"Ini kan juga sedang bekerja, menonton berita. Lagipula, keadaan Cafe tidak terlalu ramai, Renjun-ah", belanya.

"Tapi, pamanku tidak membayarmu untuk sekadar menonton televisi, Lee Haechan!", sanggah Renjun. Dia benar-benar heran dengan kelakuan karyawan bebal yang satu ini sejak di hari pertamanya bekerja lima bulan yang lalu.

"Ssssttt! Tunggu sebentar!", sela Haechan. Dia pun meraih remote televisi dan menyaringkan volume suaranya.

Telah terjadi kasus pembunuhan dan mutilasi di daerah XXX. Korbannya adalah seorang pria berusia sekitar dua puluh empat tahun. Kemungkinan korban dibunuh pada pukul satu dini hari dan pembunuhnya masih dinyatakan buron hingga saat ini. Berikut ini adalah identitas korban...

Jaemin yang baru saja selesai mengepel lantai, tanpa sengaja melihat kawan-kawannya itu sedang fokus menyaksikan berita dari televisi di ruang istirahat khusus karyawan. Jaemin pun menghampiri mereka berdua. Dia memicingkan matanya saat layar datar tersebut menampilkan identitas korban beserta fotonya.

"Kim Rowoon...", ejanya. Sedetik kemudian, Jaemin memekik pelan dan membuat atensi kedua sahabatnya teralihkan.

"Ada apa, Jaemin-ah?", tanya Renjun sambil mengerutkan keningnya. Sedangkan Haechan hanya diam menunggu jawaban dari Jaemin.

"I-itu... A-aku mengenal orang itu...", jawabnya terbata-bata.

"Benarkah?". Haechan mulai tertarik dengan jawaban yang Jaemin berikan.

"Ya...", ucap Jaemin sedikit ragu. "Sebenarnya, bukan mengenal secara dekat. Tapi, ada insiden yang membuatku dapat mengenalnya". Jaemin tampak terdiam beberapa saat.

"Ceritakan!", desak Renjun.

"Bukan insiden besar, Renjun-ah! Dan jika memang korban itu adalah Rowoon yang ku maksud...", ucap Jaemin sambil menerawang ke layar televisi. "Kami bertemu sekitar dua minggu yang lalu. Waktu itu aku baru saja pulang dari minimarket. Saat hendak menyebrang jalan, ada anak kecil yang sedang berlarian dan dia menabrakku. Alhasil, belanjaanku berhamburan di jalanan. Aku sibuk memunguti belanjaanku sambil mengejar waktu lampu rambu-rambu lalu lintas yang akan berubah. Dan lelaki itu datang membantuku memunguti semuanya. Dia menarikku lembut ke seberang jalan. Ah, kami sempat mengobrol sebentar dan memperkenalkan nama masing-masing. Tapi, sayangnya kami tidak sempat bertukar nomor telepon. Dan di hari-hari berikutnya aku tidak pernah bertemu lagi dengannya. Dan hari ini aku malah mendengarnya yang sudah... meninggal".

"Jadi, kalian pernah bertemu?". Renjun mengusap wajahnya pelan. Jaemin pun mengangguk.

"Bahkan dia meninggal dalam keadaan yang mengenaskan... termutilasi", celetuk Haechan.

"Ya, kau benar". Renjun bergidik ngeri.

"Sepertinya kita harus berhati-hati. Bukankah daerah itu tidak terlalu jauh dari Cafe kita? Bisa saja saat ini sedang musim pembunuhan. Dan pembunuhnya juga masih dinyatakan buron", lanjut Haechan sambil ikut bergidik.

Di sisi lain, Jeno hanya terdiam dari kejauhan tanpa berniat mendekati ketiga rekannya itu.

Dering ponsel berkali-kali bergema di dalam ruangan yang sunyi dan berpencahayaan minim itu

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Dering ponsel berkali-kali bergema di dalam ruangan yang sunyi dan berpencahayaan minim itu. Pemiliknya seakan enggan untuk sekadar menghentikan bunyi yang cukup memekakkan telinga tersebut. Berkali-kali hingga akhirnya siluet sang pemilik yang duduk anggun di sofa pun mengangkat panggilannya.

"Ada apa?", ucapnya malas.

"Sir, aku-"

"Kau ingin menyampaikan padaku tentang berita itu, kan?", selanya.

"Iya...", lirihan di seberang sana.

Sosok yang dipanggil 'Sir' itu hanya tersenyum culas.

"Tidak biasanya kau kalah satu langkah dari orang lain, Lion. Ini bukan seperti kau yang biasanya...", desisnya mematikan.

"Ampuni aku, Sir. Aku memang kalah start. Tapi, bukankah tujuan kita sama saja?".

"Ya, kau benar. Tikus itu mempermudah pekerjaanku. Tapi, ingat! Dia adalah musuh kita. Jadi, lakukanlah tugasmu dengan lebih baik lagi. Jangan membawa perasaan apapun di dalamnya!".

"Baik, Sir! Aku benar-benar minta maaf atas kelalaianku kali ini".

"Ya, tapi hukuman tetap harus berjalan, Lion. Ingat, aku tidak suka terhadap kesalahan sekecil apapun itu!".

"B-baik, Sir..."

Sambungan pun terputus.

Jaemin merasa sedikit tidak enak badan malam ini

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Jaemin merasa sedikit tidak enak badan malam ini. Apakah dia masuk angin? Udara memang cukup ekstrim akhir-akhir ini. Jaemin pun memutuskan pergi ke apotek sebelum pulang ke flatnya.

Jaemin hendak memasuki apotek ketika tiba-tiba saja rasa pusing menyerangnya. Tubuhnya akan limbung jika tidak ada lengan yang melingkari bahunya.

"Apakah Anda baik-baik saja?", ucap suara lembut itu dengan nada khawatir.

"A-aku..."

.
.
.
TBC

Akhir-akhir ini cuaca memang tidak baik

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Akhir-akhir ini cuaca memang tidak baik. Aku juga sedang terkena flu 🤧 Pokoknya, NCT dan NCTZen harus menjaga kesehatan ya~ Dan yang sudah terlanjur sakit, semoga cepat sembuh 💚💚

Ps: 100 votes auto up!!!

Nay 💚💚
5 Januari, 2020

PSYCHO ||NoMin|| ✔️Where stories live. Discover now