Bab. 1 (Yuna)

13 4 2
                                    

" Yuna, bangun sayang. Sudah pagi, cepat bangun! "
" Yuna gak mau sekolah, ma." Ujar Yuna sambil menarik selimutnya.
" Sayang, coba cerita! Kenapa Yuna tidak ingin masuk sekolah? " Tanya mami dengan nada suara penuh kasih sayang. Yuna mengintip dibalik selimut. Melihat ekspresi wajah maminya. Maminya tersenyum melihat tingkah putri kesayangannya yang nampak manja hari ini. Rambut Yuna dibelai lembut mami.
" Ya sudah, kalau Yuna tidak mau sekolah." Ujar mami menepuk lembut kening Yuna. Mami pun keluar dari kamar Yuna menuju ke ruang makan. Di ruang tamu sudah ada ayah yang seperti biasa sedang membaca koran paginya. Kak Rio yang sedang memoles roti bakar dengan selai kacang kesukaan. Kak Arya dengan game hpnya. Dan kak Aan yang sedang memakan sarapan paginya, nasi goreng dengan telur mata sapinya.
" Yuna mana? " Tanya ayah saat melihat mami berjalan sendiri ke ruang makan.
" Pasti adik lagi kalang kabut mencari catatan buku hari ini. " Tebak Aan, kakak ke-tiga sambil melanjutkan makannya.
" Molor, aku yakin. " Tebak kak Arya. Sedangkan kak Rio tetap santai memakan sarapan paginya.
" Sudah sudah, cepat makannya nanti terlambat." Pinta mami.
" Iya, Ma." Jawab serentak tiga jagoan mami.
" Ma, hari ini Rio terlat pulang. Soalnya mau belajar bareng teman. "
" Arya juga pulang terlat Ma, Arya mau main dulu sama teman teman Arya ke Mall. "
"Kalau Aan, pulang sekolah mau kemana? " Tanya Mami melirik kearah Aan.
" Pulang Ma, Aan berangkat dulu, Ma, Yah. " Pamit Aan disusul Rio dan Arya.
Rio Pratama, kakak pertama Yuna, sedang kuliah semester kedua. Arya Wibowo, kakak ke-dua, kelas tiga SMK jurusan otomotif. Dan Anton Gumilang, kakak ke-tiga kelas dua SMK jurusan elektronik. Yunania, si bungsu, kelas satu SMA. Putri satu satunya di keluarga.

Mengejar DiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang