26 : Terjebak

12 2 0
                                    

Minggu merupakan hari yang menyenangkan bagi para murid. Karena hanya pada hari itu saja mereka dapat bersenang-senang. Pada hari lainnya mereka selalu dihadapkan dengan berbagai macam tugas.

Lika terlihat malas-malasan walau pagi sedang cerah bersinar. Hilwa yang sudah berpakaian rapi nan cantik dengan kerudung membangunkan Cassie yang bahkan matanya belum melihat dunia. Cassie yang dibangunkan sedikit menggeliat.

"Lo mau kemana, Hil?" tanya Lika sambil membuka laptop milik Zeline. Ia ingin menonton film dihari libur ini.

"Ayo dong, Guys. Kita ke tempat olimpiade Zeline. Sekalian jalan-jalan." Mendengar ucapan "Jalan-jalan" mata Cassie langsung terbuka lebar.

"Jalan? Gue ikut." Gadis itu langsung bergegas ke kamar mandi.

"Hahhh, dasar anak manusia," gumam Hilwa sambil menggelengkan kepalanya.

"Oke deh. Gue juga ikut. Berhubung si Cass kalau mandi suka lama, mending gue nonton dulu."

"Gue juga deh. Dari pada bosan nunggu," ujar Hilwa.

Setelah hampir dua puluh menit akhirnya Cassie keluar dari kamar mandi.

"Lo luluran?" Terlihat Lika gemas dengan Cassie.

"Kagak tuh. Yaudah sana giliran lo! Jangan lama ya!" Cassie tersenyum puas saat berhasil membuat Lika kesal.

Dalam lima belas menit Lika dan Cassie sudah siap untuk pergi. Mereka berencana akan pergi dengan tante Hilwa. Lika dan Cassie meminta izin terlebih dahulu dengan orang tua masing-masing melalui telepon.

***

Waktu Olimpiade telah habis. Semua peserta diperintahkan untuk berhenti menjawab soal. Zeline telah menyelesaikan semua soal hanya dalam lima belas menit. Tentu saja, semua soalnya sama persis dengan  email yang didapatkannya semalam. Kini Zeline begitu tegang. Ia tidak salah namun ia sedang dijebak. Entah siapa yang saat ini sedang menjebaknya.

Saat Zeline keluar dari ruangan olimpiade terlihat bu Yan tersenyum senang menyambutnya.

"Ibu yakin kamu pasti berhasil menjawab semua dengan benar. Kamu pasti menang." Bu Yan memeluk Zeline.

"Terima kasih, Bu. Tapi ada yang aneh. Zeline bisa menjawab semua soal karena ..." Ucapannya  terhenti saat terdengar suara sirine yang begitu keras. Perhatian semua orang teralih pada mobil polisi yang memasuki kawasan parkiran. Mata Zeline terbelalak.

"Kenapa ada polisi?"

"Ibu juga gak tau, Nak," jawab bu Yan sambil memegang tangan Zeline.

Terlihat seorang polisi keluar dari mobil keluar sambil menunjukkan kartu namanya ke setiap orang dan bertanya dimana keberadaan seseorang.

"Mereka  cari siapa? Apa ada buronan lepas?" Zeline memperhatikan gerak-gerik polisi tersebut sambil bertanya-tanya. Hingga akhirnya polisi tersebut menghampirinya dan bu Yan.

"Permisi saya dari kepolisian," ucap sang polisi sambil menunjukkan kartu namanya.

"Saya sedang mencari keberadaan saudari Zeline muthmainnah atas pelanggaran meretas dan mencuri data dari sekolah lain. Saya mendapat laporan saudari Zeline sedang berada di lokasi ini. Apa anda mengenali atau melihat saudari Zeline yang ada di foto ini?" Polisi tersebut menunjukkan sebuah foto.

Bu Yan menatap Zeline dengan kebingungan serta tidak percaya. Zeline terkejut setengah mati melihat yang ada di dalam foto tersebut adalah dirinya. Tiba-tiba pusing dirasakannya. Suara sang polisi terdengar menggema di telinganya. Shock, bingung serta rasa takut bercampur aduk dalam satu waktu. Seketika Zeline terjatuh. Kakinya mendadak terasa lumpuh dan mati rasa.

