Guanlin-Jihoon

2 0 0
                                    

Langit menampakkan warna biru yang sangat indah untuk dipandang dengan mata telanjang. Seakan memberitahu bahwa hari ini sangat bagus untuk melakukan pekerjaan seperti biasanya.

"Guan, mamih sama papih pergi dulu ya, jaga diri kamu baik baik" ucap Yeri mengusap kepala Guanlin yang sedang asik mengerjakan pekerjaan kantor di rumahnya. Guan hanya mengangguk, lalu Donghae meninju bahu Guan pelan. " Jagoan papih yang sebentar lagi akan menjadi salah satu pemilik perusahaan besar di Seol jangan lupa makan, jangan terlalu dingin sama perempuan, kasian mamih sama papih yang terus ngurusin pernikahan saudara-saudara kamu" Guanlin yang mendengarnya langsung meletakkan pulpen dan melihat ke arah Donghae datar. " mulai deh sensinya anak papih yang ganteng ini. Kita berangkat ya, pulangnya minggu depan dan ingat minggu depan mamih sama papih gak mau tau kamu harus sudah punya pacar" ucap Donghae sekali lagi meninju bahu Guanlin. " Papih ngomongnya enak banget ya, gak tau apa anaknya ini males kalo berurusan sama perempuan" kata Guanlin yang melirik Yeri. "hmmm kan mamih lagi yang kena, ayo pih nanti ketinggalan pesawat" Yeri mengambil tas jinjingnya di atas meja kerja Guanlin. "Dah sayang, mamih cinta kamu" Yeri mencium pipi Guanlin dan dibalas dengan Guanlin penuh hangat.

Hari-hari berlalu seperti biasanya. Bekerja, bekerja, bekerja. Tidak ada hari selain bekerja. Begitulah yang dirasakan Guanlin setiap harinya. Awan mulai menghitam namun Guanlin masih nyaman di kursi kerja kantornya. "Hidup memang seperti ini ya, terasa bosan dan tidak bermakna" katanya melemparkan pandangan ke luar jendela. Air langit sudah mulai turun sedikit-sedikit. Guanlin membuang napasnya kasar. "Apa perlu aku nyari pacar ya biar tidak seperti ini. Apa aku turuti perkataan papih, tapi aku paling malas berurusan dengan perempuan, mamih aja suka ribet sendiri" Guan membolak balikkan handphonenya kemudian bangkit dari tempat duduknya. " Hah, hanya memikirkannya saja aku sudah muak. Tuhan, hidup begini kah?" mengacak-acak rambutnya.

Langit masih mengalirkan kebahagiannya untuk para tanaman. Perut kosong Guan mulai berontak, tanpa pikir panjang ia mengambil kunci motor dan menerjang hujan yang sedang turun. Guan memutuskan untuk makan malam dipinggiran jalan karena sudah lama ia tidak merasakan makan dipinggir jalan setelah papih dan mamihnya sibuk keluar negeri. Terakhir ia makan di pinggir jalan pada saat kelas 5 SD. Sudah lama sekali, saat itu ia disarankan oleh temannya untuk merasakan sensasi makan di pinggir jalan jangan hanya direstoran saja. Awalnya Guan menolak karena takut tidak sesuai dengan perutnya dan akan berakibat fatal, namun temannya selalu menanyakan apakah ia sudah mencobanya atau belum, karena muak akhirnya ia memutuskan untuk mencoba makan di pinggi jalan. Guan mengajak mamih dan papihnya untuk ikut makan di pinggir jalan. Diluar dugaan ternyata papim dan mamih sangat antusias untuk makan di pinggir jalan. Katanya, mamih bertemu papih secara tidak sengaja di tempat makan di pinggir jalan. Mereka bernostalgia dan Guan hanya mendengarkan saja pada saat itu.

"Pak pesan soto ayam ya, sambelnya dikit aja" kata Guan. Ia mencari tempat kosong, karena hari ini sepertinya pelanggan banyak yang datang. Guanlin memilih tempat duduk didekat ujung tenda yang digunakan untuk keluar pelanggan. " Kalo mamih papih disini pasti menyenangkan" Guan membuka handphonenya lalu memotret keadaan sekitar lalu di kirim kepada mamihnya. Dear mamih, for you and papih. I wish, we will come here together anytime. Enjoy your job in there. Love you mom and dad.

Makanan di pinggir jalan memang terkesan murahan dibandingkan dengan makanan restoran tetapi tidak menurunkan rasa makanannya. Nyatanya banyak sekali pelanggan yang kemari hanya untuk makan malam di sini. Guan sadar, mereka yang berlangganan tidak berasal dari daerah yang sama. "permisi mas, aku boleh duduk di sini. Di tempat lain penuh kebetulan di sini kosong"kata seorang perempuan dengan rambut sedikit basah, mungkin terkena hujan. Guan sebenarnya aga risih dengan keberadaan perempuan itu, bukan hanya perempuan yang ada dihadapannya tetapi kepada semua perempuan karena mereka terlalu fanatik terhadap ketampanan seorang Guanlin. Guanlin hanya menatapi perempuan itu tanpa memberi kode membolehkan atau tidak. "gimana mas? Gak boleh ya" katanya sambil melihat kesekelilingnya, siapa tau ada kursi kosong selain di tempat Guanlin. Nyatanya semesta tidak berpihak kepada perempuan itu, dan perempuan itu sudah menggigil karena kehujanan. Guanlin merasa iba dan akhirnya dia angkat bicara setelah sekian lama ia tidak berbicara kepada seorang perempuan selain mamih, sepupu dan sekertarisnya. "boleh, silahkan. Lagian saya juga sudah selesai makan. Kamu duduk sini aja, saya yang pergi. Oh iya jangan llupa minum air hangat ya" kata Guan langsung pergi tanpa tersenyum. Perempuan itu menatapnya aneh dan merasa bersalah.

