"Nah, nak Gio, silahkan ucapkan janji pernikahan kalian," ujar pastur itu pada Arman saat serangkaian doa sudah selesai dibacakan.

"Nak Gio?" Pastur itu kembali bertanya pada Arman.

Arman baru kembali ke kesadarannya saat pastur menepuk bahunya.

"Janji nikah anda,"

Arman menoleh dan bergeser. Dia berhadapan dengan Natasha. Menatap Natasha dengan tatapan seolah meminta keyakinan Natasha. Melihat Natasha mengangguk Arman menarik napasnya dalam-dalam.

"Saya, Gio Armano Kenneth Dimitra. Menerima engkau, Natasha Wijaya, sebagai istri saya yang sah di mata agama dan hukum. Saya berjanji, akan setia kepadamu dalam suka dan duka, sehat dan sakit, kaya dan miskin, sekarang dan selamanya sebagaimana yang diajarkan dalam agama kita. Saya berjanji akan menjadi suami dan ayah yang baik bagimu serta Albern dan anak-anak kita kelak. Di hadapan Tuhan dan pastur sebagai saksi, saya mengucapkan janji ini," ujar Arman walau dengan suara tercekat.

Natasha mengucapkan janji nikahnya saat pastur memintanya.

"Saya, Natasha Wijaya, menerima engkau Gio Armano Kenneth Dimitra, sebagai suamiku yang sah di mata agama dan hukum. Saya berjanji akan menerima engkau dalam suka dan duka, sehat dan sakit, kaya dan miskin. Saya menerima semua kekuranganmu dan menutupnya dengan semua kelebihanmu. Saya akan memaafkan semua kesalahanmu yang tidak engkau sengaja. Saya menerima engkau sebagai mana engkau. Saya berjanji akan menjadi istri yang lebih baik lagi dan menjadi ibu yang baik bagi Albern dan anak-anak kita kelak. Di hadapan Tuhan dan pastur sebagai saksi, saya mengucapkan janji ini,"

"Sesuai dengan janji yang sudah engkau ucapkan. Saya meneguhkan sekali lagi, apakah engkau, Gio Armano Kenneth Dimitra, menerima Natasha Wijaya sebagai istrimu yang sah?"

"Saya bersedia,"

"Dan engkau Natasha Wijaya, apakah engkau menerima Gio Armano Kenneth Dimitra sebagai suamimu yang sah?"

"Dengan satu syarat,"

Ucapan Natasha membuat pastur dan Arman terkejut. Natasha yang sejak tadi sudah menahan airmatanya itu kini tidak bisa menahannya lagi.

"Kelak, jika ada kesalah pahaman seperti ini lagi. Aku mohon jangan pernah pikirkan tentang pisah. Aku tidak mau," ujar Natasha.

"Walau kamu sendiri yang meminta?" Tanya Arman.

Natasha mengangguk. "Walau aku yang meminta. Jangan pernah penuhi itu! Aku tidak mau,"

"Aku janji tidak akan melakukan itu lagi,"

"Aku bersedia kalau begitu,"

Pastur itu tersenyum. "Atas janji yang kalian ucapkan dan berkat dari Tuhan, kalian saya resmikan sebagai suami dan istri, lagi..."

Natasha dan Arman berdoa bersama pastur untuk pernikahan mereka. Baik Arman maupun Natasha menangis bersama. Setelah doa selesai, Arman mengusap air mata Natasha dengan sayang. Lalu, dia mengecup kening Natasha.

"Maafkan aku," ujar Arman.

Natasha menggeleng.

"Jangan menangis lagi!" Pinta Arman.

"Tidak bisa, ini tidak mau berhenti,"

Arman mengusap kedua pipi Natasha dengan perlahan. Airmata Natasha tidak mau berhenti turun. Arman yang tidak tahan langsung saja mengecup kedua kelopak mata Natasha.

"Jangan menangis lagi! Aku tidak bisa melihatmu menangis,"

Arman memeluk Natasha dan mengusap punggung mungil istrinya dengan sayang. Dia menenangkan istrinya. Berterima kasih pada pastur dan menerima nasihat dari pastur. Setelah Natasha lebih tenang, Arman mengajaknya pulang.

[DS#2] Between Me, You and WorkOpowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz