IN MY MIND

17 4 0
                                    


Baik, perkenalkan namaku Ari. Sebut saja begitu. Aku seorang mahasiswa asal Bandung, Jawa Barat. Aku mempunyai sebuah kisah nyata, dimana kejadian itu sangat sulit dilupakan olehku hingga saat ini. Kisah yang menyeramkan sekaligus menakutkan. Entah aku dapat menceritakan seluruhnya ataupun hanya sebagian. Secara, kejadian itu terjadi saatku masih duduk di bangku Sekolah Dasar.

Samar-samar aku sering teringat kembali dikala tidur ataupun disela-sela aktivitasku. Sedikit mengganggu sebetulnya. Namun aku tetap menjalankan hari-hariku seperti biasa. Aku bukanlah anak indigo atau anak yang dapat melihat mereka yang tak terlihat. Mungkin itu sebabnya aku sedikit trauma. Maka dari itu, hingga saat ini aku jarang menceritakan kepada teman-temanku atau kepada siapapun. Kecuali kepada beberapa temanku yang sangat penasaran ingin mendengar ceritaku.

Ya, mungkin lewat tulisan ini aku dapat menceritakan kepada semua orang. Cerita yang membuatku sedikit trauma akan mereka yang tak dapat kita lihat. Ku mencoba untuk mengingat kembali satu per satu secara rinci kejadian itu. Walau tidak semua dapat kuingat.

***

Makassar, 2006

Hari ini adalah hari pertamaku masuk ke jenjang Sekolah Dasar. Dan kebetulan disaat yang sama, kami sekeluarga pindah ke rumah yang baru karena rumah lama kami letaknya sedikit jauh dari sekolahku.

Ayahku bekerja di sebuah Bank swasta, sementara ibu memiliki bisnis gorden dan tas. Ayahku adalah seorang yang bisa dikatakan memiliki kemampuan indigo. Aku juga pada awalnya sedikit ragu. Namun dari cerita ibuku, ayah adalah orang yang paling menjagaku dari makhluk halus disaat aku bayi. Pernah kata ibu, ayah mendapat telepon jam 11 malam disaat hujan deras tahun 1999. Ketika beliau angkat, suaranya adalah suara wanita yang terdengar berat. Wanita itu berkata "Aku berada di kamar. Anakmu lucu.", Setelah itu ayah langsung mengambilku dari dalam kamar dan membawaku tinggal bersama nenekku yang rumahnya tidak jauh dari rumah. Ayah mengiyakan ada seorang wanita kurus tinggi di samping kasur saat itu.

Singkat cerita kami membeli rumah baru itu. Ya, Cukup besar untuk kami sekeluarga. Lokasinya berada di area perumahan sehingga ramai. Terdapat dua lantai dimana lantai 2 dijadikan gudang oleh pemilik sebelumnya. Beberapa benda dari pemilik sebelumnya pun masih berada disana tertutup oleh debu-debu tipis.

"Ma.. Rumahnya besar. Aku suka.", Kataku.

"Iya nak. Nanti kita tinggal disini sampai nanti ayah pindah tugas ke tempat yang baru.", Balas ibuku tersenyum sembari mengusap-usap rambutku.

Kira-kira saat itu pukul 10 malam. Ayah baru tiba dari perjalanan dinas di Jakarta. Akupun gembira sembari loncat-loncat memeluk ayahku didepan teras rumah. Begitu juga ayah, beliau langsung menggendongku. Namun, seketika ekspresi ayah berubah saat tiba di pintu masuk. Aku ingat benar bagaimana ayah terdiam menatap tangga. Seakan ada sesuatu yang tak dapat diungkap oleh ayah.

"Yah.. Kenapa ?", Tanyaku.

"Tidak apa nak. Kamu main aja didalam kamar. Udah malam.", Kemudian ayah melepas gendonganku.

Rumah kali ini adalah rumah yang dipilih oleh ibu sendiri. Secara, disaat mencari rumah ini, ayah sedang berada di Jakarta. Padahal biasanya ayah selalu memilihkan rumah yang "bersih" untuk kami dan orang lain disaat mau pindahan.

***

Hari demi hari, bulan demi bulan. Tidak ada sesuatu keanehan yang terjadi. Hingga hari itu mungkin adalah pengalaman menyeramkan pertama yang kualami dalam hidup. Ditengah malam yang hujan lebat, aku sedang bermain Plays Station 1 dibawah tangga. Ya, hobiku waktu kecil adalah bermain game. Walaupun semua anak di Indonesia telah tertidur lelap, mungkin aku masih terbangun didepan game Need For Speed.

Ayah dan ibu sudah terlelap di kamar. Dan aku ? Aku masih dibawah tangga. Hingga pada saat itu waktu menunjukan pukul 11 malam. Ketika aku sedang bermain game, tiba-tiba terdengar bunyi langkah kaki di tangga. Ya, tangga rumahku terbuat dari kayu sehingga bunyi langkah kaki akan sangat terdengar.