"Anda saudari Zeline?" tanya sang polisi untuk memastikan sambil memperhatikan wajah yang ada di foto dan perempuan yang terduduk oleh kali yang lemah. Zeline mendongak dan mengangguk lemah.

"Mari ikut saya," ucap polisi tersebut sambil memborgol kedua tangan Zeline. Polisi tersebut membantu Zeline untuk berdiri. Sementara bu Yan berteriak-teriak menarik lengan polisi tersebut. Sedang rekan polisi yang lain menahan bu Yan.

"Dia bukan anak yang seperti itu. Jangan bawa dia!" Bu Yan masih pada pendiriannya mencoba menghentikan.

"Kita akan bicarakan di kantor, Bu. Mohon tenang!"

Sementara itu, Hilwa, lika dan Cassie turun dari mobil tante Ara. Tante Ara punya urusan yang membuatnya tidak bisa ikut menemani anak-anak untuk melihat Zeline ikut lomba.


"Wait!  Itu kenapa ada mobil polisi?" Lika menunjuk mobil polisi yang terparkir di sana dengan lampu biru merah yang menyala.

"Ada apa nih?" Hilwa berjalan mendekati area mobil tersebut diikuti Cassie dan Lika.

Saat tengah berjalan Cassie terfokus pada satu orang yang kedua tangannya di borgol.

"Zeline? Itu Zeline!" teriak Cassie.

"Apa? Cass, mata jangan katarak deh," sanggah Lika sebelum matanya benar-benar jelas melihat bahwa itu memang Zeline.

"Itu memang Zeline!" Hilwa teriak panik.

Mereka berlari sambil meneriakkan nama Zeline. Namun langkah mereka begitu terlambat. Pintu mobil ditutup setelah Zeline di dorong masuk. Lalu mobil tersebut melaju keluar dari area parkiran dengan sangat cepat.

Hilwa terduduk di rumput. Pandangannya kosong. Lika menangis memeluk Hilwa. Ia bingung dengan semuanya. Sedangkan Cassie mengepalkan tangannya dengan sangat kuat. Cassie memandang  ke atas. Tak sengaja matanya bertemu dengan mata Al. Ya, Al berada di lantai dua gedung tersebut. Pandangannya kosong. Ia menatap Cassie adiknya namun ia tak sadar bahwa ia sedang menatap adiknya. Karena saat itu pikiran Al sedang kosong.

"Kak Al," gumam Cassie. Setelah beberapa saat Al pergi dari sana.

"Kakak pasti lihat semua kejadian tadi. Kakak pasti datang ke sini buat ketemu Zeline. Kakak pasti terkejut." Semakin dipikirkan semakin Cassie frustasi.

"Lik, lo di sini dulu ya sama Hilwa. Gue mau cari bu Yan dulu," ujar Cassie yang langsung berlari diantar orang-orang yang berhamburan.

Cassie berlari mencari ke sana sini mencari bu Yan. Setelah beberapa menit berkeliling akhirnya Cassie dapat menemukan bu Yan. Gurunya itu masih terlihat panik dan sedang menekan tombol-tombol di ponselnya seperti akan menelpon seseorang.

"Bu yan," panggil Cassie seraya berlari mendekati bu Yan.

"Cassie? Kenapa bisa ada di sini, Nak?"

"Bu, ceritakan semuanya sama saya. Kenapa Zeline tiba-tiba dibawa sama polisi? Kejahatan apa yang dia lakukan?" Cassie terengah-engah. Napasnya masih belum normal.

Bu Yan menceritakan kejadian yang berlalu dalam sekejap mata itu. Mendengar semuanya mata Cassie terbelalak.

"Apa? Meretas? Mencuri data? Zeline melakukan itu? Zeline tidak sehebat itu untuk dapat meretas dan mencuri data. Itu gak mungkin!" Cassie menghirup napas dalam.

"Ibu juga yakin, Cassie. Zeline bukan anak yang seperti itu," sambung bu Yan.

****


Alohaa
Update lagi nih.

Sorry for typo hehe

Semoga suka yah.

Salam
RiciLight

Monday, 25 nov 2019. 00:48 wib

New DayWhere stories live. Discover now