07. Lima Detik (by deowny)

Start from the beginning
                                        

Langkahku terhenti, di depanku ada orang yang menghalangiku. Doyoon. Dia menatapku dingin seperti biasanya. Aku tidak membencinya. Aku hanya tidak suka denganya. Dia teman masa kecil Yeonjun hyung. Jadi aku menghormatinya, tpi sesaat.

"Ku ingin bicara denganmu, tapi tidak disini" Ucapnya dingin. Tidak biasanya dia yang memulai pembicaraan. Biasanya aku yang memulai. Aku juga terpaksa bicara dengannya. Itu karena dia telah membahagiakan Yeonjun hyung waktu kecil.

"Kenapa tidak disini saja?" Jawabku. Ku tautkan alisku. Tidak biasanya dia seperti. Jika ingin biacara, kenapa tidak bicara langsung saja. Aneh.

"Ini menyangkut Yeonjun mu" Mataku membulat mendengar pengakuannya. Menyangkut Yeonjun hyung? Dia baru saja menemuiku tadi. Semoga dia baik-baik saja.

Aku mengikuti Doyoon yang berjalan mendahuluiku. Menuju belakang gedung kampus? Apakah ini masalah yang sangat penting sampai menuju kesana?. Doyoon berhenti aku pun ikut berhenti. Iya berbalik menghadap ke aku. Dia menatapku sendu lalu menunduk. Aku menautkan alisku. Ada apa ini? Kenapa dia seperi itu? Seperti semua beban di dunia ada kepadanya.

Setengah jam kemudian aku kembali ke dalam kampus. Aku tidak menyangka akan seperti ini. Doyoon menceritakan tentang penyakitnya kepadaku. Awalnya aku bingung kenapa Doyoon menceritakan kepadaku. Tapi saat aku mendengarkan alasannya aku paham, dia tidak ingin mebuat Yeonjun hyung sedih. Doyoon-si aku berjanji akan menjaga Yeonjun hyung.

________

Bumi terus berputar. Matahari bergantian muncul dengan bulan. Waktu telah berlalu. Buah telah matang. Bunga mulai mekar. Seperti hubungan ku dengan Yeonjun hyung. Semakin hari aku sangat sayang kepadanya.

Tapi tidak dengan hari ini. Matahari akan tidur. Bulan mulai bangun. Tapu dia sulit untuk untuk ku hubungi. Aku sudah menelefonnya bekali-kali tapi tidak ada jawaban darinya sama sekali. Aku kawatir nan gusar. Aku merasa tidak membuat kesalahan sama sekali. Tapi kenapa dia seperti marah kepadaku.Aku tidak tenang. Aku ingin mencarinya. Aku ining menanyakan semuanya.
Aku mengeluarkan mobil dari garasi. Aku tidak tau harus kemana. Mungkin membelah kota Seoul. Saat di perjalanan ponselku berbunyi. Semoga itu Yeonjun hyung. Ku menepikan mobil yang ku kendarai lalu mengangkat ponselku. Suara dari sebrang sana itu suara Yeonjun hyung.

Aku menanyakan dimana dia sekarang. Tidak ada jawaban. Yeonjun hyung malah menyuruhku untuk pergi ke Hangang Park sekarang juga. Ku tautkan alisku. Hangang Park? Ada apa dengannya? Kenapa dia menyuruhku untuk kesana?. Suaranya tadi agak sendu. Dia seperti menangis. Ada apa denganmu Yeonjun hyung? Semoga kau baik-baik saja.Tanpa berfikir panjang. Aku memutar balik mobil untuk menuju kesana.

Sesampai disana Yeonjun hyung tidak ada. Aku mencoba berfikir posituf, mungkin Yeonjun hyung belum tiba. Aku akan menunggu, itu tidak masalah. Aku berjalan kesana kemari menunggu Yeonjun hyung tiba. Aku merasa gusar. Semoga tidak terjadi apa-apa. Tapi dugaan ku salah.



Sesaat kemudian aku mendengar langkah kaki menuju ke arahku lalu berhenti kala aku menatapnya.Yeonjun hyung. Tatapannya sendu. Matanya membengkak. Pipinya basah. Sepertinya dia habis menangis. Ada apa denganmu?. Ku mendekatinya. Memegang kedua bahunya dengan tanganku.

"Ada apa hyung kenapa kau seperti ini?" Tanyaku lembut. Dia sudah seperti ini. Aku tidak ingin menyakitnya karrna ucapanku.

"Doyoon"

"Dimana Doyoon, Soobin-ah!!" Dia terisak. Dia menatapku tajam sebari menangis. Hyung kelemahanku di saat kau menangis.

Doyoon? Apakah Yeonjun hyung tau tengtang penyakit Doyoon.

"Doyoon? Aku tidak tau hyung"

"Kau bohong Soobin-ah!!" Teriaknya sembari menagis. Dan pelepas paksa tanganku di bahunya. Ku rasa Yeonjun hyung sudah tau semua. Jika seperti apa boleh buat.

"Hyung aku minta maaf" Aku mencoba meraih tangannya namun ia menepisnya. Aku mencoba lagi.

