Prolog - Awal mula kegilaan

Start from the beginning
                                    

Kedua mata mereka saling bertatapan ketika tangan Gisa mulai bekerja di sana. Abi meringis, kemudian memejamkan mata menikmati apa yang Gisa lakukan pada miliknya. Sementara Gisa kini mengalihkan tatapannya pada apa yang sedang dia sentuh saat ini.

Gisa menggigit bibirnya, wajahnya merah sempurna. Sekujur tubuhnya terasa merinding, lebih hebat dari pada ketika Abi mencumbu miliknya tadi.

Abi menepis tangan Gisa, menunduk cepat untuk melumat bibir Gisa hingga bibir mereka kembali bergumul liar. Abi mulai menyatukan tubuh mereka, membuat Gisa membuka kedua kakinya lebih lebar.

Ketika Abi semakin menekan pinggangnya ke bawah, tiba-tiba saja lelaki itu melompat dari tempat tidur sambil mengumpat.

"Anjing!" Abi menatap Gisa setajam elang.

Sedangkan Gisa yang sejak tadi teramat fokus dengan rasa yang bergelung di dalam dirinya menanti penyatuan mereka, hanya bisa menatap Abi bingung. "Lo kenapa sih?!"

Abi mengatup rapat bibirnya, menahan geraman yang sedang berusaha dia tahan.

"Bi," panggil Gisa lagi.

"Lo perawan." Ucap Abi penuh tekanan.

Satu alis Gisa terangkat ke atas. Apa yang baru saja Abi katakan seolah tidak ada artinya bagi Gisa. "Iya, memangnya kenapa?"

Menatap Gisa tidak percaya, Abi secepat kilat menyambar lengan Gisa dan menyentaknya hingga Gisa terduduk di atas tempat tidur. "Lo masih perawan, tolol! Gimana bisa lo berani naik ke tampat tidur ini sama gue?!"

Tidak seperti perempuan kebanyakan yang mungkin saja akan mengerut takut mendapati teriakan kasar Abi, Gisa malah menepis kasar cekalan tangan Abi dan mendengus malas. "Lo alergi sama cewek perawan? Belum pernah dapat perawan ya lo, makanya sampai senorak ini?"

"Apa?"

"Gue kira lo memang sehebat itu di ranjang sampai-sampai dijuluki penjahat kelamin. Ternyata, nyali lo nggak sebesar kejantanan lo. Pengecut."

Gisa menurunkan kedua kakinya ke atas lantai setelah mengucapkan kalimat cibirannya. Jujur saja, berhenti ketika sedang tinggi-tingginya seperti tadi membuat Gisa kesal bukan main.

Gisa menunduk untuk meraih pakaiannya, namun belum sampai dia menyentuh pakaiannya, suara rendah Abi terdengar.

"Gue bukan pengecut."

Kepala Gisa sedikit menengadah. Niatnya mau menatap Abi, tapi matanya malah terhenti pada milik Abi yang tampak masih menegang seperti beberapa waktu lalu. Gisa meneguk ludahnya. Lagi-lagi wajahnya memanas. Untuk pertama kalinya dalam hidup Gisa melihat milik laki-laki secara langsung di depan matanya. Iya, kejantanan Abi adalah kejantanan pertama yang dia lihat langsung. Karena sebelum ini, Gisa hanya pernah melihatnya melalui film-film dewasa yang dia tonton.

Ketika Gisa melihat kedua kaki Abi mendekatinya, Gisa kembali menegakkan punggunggnya. Kali ini wajahnya yang sedikit terangat ke atas bisa di tatap sempurna oleh Abi.

Tatapan Abi tidak seperti biasanya. Kali ini dia terlihat serius dengan tatapan tajamnya yang membuat bulu kuduk Gisa merinding. Abi menyentuh ujung dagu Gisa dan menyentaknya ke atas. Ibu jarinya mengusap lembut namun penuh penekanan bibir Gisa.

"Gue udah sering tidur sama cewek," gumam Abi. "tapi nggak ada satu pun di antara mereka yang gue anggap serius."

Menarik kebawah bibir Gisa, Abi menelusupkan ibu jarinya ke dalam mulut Gisa, lalu menatap Gisa penuh damba ketika Gisa mengerti maksudnya dengan mengulum ibu jari Abi.

"Kalau lo berharap suatu hubungan dari gue setelah ini, lebih baik kita berhenti sekarang. Tapi kalau nggak, gue bisa lanjutin apa yang udah kita mulai."

Gisa memberikan gigitan pelan pada ujung ibu jari Abi hingga lelaki itu meringis semakin bergairah.

Ya, gairah yang bergelung hebat dalam diri mereka tidak sedetik pun padam sejak mereka memutuskan masuk ke dalam kamar hotel ini.

Gisa melepaskan kulumannya, kemudian berdiri dan menatap Abi seduktif. Satu tangannya meremas rambut di belakang kepala Abi. Sedangkan jemarinya bermain di atas dada dan bahu lelaki itu, membelainya dengan penuh kelembutan yang semakin memancing gairah Abi.

"Kalau lo pikir gue tertarik punya hubungan sama lo," Gisa berbisik tepat di telinga Abi. "artinya lo terlalu memandang tinggi diri lo, Abi." Gisa mengecup beberapa kali telinga hingga leher Abi. "gue sama sekali nggak tertarik sama lo. Kecuali..."

Gisa menarik kepalanya kebelakang agar bisa menatap kedua mata Abi. "Ini..."

"Ugh..." Abi melenguh sambil memejamkan mata.

Gisa benar-benar pintar dan liar, batinnya. Lihat saja bagaimana dia menyentuh milik Abi, lalu menggeseknya sesekali di atas selangkangannya.

Gisa menyeringai kecil, "Jadi, lo pilih yang mana?" Gisa semakin mendekat, menjilat bibir Abi lalu mengecupnya lembut. "kita lanjutkan atau... berhenti?"

"Berhenti?" tanya Abi. Dia mendengus. "lo nggak akan pernah bisa keluar dari kamar ini sebelum lo minta ampun sama gue.

"Oh ya?" tantang Gisa sambil menggigit bibirnya seksi.

Abi tidak menjawab apa pun. Dia sama sekali tidak peduli. Karena setelah itu, dia segera mendorong tubuh Gisa kembali ke atas tempat tidur untuk melanjutkan apa yang tadi sempat tertunda.

Abi merasa luar biasa tertantang malam ini.

Maka malam ini mereka benar-benar melewati malam yang panas. Hal yang sebelumnya tidak pernah mereka bayangkan.

Gisa yang baru saja melepas keperawanannya untuk Abi.

Dan Abi yang untuk pertama kalinya meniduri wanita perawan seperti Gisa.

tbc


Niatnya mau dikeluarin pas tahun baru. Tapi tangan gatel pengen ngeluarin sekarang HAHAHAHA. Padahal authornya masih meraba-raba mau dibawa kemana mereka, tapi udah sok-sokan buat prolog.


Iyaaaaa iyaaaaaa. Calista, kan? Nanti malam ya... hehehe.


Btw, yang udah baca After Marriage mana suaranyaaaaa?

Tikus Dan Kucing Jatuh CintaWhere stories live. Discover now