Chap. 1

514 58 5
                                    

Kamu memasuki ruang Klub Musik, terdiam sesaat melihat keadaan mengerikan di dalam. Debu dan sarang laba-laba di mana-mana, memenuhi tempat. Sungguh berantakan, dengan banyak peralatan berada di sembarang tempat.

“Ini yang terburuk,” gumammu, memijit kepala yang mendadak terasa pening. Kamu kemari hanya karena berminat dengan ruang tak terpakai ini, walau tau konon di sini sering terjadi hal aneh. Seperti piano yang berbunyi sendiri padahal sekolah sudah sepi.

Hal itu sering terjadi, setelah anggota klub bubar tanpa alasan yang jelas. Itu sudah dua tahun berlalu, sekarang kamu sebagai murid barulah yang pertama berani memasukinya. Alasannya? Kamu hanya mencari tempat yang pas untuk membolos.

Beberapa saat kemudian, ruangan sudah bersih. Kamu menyentuh tust piano, yang berada di tengah ruangan. Selalu menyenangkan mendengar alunan piano, sayangnya kamu tidak mengerti sedikit pun soal ini.

“Mungkin lain kali aku akan mempelajarinya... jika aku punya cukup waktu untuk itu,” gumammu, tidak begitu yakin akan berhasil.

Entah mengapa kamu mulai merasa ngantuk sekarang. Mengedarkan pandang sebentar, kamu memilih tidur di atas sofa yang berada di dekat jendela. Tempat strategis untuk hanyut dalam bunga mimpi, di mana segala yang kamu inginkan berada di sana....

***

Denting piano lembut terdengar, membuatmu terbangun dengan tidak relanya. Kamu melihat ada sesosok blur di atas kursi sedang memainkan piano dengan piawai. Semakin lama, sosok itu semakin jelas adalah pemuda bersurai hitam agak panjang dengan paras tampan.

Tirai yang membingkai jendela di belajangmu berkibar ditiup angin ditambah semburat oranye malu-malu di ufuk Barat, menambah kesan semakin indah. Pemuda itu terlihat sangat tampan, bermandikan cahaya sore dan kamu tak mampu mengalihkan tatapanmu darinya.

Denting terakhir mengalun lebih lembut, hingga tangan pucat itu turun dan sepasang mata terbuka, menampilkan pada dunia warna merah darahnya. Pemuda itu sepertinya menyadari perhatianmu, segera menatap tepat ke matamu.

Kamu tertegun, tak tahu harus bereaksi apa setelah sadar bahwa dia mrnatapmu juga. Gugup dan malu, keduanya bercampur menjadi satu hingga kamu tak mampu mengangkat kepalamu lagi. Ini.... Ah, kenapa jadi terlihat memalukan?

“Pffft....”

Suara menahan tawa itu mengembalikan dunia nyatamu. Kamu melihat pemuda itu terlihat menahan tawa, seolah ini semua lucu baginya. Pemuda itu berhasil tidak tertawa, kembali menatapmu dengan senyum menawan. Dan apa-apaan efek cahaya ini? //ditabok reader

“Santai saja, tidak usah malu. Oh ya, kamu murid baru?” Suaranya dalam, begitu memikat hingga kamu memerlukan beberapa waktu untuk menemukan jawaban tanpa terlihat konyol di pertemuan pertama ini.

“Y-ya, aku siswi baru. A-aku (Name),” sahutmu, lalu kembali memerah. Aaah, dalam pikiranmu kamu sudah mengutuk habis-habisan karena gagap memperkenalkan diri sendiri. Tapi pemuda itu tidak tertawa, hanya tersenyum maklum. Dia tahu mungkin kamu gugup bertemu orang baru.

“Aku Sakuma Rei. Salam kenal, (Name)-chan~~” ucapnya, seraya mengulurkan tangan kanan lengkap dengan senyuman ramah. Kamu meraihnya, mencoba membalas senyuman itu senatural mungkin. Kamu berdoa dia tidak melihat rona wajahmu sama sekali.

“Ah, Sakuma—”

“Rei.”

“Uhh.... Maaf?”

“Rei saja tak masalah. Tak perlu formal,” jelas Rei, mengibaskan tangannya.

“O-oh, baiklah. Rei-san, kamu mengapa ada di sini? Kupikir semua orang tak ada yang berani kemari karena rumor itu,” katamu, memastikan.

“Hee~~? Aku hanya suka kemari, kadang hanya tidur atau memainkan musik. Aku tidak tau ternyata ada seseorang seberani diriku kemari, bahkan tidur dengan lelap,” kata Rei, menyindirmu. Lupakan saja soal suasana dramatisir tadi, kamu mulai merasa bahwa pemuda ini suka menyindir.

“Aku hanya mencari ruang sembunyi buat bolos dan—!?” Kamu terdiam, hampir saja kamu mengucapkan sesuatu yang selama ini kamu rahasiakan dari siapapun. Dia yang di depanmu adalah orang asing, dan seramah apa pun dia, bukan berarti kamu bisa percaya begitu saja.

“Hm? Apa itu?”

“Aaah, tidak. Itu...,” gugup, kamu menatap ke segala arah, mencari pengalih topik. Dan hal yang pertama kamu liat adalah piano, dan segera saja kamu mengatakan, “aku mau belajar main piano! Iya, itu!”

“Benarkah? Mau kuajarkan?”

Wow! Sesuatu yang tak terduga! Tentu saja tak akan kamu sia-siakan, ini kesempatan emas mempelajari alat musik!

“Tentu saja! Mulai sekarang bisa?”

“Tentu saja, aku senang masih ada yang menyukai musik seperti aku,” ujar Rei, lalu senyuman ramahnya berubah menjadi seringai, “tapi jangan coba-coba mengeluh apalagi berhenti di tengah jalan. Aku ini keras lho~~”

Glup!

Kamu merasa aura suramnya Rei, tapi siapa bilang kamu takut? Tidak ada!

“Percayalah, aku tidak akan melakukan itu!” serumu, semangat.

“Yup, semangat yang bagus! Mari kita mulai pelajaran dasar dulu~~” senandung Rei.

Begitulah, hari-hari kalian bersama pun dimulai....

To be continue

Yups! Akhirnya update juga! Ada yang menanti fanfic ini? //g
:") *pundungan

Miki: Aaa.... Karena author-nya sedang pundungan, maka saya dan Leon sebagai oc akan menutup chapter kali ini bersama.

Leon: Ck, author merepotkan! //oc kerad :")

Miki: Jadi, saya ucapkan terima kasih bagi yang sudah membaca cerita kali ini.

Leon: Semoga Anda tetap setia menanti update selanjutnya.

Miki & Leon: Jangan lupa tinggalkan jejak. Sekali lagi terima kasih dan sampai jumpa~~

Dibuat & dipublikasi:
Sel, 7 Januari 2020

Você leu todos os capítulos publicados.

⏰ Última atualização: Jan 07, 2020 ⏰

Adicione esta história à sua Biblioteca e seja notificado quando novos capítulos chegarem!

Error → Sakuma ReiOnde histórias criam vida. Descubra agora