"Hyung aku bisa jelaskan"

"Jangan mendekat"

"Hyung ini tidak seperti yang kau kira"

"Jangan menyentuhku Soobin-ah!!" Teriaknya. Aku bingung dengannya. Aku ingin menjelaskan jika ini hanya kesalah pahaman tapi dia tidak mengerti sama sekali. Aku naik pitam. Dan aku menyesali perbuatanku.

"Hyung!!!" Aku berteriak pada Yeonjun hyung. Emosiku memunjak. Tapi emosiku lambat laun menurun kala melihatnya ketakutan untuk menatapku. Iya kembali menangis.

"Soobin-ah. Kenapa!?. Kau cemburu saat aku bersamanya?" Yeonjun hyung bertanya kepadaku dengan menggebu. Jika seperti ini sulit untuk menenangkannya. Dan akan timbul masalah baru yang aku tidak inginkan.

"Hyung aku tidak seperti yang kau pikirkan. Aku tidak,,,"

"Lalu seperti apa Soobin-ah!? Kau tidak apa? Jelas-jelas kau menyembunyikan ini dariku karena kau cemburu kan" Ia menangis hebat di depanku. Mungkin ini saatnya. Aku yang memulai, aku yang mengakhiri.

"Dimana Doyoon, Soobin-ah?" Ia tersungkar di tanah sebari menangis. Aku tidak tega melihatmu seperti ini Yeonjun hyung. Aku pun memeluknya. Menenangkanya. Tapi kata-kataku membuatnya marah.

"Ia sudah pergi hyung. Ia tidak akan kembali. Ia sudah tenang di alam sana" Aku tidak bisa lagi membendung air mata ini. Akupun menangis. Aku tau jika ini akan terjadi.

Doyoon mengidap penyakit kanker darah stadium akhir. Waktu itu di belakang gedung kampus ia bercerita tentang penyakitnya kepadaku. Aku terkejut setelah mendengarnya. Aku tidak menyangka jia ia merahasiakan kebenaran dari Yeonjun hyung.

"Soobin, aku hanya percanya dengan mu untuk menjaga Yeonjun. Tolong jaga dia. Jangan membuatnya menangis"

Doyoong waktu itu aku berjanji tidak akan membuat Yeonjun hyung menangis. Tapi mungkin saat ini aku mengingkarinya. Maaf.
Yeonjun hyung tersentak mendengar pernyataanku. Ia melepas paksa melukanku dan langsung berdiri. Aku menatap matanya. Raut wajahnya melihatkan jika ia tidak percaya dengan ucapanku.

"Bohong! Kau berbohongkan Soobin-ah. Aku tidak percaya denganmu. Jika benar Doyoon pergi, kenapa ia tidak memberitahuku Soobin-ah? Kenapa!?. Aku tidak suka dibongi Soobin-ah, dan kau tau itukan" Ia menatapku tajam. Ku rasa Yeonjun hyung benar-benar marah besar kepadaku.

Aku mencoba mendekatinya lalu memeluknya untuk menenangkannya. Tapi ia menepis tanganku berkali-kali. Ini kesalahku.

"Soobin-si, aku membencimu. Kita sudahi saja hubungan ini!" Ia berucap dengan dingin. Lalu bergi meninggalkan ku sendiri. Menyakitkan ketika kita blmendenhar ucapan seperti itu dari orang yang kita cinta.

Hujan mengguyur Seoul. Lirih tetesannya mengguyur lelah yang menghisap selutuh nafas di sepanjang perjalanan. Aku pulang dengan sesekali terisak. Malam ini aku tidak akan mengenangnya. Malam ini sangat menyedihkan. Bangkai jika dimasukkan ke dalam wadah lalu di ditutup dengan rapat lama kelamaan baunya juga tercium dari luar. Sama halnya dengan kau berbohong.

Sesampainya dirumah. Terengah-engah langkahku yang mulai gontai setelah hilang separuh jantung. Aku memikirkan kejadian di Hangan Park. Itu membuatku kecewa sangat. Aku tidak bisa tertidur karena memikirkannya. Janganlah kejadian hari ini masuk kedalam mimpiku karena itu sangat menyakitkan.

________

Keesokan harinya aku menelefon Yeonjun hyung untuk menjelaskan semuanya. Tapi ia tidak menjawab sama sekali. Mungkin ia masij marah kepadaku. Aku mencoba dengan telefon rumah untuk menghubunginya. Ku tahu jika yang mengangkatnya nanti bukanlah Yeonjun hyung melainkan bibi Kim, pembantu di rumah Yeonjun hyung.

Katanya Yenjun hyung pergi kebandara ia akan menuju ke Amerika. Ku bulatkan mataku mendengar jawaban dari bibi Kim. Ku kenapa kau pergi?. Aku langsung memutuskan sambungannya, mungkin bibi Kim terkejut akan hal itu. Maaf bibi Kim.Aku bergegas menuju bandara. Amerika? Kenapa Yeonjun hyung pergi kesana?.

