01

81.8K 4.1K 194
                                    

"Ma, Arin berangkat ngampus dulu ya. Assalamu'alaikum"

Menjadi kebiasaan bagi Arina untuk berpamitan sembari mengeluarkan teriakan di pagi hari, tidak ada sopan sopannya.

"Woy kalo pamitan sama mama tuh yang bener! Gak ada akhlak emang lo jadi kakak!"

Mengimpikan memiliki saudara dan hidup dengan tenang bersama? Itu hanya angan angan untuk Arina. Buktinya dia dan adiknya, Arima hanya akan saling berteriak. Bukan hanya dengan Arima, tapi Azzam pun sama. Bedanya Azzam lebih banyak diam dan sedikit lebih akur sengan Arina dibanding Arima.

"Rim diem deh lo juga, berisik tau gak"

"Gak bisa diem, mulut mulut gue gak ada hak lo nyuruh gue diem zam"

Arima Lakeisha Lollita  dan Azzam Lakeisha Bramantyo, kembar tidak identik keluarga Bramantyo. Keduanya adik Arina yang terpaut 4 tahun dengan Arina,  jika mereka bertiga berkumpul maka siap siap telinga siapapun yang berada di dekat mereka menjadi pengang karena teriakan mereka bertiga.

Menjalani hidup sebagai anak sulung perempuan bukan hal yang mudah untuk Arina, dia siap tidak siap setelah lulus kuliah juga harus membantu orang tuanya mengurus kebutuhan adiknya. Terlebih adiknya ada dua, dan keduanya sudah berikrar enggan mengikuti seleksi perguruan tinggi negeri, 'gak mau ngerasain rasa yang lebih sakit dari di tolak gebetan kaya kak Arin dulu pa, sampe nunda kuliah' - Kata Azzam.

Kegiatan Arina sekarang memang hanya menjadi mahasiswi biasa, ia tak terikat dengan kegiatan organisasi kampus apapun. Karena tiap selesai kuliah, Arina akan bertemu dengan mesin kasir cafe dimana ia bekerja part time.

Jika dipikir, pekerjaan part time inilah yang membuat Arina menemukan pujaan hatinya. Jeffreyan, pelanggan setia di cafe tempat Arina bekerja.

"Mba, ada yang mau pesen. Jangan main hp terus"

"Ah iya ma...af"

Melihat siapa yang mengeluhkannya, membuat Arin memutar bola matanya.

"Kirain siapa mas"

"Kalo kerja jangan sibuk sama hp, untung aku yang nge-gep kamu mainan hp. Coba orang lain, habis kamu"

"Iya mas Rey, maaf. Mau pesen apa?"

"Sebentar, mumpung gak ada pelanggan lain. Mau perhatiin Arina, makin cantik"

Sangat cheesy, maklum Jeffreyan nyaris 10 tahun lamanya tidak menggoda perempuan. Dia sekarang hanya berani menggoda Arina.

"Ekhm"

Deheman dari belakang Arina membuat Jeffreyan sadar, atasan Arina tengah memperhatikan mereka.

"Iced Americano satu sama satu slice tiramissu"

"Oke, ada tambahan?"

"Extra ice, dine in"

Setelah menyelesaikan pesanannya, Jeffreyan duduk di salah satu kursi. Ia sengaja datang di sore hari menjelang maghrib karena ia tau Arina akan pulang menyelesaikan part timenya di dekat waktu berkunjungnya.

"Aku selesai 30 menit lagi, kalo mas mau pulang dulu gak apa apa"

Baru satu sendok tiramissu masuk ke mulutnya, Jeffreyan sudah mendapat pesan dari Arina. Ia menoleh kearah kasir, sudah bukan Arina yang berada disana.

"Aku tunggu, aku makan sedikit sedikit biar bisa nunggu kamu. Kalo perlu aku pesen lagi"

Balasan yang dikirim oleh Jeffreyan kepada Arina, membalas pesan masih dengan sendok tiramissu terkait di mulutnya.

Tengah sibuk dengan makanan dan minumannya, Jeffreyan mendapat telfon dari Kala.

"Kenapa?"

"Wa'alaikumsalam"

WDW [ COMPLETE ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang