Dimatamu

4.1K 181 35
                                    

Duduk disebuah kursi tinggi dengan gitar akustik dipangkuan, menjadi sorotan beberapa pasang mata yang memandang kearahnya.

Berusaha mengabaikan degup jantung yang berdetak tak beraturan.

Menelan saliva kasar, berusaha mengusir rasa gugup dengan menghembuskan napas secara perlahan.

Bukan hal mudah, tampil disebuah acara dengan banyaknya tamu yang berdatangan.

Hal seperti ini bukan hal baru untuknya, ia sudah terbiasa diundang atau bahkan diminta untuk menyanyikan sebuah lagu diberbagai acara.

Namun kali ini berbeda, sebuah acara dimana ia sungguh tak mampu untuk hadir, disebuah acara dimana rasa gugup beradu dengan rasa sakit dan kecewa menjadi satu.

Tapi sekali lagi, bukankah ia harus menjadi seorang profesional..? Diminta dan diundang khusus untuk hadir, bukankah tidak sopan jika tidak menghadiri undangan tersebut..?

Maka, disinilah ia duduk, disebuah panggung dengan latar belakang kain satin berwarna putih dan karpet bulu berwarna merah maroon, juga beberapa hiasan bunga memperindah panggung ini.

Disebuah acara mewah yang diadakan dihotel berbintang, dengan banyaknya para tamu undangan yang turut hadir disini.

Menatap beberapa mata yang sudah menunggu dirinya untuk mulai menyanyikan lagu dengan poncel ditangan mereka, bersiap untuk mengabadikan moment ini.

Ia hanya bisa tersenyum miris saat menyadari fakta bahwa ia tak bisa marah kepada mereka yang sudah siap untuk merekam dan bisa dipastikan akan mereka posting diakun milik mereka.

Ia memang bukanlah penyanyi terkenal, ia hanya seorang musisi jalanan yang memiliki channel youtube dengan puluhan ribu subscriber dan ribuan Followers di Instagram.

Mengingat hal itu, bukan hal mudah baginya. Sebuah perjuangan yang tak bisa ia abaikan bahkan ia lupakan begitu saja.

Dan ia tidak ingin mengecewakan orang-orang dengan tidak hadirnya dirinya diacara ini. Ia bukanlah laki-laki pengecut yang hanya bisa diam dan meratapi nasib.

Ia yakin ia kuat, itu yang selalu ia yakini sejak kecil dulu. Ia takkan mudah tumbang begitu saja, ia pasti bisa menghadapi hal seperti ini, walau tidak semudah yang dibayangkan.

"Echmm... Doaku untuk mereka..." ucapnya, hening sejenak mengambil napas.

"Semoga mereka selalu bahagia..." sambungnya lagi dengan senyum menghiasi wajah manisnya.

Dapat ia rasakan, tatapan beberapa mata mulai fokus kepadanya, terlebih kedua manik yang menatapnya tajam sedari tadi.

Dan saat kedua mata mereka bertemu, saat manik hitam bak elang itu bertemu tatap dengan kedua matanya, disaat itupula wajah datarnya berpaling, seakan sipemilik mata elang itu tak memperdulikan kehadirannya.

Hati rasanya tercubit, bahkan hancur berkeping-keping, matanya mulai terasa panas. Tapi bukankah ia harus melanjutkan untuk mengisi acara..?

Mulai memetik senar gitar yang selalu menemaninya selama ini.

Apakah kau coba untuk menafikkan
Keikhlasan hatiku padamu
Betapaku mencoba, mendapatkan secebis kasihmu.

Suara merdunya menghipnotis para tamu undangan yang hadir, para tamu mendekati area panggung, merasakan perasaan yang mendalam saat lagu ini ia nyanyikan, bahkan ada pengunjung yang menitikan air mata seketika.

Mereka yang menyadari bahwa ia pernah memiliki sebuah cerita dengan orang itu, akan mengerti bagaimana sakitnya yang ia rasakan saat ini.

Tatapan mata elang itu kembali dapat ia rasakan, seperti ingin beranjak dari posisinya saat ini, Namun sebuah tangan memeluk erat lengan kirinya, menahan dirinya untuk tak beranjak dari panggung miliknya.

TharnType {Kumpulan oneshoot}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang