I. Last Christmas

Mulai dari awal
                                    

"Karena Mark Hyung senior kita?" Jaemin yang sejak tadi terlihat tidak peduli akhirnya membuka suara. Di antara mereka bertiga, dialah yang paling akrab dengan makhluk menyebalkan itu. Dasar para Leo!

"Lagipula, dia sudah mengajak untuk makan es krim bersama. Dan sebelum kalian putus--"

"Bla! Bla! Bla!" Donghyuck segera berteriak, kedua telapak tangan menghalangi telinganya yang dingin.

Renjun menatap jengah, Jeno hanya memerhatikan tanpa ekspresi.

Biar saja! Mereka tidak mengerti perasaannya sebagai anak sekolahan yang masih pemula dalam hubungan romantis.

"Kau terlalu keras kepala, Hyuck."

"Katakan itu pada temanmu," dia menjawab segera, menantang Jaemin.

"Jangan merusak liburan kita yang sebentar lagi berakhir," Jeno menengahi, dengan mudah menghentikan Jaemin yang siap untuk berargumen seharian (bila memang itu yang Donghyuck inginkan).

Mereka diam, memerhatikan Mark bersama teman-temannya yang masih berada di kasir restoran.

Kilas balik dua puluh menit lalu, laki-laki yang lebih tua setahun itu menghampiri meja mereka dan mengundang makan es krim bersama. Ketiga teman Donghyuck, yang dia pikir bisa bekerja sama dengannya, segera menyetujui ajakan tersebut.

Tidak sampai setengah jam mereka menyelesaikan makan lalu keluar dari sana. Pegawai-pegawai restoran (yang sudah terbiasa melihat empat anak sekolahan menghabiskan waktu di meja itu-itu saja hampir tiap hari) antara senang dan bingung saat mereka membayar makan lalu keluar dari sana.

Semua ini karena si laki-laki menyebalkan!

Harusnya mereka menghabiskan minggu terakhir bulan Desember bersama-sama. Apalagi setelah liburan musim dingin, keempatnya akan disibukan oleh pendaftaran universitas.

"Hai," si brengsek menyapa, begitu kasual. Seolah empat bulan yang lalu tidak ada arti baginya. Seolah dia terbiasa mematahkan hati anak sekolahan.

Mungkin memang terbiasa, Donghyuck meringis sedih.

Siapa yang tidak jatuh hati pada Mark Lee? Mark Lee yang begitu populer di sekolah, yang menjadi urban legend di sekolah-sekolah lain, yang ia--

Tidak!

Tidak. Donghyuck menggeleng cepat. Harus enyah semua perasaan dan pemikiran terkait laki-laki sialan itu. Dia akan lulus sebentar lagi, sibuk mempersiapkan diri menjadi mahasiswa baru, sibuk bertemu teman-teman baru.

"Hyuck?" Mark berdiri tidak jauh darinya. Kelihatan khawatir--mungkin takut akan membua malu bila dekat dengan Donghyuck yang berdiri seperti orang bodoh di tengah jalan.

Donghyuck berdehem, merapatkan jaketnya, lalu berjalan lebih dahulu dari mereka. Dia bisa mendengar Jaemin dan Mark bertukar cerita selama liburan musim dingin, juga suara tawa Jeno mendengar ejekan Renjun pada senior mereka itu.

Donghyuck tidak bisa membenci teman-temannya yang akrab dengan Mark Lee. Lagipula, mereka sudah lama berteman. Jauh sebelum dia datang.

Walaupun saat itu, Jaemin dan Jeno sudah siap menghampiri rumah Mark. Mungkin ingin meminta penjelasan, mungkin juga mengajak adu panco--yang sering kali dibahas oleh mereka semua, bahwa Mark akan kalah bila melawan Jeno maupun Jaemin.

Sampai sekarang, orang-orang di sekitar mereka hanya tahu bahwa Mark memutuskan Donghyuck demi menjalani pendidikan sebagai mahasiswa universitas ternama. Karena memang seperti itulah yang Mark katakan.

"Aku akan sangat sibuk. Terlalu sibuk. Aku tidak mau sampai nantinya kita akan menyalahkan hubungan ini, atau saling menunjuk."

Donghyuck saat itu hanya mendorong Mark sampai terjatuh ke atas kasur, lalu berlari pulang sambil menangis.

Bye My FirstTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang