-Rim dia tidak tahan.

"Tapi kan aku tidak bisa melihatmu setiap hari," ujar Hye-Rim berusaha berbicara dengan jelas. Menangis sampai merasa sesak seperti ini sepertinya membuat pita suaranya susah untuk dipergunakan.

"Pokoknya nanti aku akan mengirikanmu fotoku, kau juga harus mengirimkan fotomu, ya." Tae-Il mengusap rambut Hye-Rim, aroma sampo mendominasi indera penciumannya. Ah, dia pasti akan merindukan wangi ini.

"Oiya, jangan memakai pakaian yang tidak senonoh. Celana pendekmu itu seharusnya sudah aku lenyapkan semua sebelum aku pergi." Hye-Rim mendongakkan kepalanya dan mengangguk patuh. Tumben sekali gadis ini tidak melawan. Biasanya Hye-Rim akan mengamuk jika Tae-Il sudah mengomentari soal pakaiannya.

"Makan yang baik, karena untuk beberapa lama aku tidak ada di sampingmu untuk mengontrol apa saja yang masuk ke mulutmu." Hye-Rim menangguk lagi, Tae-Il mengusap air mata yang masih tersisa di pipi gadisnya. Ah, dia benar-benar menikmati momen ini.

"Ngomong-ngomong karena sebentar lagi kita berpisah, tunggu aku kembali, berdiri di depanmu dan berkata kalau aku benar-benar merindukanmu. Jangan lupa janji kita untuk mengirimkan foto setiap hari, oke? Kau tahu kan ingatanku sangat buruk hingga harus melihatmu setiap saat?"

"Idiot," tandas Hye-Rim yang kembali menangis. "Berhenti berbicara, tolol. Kau suka sekali melihatku menangis, ya?" Tae-Il tertawa renyah dan mengacak rambut Hye-Rim.

"Jangan jatuh sakit, jangan menangis, hiduplah dengan baik. Jangan lupa dengarkan laguku meski aku tak ada." Tae-Il menarik nafasnya dan menghembuskannya perlahan, dia menatap Hye-Rim lembut.

"Selamat tinggal untuk sementara."


FIN

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Feb 10, 2020 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Good Bye For Now [Oneshoot]Where stories live. Discover now