CHAPTER 1 - LONGING

103 3 0
                                    




POV Ezra

There she is. Tak tahu kenapa, tapi aku seakan terbawa kembali ke beberapa bulan lalu setiap melihatnya dari kejauhan. Beberapa bulan lalu saat pertama kali aku bertemu dengannya. Saat itu statusku masih mahasiswa baru, namun alasanku bangun di pagi buta dengan penuh semangat bukanlah karena aku seorang mahasiswa baru yang polos. The reason was a person, and the person is a girl. Seorang senior yang ternyata juga satu jurusan denganku. Bagaimana aku tahu? Satu hari sebelum masa ospek di mulai, I met her for the first time. Hari itu adalah hari pra-ospek dimana kami, para mahasiswa baru, diwajibkan untuk hadir dan mendengarkan instruksi para panitia. Singkatnya, pada hari itu kami di-briefing mengenai pelaksaan ospek fakultas yang  akan berlangsung selama 4 hari. Aku yang tengah duduk dengan buku catatan di pangkuanku, sibuk mencatat arahan dari koordinator kedisiplinan, atau di fakultas ini biasa dipanggil Jendral. Tiba-tiba, seseorang jongkok di sampingku. Otomatis, aku menoleh ke arahnya. It was her, the girl that I was talking about? Jaket almamater kampus, pita berwarna biru muda menandakan bahwa ia berada dalam divisi HPDD terlingkar di lengan kanannya. Dan tentu saja, ia Sedang memegang sebuah kamera tepat di depan wajahnya. Selang satu detik saja aku mendengar cekrekan dari kameranya. Ia lalu menurunkan kameranya untuk melihat hasil potretannya. Merasa sedang diamati, ia menoleh ke arahku. Aku tercengang.

Cantik banget nih cewe, pikirku.

Ia hanya tersenyum manis dan beranjak untuk pergi meninggalkan sisi kiri barisanku. Sejak saat itu aku merasa bahwa kegiatan ospek bukanlan sesuatu yang membebaniku. In fact, aku selalu merasa bersemangat. Terlebih lagi ketika di hari pertama ospek, aku melihat lambang HM prodi Inggris melekat di lengan kiri bajunya. Dia senior gue. Dan saat itu aku tau, I have a crush on her.

Sekarang, di semester dua ini, aku masih mendapati diriku melihat ke arahnya dari kejauhan sambil memendam perasaan yang sama.

"Woy! Ngelamun jorok!" tegur Bobby yang mengagetkanku.

"Anjing lo! Jatoh kan rokok gue," ucapku sambil membungkuk mengambil puntung rokokku yang terjatuh.

"Lagian lo ngapain sebat sendirian di sini? Noh gabung sama Jeje."

"Yaelah, Bob. Lo kaya ga tau aja gue suka nervous kalo beduaan dia doang. Gue nungguin lo nih biar bisa nyamperin doi."

"Elah buciiin, bucin. Yauds, kuy!" ajak Bobby seraya menepuk pundakku.

Kami berjalan ke arah meja Jeje yang sedang duduk menghadap laptop ditemani sepuntung rokok di antara jemarinya, dan es teh manis di atas meja.

"Hai, Jeje!" Bobby menyapanya.

"Eh, Bob. Baru kelar kelas lo?" tanyanya dengan pandangan masih melekat pada layar laptopnya.

"Iye. Abis Metpen nih gue sama Pak Mus. Lo nugas, Je?"

"Iya nih. Deadline-nya sejam lagi."

"Tugas apaan?"

"Drama. Miss Lina kan lagi conference di luar kota tuh, jadi kelas gue dikasih tugas," jawabnya sambil menghisap rokok.

"Masih banyak?"

"Kaga. Nih tinggal submit." Ia menggigit bibir bawahnya sambil menggerakkan telunjuknya di atas track pad. "Done!" serunya puas sambil menutup laptop. "Eh, ada Ezra toh. Diem bae lo."

Can You See?Where stories live. Discover now