PART XXXII : I love You Hubby

1.5K 67 0
                                    

Bunda, Ayah dan Nenek masih bicara serius di halaman belakang rumah. Leo dan kedua abangnya kompak ngobrol di lantai dua samb mengawasi anak-anak bermain. Mira dan Dela menemani Lira menyiapkan makan siang. Lauk pauk yang di bawa Bunda di pindahkan kedalam mangkuk dan piring. Sesekali Lira meringis sambil memegang perutnya yang tegang. Dela yang tidak sengaja melihatnya pun segera menghampiri Lira dan membawanya duduk di kursi dekat dapur.

"Kamu isthirahat aja dek. Biar mbak dan Mbak Mira yang nyiapin semuanya. Wajah kamu masih pucat gitu, isthirahat aja ya." Seru Dela, Lira hanya mengangguk dan menurut. Tidak lama Mira datang sambil membawakan air putih untuknya.

"Makasih mbak." Mira menganggukkan kepalanya. Lira langsung meneguk air putih itu dan mencoba merilekskan tubuhnya. Sesekali dihembuskan nafas panjang.

***

Sementara di luar, Bunda terlihat menitikkan air mata dan Ayah masih mengelus punggung Bunda sayang.

"Ma, sampai kapan Mama harus begini? Lira sudah sah menjadi istri Leo. Dan dia anak yang baik, toh selama 6 bulan dia jadi istri Leo. Lira tidak pernah bertingkah macam-macam. Apa yang membuat Mama sangat membencinya?" Nenek terdiam. Seluruh kejadian beberapa bulan terakhir ini berputar di pikirannya. Perlakuan buruknya, kekejamannya dan semua yang pernah di lakukan pada Lira seakan-akan mengingatkannya bahwa selama ini dia sangat jahat pada seorang perempuan yang dari awal dia mengenalnya cukup baik dan manis.

Nenek hanya memandangi pepohonan didepannya dengan wajah yang tidak bisa terbaca.

"Panggil Leo dan Lira. Mama perlu bicara dengan mereka berdua." Seru Nenek akhirnya. Ayah menjauh untuk memanggil keduanya, Bunda pun. Memilih meninggalkan tempat itu dan membiarkan ibunya sendiri.

Tidak lama Leo dan Lira datang dengan bergandengan tangan. Nenek hanya melihat tautan itu sekilas dan menyuruh keduanya duduk dihadapannya. Nenek masih memandang pasangan di depannya itu.

"Nenek minta maaf sudah melakukan hal buruk terhadap istri kamu Leo. Nenek tidak menyadari jika Nenek sudah keterlaluan terhadap Lira. Nenek menyesal telah melakukan ini semua padamu Lira, dan hampir menyebabkan kalian kehilangan anak yang kamu kandung. Maafkan nenek. Nenek tau nenek egois, menginginkan hal yang tidak mungkin terjadi. Maafkan nenek." Nenek berseri sambil menunduk sedih. Lira menghampiri Nenek dan duduk bersimpuh di hadapan Nenek. Di pegang erat tangan Nenek.

"Lira mengerti Nek. Nenek hanya menginginkan Mas Leo bahagiakan. Lira paham, Nenek mau mencari yang benar-benar terbaik buat Mas Leo. Lira janji Nek, Lira akan berusaha untuk membahagiakan Mas Leo sekuat tenaga Lira. Lira janji Nek," seru Lira dengan air mata yang mengalir. Nenek menarik Lira untuk berdiri dan memeluknya.

"Maafkan Nenek. Maafkan Nenek." Seru Nenek berulang sambil memeluk cuci menantunya itu. Leo yang melihat itu ikut terharu di peluk kedua orang yang benar-benar dia sayangi itu sambil tersenyum haru.

***

Lira memijat kakinya yang mulai pegal-pegal, setelah keluarga suaminya itu pulang dengan perasaan sangat bahagia. Lira pun sangat bahagia melihat permasalahan rumah tangga nya sudah selesai sedikit. Di letakkan kakinya diatas meja, senyum masih menghias bibir mungilnya. Tidak lama Leo masuk kedalam sambil membawa air putih. Lira tersenyum menatap suaminya itu.

"Sayang." Leo mengansurkan air putih ke Lira. Lira menerima dengan senyum mengembangkannya. Di tarik tangan Leo agar duduk disampingnya. Setelah Leo duduk, Lira meletakkan air minum di meja, dan meringsut duduk di pangkuan suaminya.  Memeluknya erat, dan menyembunyikan wajahnya dilekukan leher suaminya itu. Leo sigap mengelus punggung Lira.

"Aku udah pernah bilang belum sama mas?" Leo mengernyit dahinya.

"Bilang apa sayang?"

"I love you so much. Thank you for everything. Mungkin aku belum bisa jadi istri yang sempurna buat mas. Tapi aku sudah menyerahkan semua bahagia dan sedihku untuk mas. Sampai kapanpun, hidup dan matiku untuk mas. Suami ku." Seru Lira sambil menatap dalam mata Leo. Leo menatap takjub ke Lira.

"Jangan pernah tinggalin aku mas. Hanya Allah SWT yang bisa memisahkan. Aku nggak bisa hidup tanpa kamu." Lira mengelus pipi Leo lembut. Leo menangkap jemari Lira dan mengecupnya berulang.

"Dulu, aku memang sebel dengan sifat pemaksa Mas. Maksa aku buat mau nikah sama Mas dan mengikuti apa mau Mas. Mas itu dulu polisi yang arogan tau. Tapi sekarang, aku nggak pernah menyesal sudah menjadi istri mas." Lira mengecup bibir Leo lembut dan menatap matanya dalam. Bibir Leo pun tersungging senyum bahagia. Dieratkan pelukannya di pinggang Lira, dan menghujani wajah Lira dengan kecupan kecupan. Lira pun tertawa geli.

"Kamu kok jadi romantis gini sih sayang. Mas jadi terharu banget." Lira tertawa.

"I love you hubby." Gumam Lira dan diakhiri dengan ciuman panjang di bibir suaminya. Leo tentu tidak bisa membiarkan bibir manis istrinya itu menempel di bibirnya sia-sia. Leo semakin mendalam kan lumatannya. Leo baru menghentikan ciumannya saat Lira menepuk bahunya pelan.

"Kebiasaan ih. Gak bisa di kasih bibir sedikit, langsung nyaplok gitu.' gerutu Lira, Leo tergelak. Lira pun tersenyum.

Lira tetap di pangkuan Leo sambil menikmati angin sore yang sejuk di selingi kecupan ringan di kepala dan pelipis Lira.

TBC

Akhirnya. Maafkan kalau banyak typo. Langsung publish soalnya.

SALAM

DII

My Husband Police (End)Nơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