Menerobos rambu lalu lintas aku tidak peduli makian orang lain di jalan. Yang terpenting saat ini adalah Yeonjun hyung. Sampai disana aku langsung mencarinya. Ini sangat sulit. Banyak orang disini. Dimana si manisku?.

Amerika, aku teringat ucapan bibi Kim. Aku melihat jadwal penerbangan menuju Amerika. Dan ternyata sebentar lagi pesawat akan meluncur. Oh tidak, semoga aku bertemu Yeonjun hyung.

Sesaat kemudian. Aku melihat orang di depanku agak jauh tapi terlihat olehku. Yeonjun hyung. Aku berlari menemuinya. "Hyung" Panggil ku agak keras. Iya menoleh. Iya melihat ku dengan tatapan dingin. Aku menbenci hal itu. Ia memutar bola matanya dengan malas saat aku berjalan mendelatinya.

"Aku hanya ingin memberimu surat dari Doyoon sebelum ia tiada. Ini untukmu" Aku nyodorkan sepucuk surat kepadanya. Ia menatap sendu surat itu. Ia menerimanya lalu langsung berbalik meninggalkanku.

"Hati-hati diperjalanan hyung!" Kata terakhirku untunya. Iya tidak menoleh. Tapi aku tau ia mendengarkannya. Itu tidak masalah. Aku kembali kerumah. Rasanya sunyi. Entah mengapa rasanya aku hancur sangat saat ia pergi.
Kita dulu berjalan dengan bahu berdampingan. Hal yang tak penting kita tertawakan. Sambil menatap mimpi yang sama. Tapi itu kenangan dahulu saat kita bersama. Mungkin saat ini. Aku berjalan sendiri. Tidak ada tawa. Dam mimpi selalu buruk. Semoga kau tidak. Hyung semoga kau bahagia dengan kehidupan barumu.

Gwangju, Desember 2019

Aku kembali ke Korea. Aku rindu udara disini. Pemandangannya. Suasananya. Dan jangan lupakan aku juga merindukan makanan disini. Aku telah kembali sekitar seminggu yang lalu.
Aku tidak menyangka rumah ini tidak berubah. Rumah yang membuatku rindu akan pemiliknya. Dan  pemilik rumah ini masih tertidur di kamarnya. Aku sudah membangunkannya tapi ia malah merancau tidak jelas.

Aku berada di dapur membuatkannya sarapan. Hanya susu almond dan roti lapis. Ia sangat menyukainya. Aku tidak tau saat aku pergi bagaimana keadaannya. Jika tanya keadaanku disana, aku baik-baik saja. Hanya saja terkadang aku teringat olehnya.

Aku menuju ke kamarnya dengan membawa nampan di atasnya terdapat susu almond dan roti lapis. Benar sekali dugaanku ia masih tertidur. Aku menaruh nampan di atas nakas. Ku ucap pipinya dengan lembut. Tidurnya sangat tenang.

"Soobin-ah, bangun. Katamu kau lapar. Aku membuat susu almond dan roti lapis kesukaanmu" Tidak ada jawaban darinya. Mungkin ia tertidur dengan sangat pulas. Tidak masalah sebari menunggu ia bangun aku ingin membereskan rumah. Ya mungkun ini pertama kalinya ku melakunlkannya.

Saatku kembali Soobin tidak memperbolehkanku bekerja dengan beres. Hanya memberekan kasur Soobin melarangku.

________

Hari ini kita berangkat menuju Hangang Park. Perjalannya lumayan jauh tidak seperti dulu saat masih di Seoul. Kita juga akan menginap di rumah Soobin yang dulu.

Sampailah di Hangang Park. Aku berlaru kesana kemari seperti anak kecil setelah turun dari mobil. Aku berhenti berlali kalaku memergoki Soobin yang sedang memerhatikan ku sebari tersenyum. Aku malu.

Tidak ada yang berubah disini. Sama seperti dulu. Hanya saja disini sangatlah ramai. Aku berjalan mengelilingi Hangang Park dengan bergandengan tangan dengan Soobin. Awalnya aku tidak mau karena mata semua orang menuju ke aku dan Soobin. Tapi katanya ia takut kehilanganku. Gandenglah tanyanku sampai menua nanti Soobin-ah.

Disinilah kami menatap laut dengan senang hati. Disini Soobin mengungkapkan perasaannya kepadaku. Disinilah aku memutuskan hubungan kita. Disina juga kita bersama lagi. Terima kasih Hangang Park.

Soobin membalikkan tubuhku menghadap ke arahnya. Ia menuntun kudua tanganku ke lehernya. Dia setia memeluk pinggangku dengan erat. Dahi kami bersentuhan. Tanpa disadari bibir kami bertemu dan saling memagut. Ciuman ini menandakan jika kami saling mencintai.

Soobin-ah, terimakasih telah mengirimiku buku itu. Jika kau tidak mengirimkannya kepadaku. Mungkin saja aku tidak akan kembali ke Seoul.
–Choi Yeonjun

Hyung terimalasih telah menerima hadiah dariku. Aku tidak menyesal untuk menunggumu selama ini.
-Choi Soobin

--dna--

YEONBIN PROJECT (soobin bithday project)Where stories live. Discover now