Dua Kata

540 32 3
                                    

"Caca, mau ke kantin bareng gak?"

Yang ditanya justru sibuk dengan tumpukan kertas latihan berbagai macam soal. Tangannya tidak berhenti sejak jam pelajaran kedua dinyatakan kosong tanpa tugas sebab sang guru sedang sakit demam.

"Nitip telur gulung aja gue, 5 ribu pake bumbu asin sama pedas. Jangan pake yang manis." Jawabnya sambil memamerkan senyum lebar.

Kaila memutar bola matanya malas. "Yaudah, ada lagi? Es atau apa gitu?"

Dan hanya disambut gelengan oleh Caca yang sudah tenggelam di dunianya sendiri. Berpuluh-puluh soal hingga berlembar-lembar catatan. Semuanya adalah rutinitas. Kegiatan yang akhir-akhir ini ditekuni Caca supaya bisa tembus ke perguruan tinggi impiannya.

"Lagi ngapain, Ca?"

Kepala gadis berponi itu menengok ke arah sumber suara yang berasal dari depannya.

"Lah, Deva. Gue kira siapa." Seadanya saja menjawab. "Ngerjain soal. Kenapa?"

Deva menggeleng. "Gapapa, tumben aja liat lo jam segini gak ke kantin."

Caca tidak memberikan respon lebih hanya sebatas gumaman kecil yang ia harap semoga terdengar oleh Deva. Dia sedang dalam mode tidak ingin di ganggu.

"Materi hereditas udah paham belom?"

Kali ini Caca menyerah. Sepertinya memang bukan waktu yang tepat buat mengerjakan soal di waktu istirahat. "Lumayan, seenggaknya paham konsep dasarnya. Kenapa?"

"Gue belom ngerti. Nanti tolong ajarin gue, ya?"

Dahi Caca mengkerut sedikit, gerak gerik Deva ada yang aneh. Biasanya main langsung tanya, tumben sekarang pakai izin segala?

"Tolong ajarin gue, ya, Adrianna?"

"Iya boleh."

Deva beranjak dari tempat setelah telapaknya ia gunakan untuk mengacak poni Caca yang sedari tadi diam mencerna situasi.

Deva aneh, pikir si gadis kelahiran sebelas bulan ke satu itu.

***















"Pal."

"Nopal."

"Nopal anjing, budeg beneran tau rasa lo."

Naufal yang sedang sibuk dengan ponselnya menatap Caca malas. "Kasar banget dah lu cewek."

"Gak ada aturan tertulis cewek gak boleh ngomong kasar." Jawab Caca tidak kalah sengit. "Temen lo kenapa deh,"

Si pemilik nama lengkap Naufal Azhar Yudhistira ini sedikit tertarik dengan topik pembahasan yang Caca bawa. "Siapa?"

Karena posisinya yang duduk di bangku milik Naufal, yang berada di baris belakang, Caca dengan hati-hati menunjuk Deva yang sedang duduk di depan kelas sembari bermain uno dengan beberapa anak.

"Dia kenapa?"

"Tadi pas istirahat aneh banget. Kayak maksa gue ngajarin dia materi biologi yang tadi."

"Mau tobat mungkin," Jawab Naufal singkat.

"Tapi dia natap gue gak kayak biasanya, Fal. Dia natap gue begini."

Ucap Caca sembari menggambarkan kejadian tersebut, tapi malah kepalanya di dorong menjauh oleh Naufal.

"Gua jangan di tompo juga kali."

Caca mendengus pelan. "Tapi dia gak biasanya begitu."

"Naksir kali."

"Amit-amit. Jangan sampe."

Naufal tersenyum kecil.










GaleneWhere stories live. Discover now