Jihoon, nama perempuan yang Guanlin temui di warung pinggir jalan. Perempuan yang saat ini bekerja di kantor Jaehyun, keponakan dari Guanlin yang hanya beda 1 tahun di bawahnya. " Pak, ini berkasnya sudah selesai. Saya taruh di meja seperti biasanya ya pak" kata Jihoon menaruh berkas di meja Jaehyun. "Kamu selesai ini mau kemana Jihoon?" tanya Jaehyun. Jihoon menatap wajah Jaehyun aneh, jarang sekali atasannya ini bertanya seperti itu. Jihoon menerka-nerka dan berakhir dengan senyuman di bibirnya. "Hei, malah senyum-senyum" Lamunan Jihoon buyar karena disenggol bahunya oleh Jaehyun. " Bapak mau ngajak saya kencan kan?" tanya Jihoon lebih mengembangkan senyumnya. "Ngaco kamu, saya kan sudah punya pacar, mimpi. Bukannya kamu sudah sama Taeyong ya?" tanya Jaehyun. Jihoon malah memainkan mukanya dan mematahkan kepalanya ke kanan dan ke kiri. " Bapak ke makan gosip kantor nih. Saya sama Taeyong sodaraan pak, emang sih kalo bapak gak kami itu apa akan ngira kami itu pacaran. Padahal kami cocok ya pak? Sayang aja dia sodara saya pak" kata Jihoon. Jaehyun menggeplak kepala Jihoon cukup keras sehingga Jihoon berteriak cukup keras. "cepat jawab abis ini kamu mau kemana?" Jaehyun sudah mulai kesal dengan Jihoon. "pulang pak ke kosan, puas" katanya yang meninggalkan Jaehyun. Jihoon benar-benar berani terhadap Jaehyun, bukan tidak sopan hanya saja Jaehyun suka melakukan sesuatu yang melewati batas dan membuat Jihoon kesal. " Berani ya ninggalin Bosnya" Jaehyun menyamakan langkah dengan Jihoon. Jihoon berhenti dan menghembuskan napasnya kasar. "kenapa sih pak Jaehyun yang super ganteng tapi masih gantengan Taeyongnya aku" kata Jihoon yang tanpa sadar dibelakangnya sudah berdiri Taeyong. Taeyong tersenyum mendengar perkataan Jihoon yang jarang sekali memujinya di kantor. " Jadi malu" katanya. Jihoon menengok ke arah belakang dan melihat Taeyong yang sudah siap untuk pulang. " Hari ini saya akan bertemu dengan saudara saya dan kebetulan dia akan menjadi partner kita dalam menjalankan proyek ini, jadi saya mengajak kamu untuk ikut karena kamu pun berperan penting dalam proyek ini. Mengerti? Bukan mau mengajak kamu kencar. Geer" kata Jaehyun. Jihoon malu ketika Jaehyun berkata Geer. "Saya tidak ikut kan pak?" tanya Taeyong. " Kamu juga ikut, inget kamu kan ketua dalam proyek ini. Enggak bisa seenak jidat" kata Jaehyun. Jihoon tertawa dan memukul Taeyong. " mampus lo" Mereka bertiga pun pergi dan menuju tempat yang sudah dijanjikan.

Pemandangan yang luar biasa yang jarang Jihoon lihat apalagi Taeyong karena mereka merupakan anak rumahan yang kalau sudah pulang kerja hanya di rumah saja, keluar pun jika ada perlu seperti sekarang. Oh iya, Taeyong dan Jihoon tinggal satu rumah di rumah orangtuanya Jihoon karena orangtua Taeyong sedang bertugas di luar negeri. " Jangan malu maluin ya, saya tau kalian baru pertama kali datang kesini, setelah beres saya akan ajak kalian jalan-jalan sebentar biar gak kampungan" ejek Jaehyun sambil mencari seseorang dan langsung pergi tanpa memeperdulikan kedua staffnya. " sombong sekali itu bos besar, awas aja deh" kata Taeyong yang tanpa sengaja melempar pulpen ke arah Jaehyun dan sialnya pulpen itu terkena kepala Jaehyun dan Taeyong pura-pura tidak tahu saat Jaehyun berbalik badan. "Saya tau ya ini kelakuan siapa, buruan sini, udah nunggu tuh" kata Jaehyun.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jan 25, 2020 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Power of JihoonWhere stories live. Discover now