"Duk.. Duk.. Duk.."

Langkah itu semakin lama semakin terdengar menuruni tangga. Ku tengok perlahan dari bawah tangga.

Perlahan demi perlahan..

"Tidak ada siapa-siapa", Kataku dalam hati.

Ketika kupalingkan wajahku ke sudut atas tangga. Sebuah muka pucat sedang tersenyum lebar menatapku. Ketika aku terkejut, sosok itu langsung berlari menuruni tangga secepat angin dan menembus tembok dapur.

"MAAAAA.......", Akupun langsung berteriak dan menangis sejadi-jadinya. Tubuhku lemas. Aku hanya tersujud dan kaku. Sehari kemudian tubuhku demam tinggi hingga seminggu.

***

Setelah kejadian itu, ayah langsung memanggil orang pintar untuk membersihkan makhluk halus. Bukannya bersih, malah semakin memperparah keadaan. Semenjak saat itu, kejadian demi kejadian mistis terus terjadi. Seperti Tv yang menyala sendiri, suara langkah kaki di lantai 2, dan buruknya lagi pintu kamar yang dihalang meja rias. Semua kejadian itu terjadi hampir setiap hari.

Suatu ketika di malam 26 Januari 2007 adalah hari ulang tahunku. Orang tuaku mengadakan pesta kecil-kecilan di rumah. Seusai acara, akupun masuk kedalam kamarku. Bibi asisten rumah tangga lekas membacakan dongeng burung hantu kesukaanku. Dipertengahan dongeng, bibi terkejut dan langsung memelukku. Bibirnya bergetar seakan ingin berteriak namun dibendung olehnya. Aku sontak mempalingkan wajahku. Dan betapa terkejutnya aku melihat seseorang pria tinggi dengan kepala yang berbentuk kuda berdiri didepan pintu kamar mandi kamar. Bibi yang takut aku akan berteriak dengan sigap menutup mulutku dengan tangannya dan melantunkan doa-doa sambil memejamkan mata.

Pria tersebut terus mengangguk-angguk bagai kuda. Dan menyeramkannya lagi, DIA BERPINDAH POSISI ! Dia berjalan menuju pintu kamar sambil mengangguk-angguk. Bibi yang panik langsung menggendongku ke ruang tamu sebelum pria berkepala kuda itu sampai di pintu masuk kamar.

Disaat yang sama, pamanku yang sedang menonton tv di ruang keluarga juga mendapat gangguan. Beliau melihat 3 sosok berbadan besar yang duduk diatas lemari kaca. Sontak paman berteriak dan menuju ruang tamu dimana ada aku dan bibi. Orang tuaku juga langsung keluar dari kamar karena teriakan paman dan tangisanku. Seketika sampai di ruang tamu, ayahku kaget melihat ada banyak kerumunan orang di ruang tamu yang tidak dapat kami lihat. Dari anak kecil bermain biola, pria tua yang sedang menangis, wanita dengan lidah Panjang, dan masih banyak lagi. Termasuk baju kemeja yang bergerak dengan sendirinya.

Singkatnya, ayah membawaku ke rumah nenek dan aku besar disana hingga menginjak bangku SMP.

***

Bandung, 2017

Saat ini aku sudah berkuliah di salah satu Universitas Swasta terkemuka di Kota Bandung. Peristiwa itu sudah lama terjadi. Ayah menjual rumah tersebut dan kami sekeluarga pindah ke Papua karena peletakkan tugas dinas ayah. Akupun juga berkumpul kembali bersama mereka setelah lama berpisah dan menjalani hari-hari seperti keluarga biasanya.

Aku memiliki teman yang kebetulan berasal dari Makassar. Kami berbagi kenangan saat-saat hidup di kota tersebut. Sambil membuka Google Maps via laptop, kami menjelajah kota Makasar dengan fasilitas street view.

"Wah sudah berubah Makassar. Hahaha..", Kataku sambil tertawa.

"Iyalah.. sudah berapa tahun kau tinggalkan Makassar. Sudah banyak perubahan. Tambah macet juga."

Ada satu hal yang membuatku penasaran. Ya, rumahku dulu. Tempat dimana peristiwa-peristiwa menyeramkan itu terjadi. Kuketik alamatnya di Google Maps dan, ya, aku menjelajah kompleks rumahku dahulu. Sembari memajukan arah navigasi, akhirnya aku menemukan rumahku.

"Sudah rata", Ucapku dalam hati sembari tersenyum kecil.

Ya, rumahku dulu yang begitu menyeramkan kini sudah tiada. Namun aku tahu, walau mungkin bangunan itu telah rata, kenangan-kenangan menyeramkan di rumah itu masih ada dan terkenang oleh ingatanku.

"Sesuatu mungkin dapat berubah seiring waktu berjalan. Namun kenangan akan tetap selalu ada."

TAMAT

In My MindWhere stories live. Discover now