Waktu terus berputar. Sudah berjam-jam tak ada informasi dari konnosuke yang sedang menemani team yang sedang bertugas. Kedua kakinya tak bisa diam berjalan di dalam ruangannya, berharap ia mendapat telepon atau pesan dari team yang disana. Konnosuke yang bersamanya, hanya bisa mendesah melihat sang gadis yang terus berjalan berputar dengan memainkan kedua tangannya. Ia sudah meyakinkan sang gadis berhakama itu untuk tenang, tapi mungkin ia tetap tak bisa tenang karena memang baru kali ini ia mengirim pedang-pedang itu bertugas.
"Aruji, apa kau tidak tau jika berputar seperti itu terus kau akan pusing?" Kaki sang gadis terhenti mendapati sebuah suara. Ia menoleh ke arah pintu kantornya dan melihat mikazuki yang berjalan ke arahnya.
"Mikazuki-san, kenapa kau kesini?" Tanya (name).
Pria berambut biru itu tertawa, "Tidak bolehkah aku memasuki ruangan ini?"
(Name) menundukkan kepalanya dan menggeleng, "Tentu saja kau boleh— maksud ku, siapapun boleh memasuki ruangan ini." Sekali lagi matanya mengikuti pergerakkan mikazuki yang berjalan ke depan jendela. "Apa kau butuh sesuatu?"
"Sepertinya yang membutuhkan sesuatu adalah kau aruji." Iris matanya menatap wajah sang gadis. "Sedari tadi kau terlihat khawatir."
(Name) menutup mulutnya rapat. Matanya menatap lantai dengan sendu. "Kenapa kau bisa tau?"
"Hahaha... Tidak tau kah jika sebuah pedang dengan pemiliknya mempunyai sebuah ikatan?" Sang gadis terdiam mencerna kalimat yang terucap dari mikazuki. Sekali lagi ia menggeleng.
"Aku belum pernah mendengar hal seperti itu."
"Hm.. aku juga belum pernah mendengarnya." Ucap mikazuki clueless membuat (name) sweatdrop. Disituasi begini pun, mikazuki masih bisa bercanda.
"Mikazuki-san!" Tampang kesal tertera di atas wajah saniwa muda itu. Dan ia hanya dapat mendengar tawaan dan permintaan maaf dari pedangnya. Senyuman terukir sedikit diwajahnya, sepertinya ia memang membutuhkan sedikit hiburan.
Tawa mikazuki terhenti. Ia membalikkan badannya ke arah (name), matanya yang seakan bersinar terpantulkan oleh sinar yang menembus dari jendela menatapnya lembut, "Tapi ingatlah ini, pedang akan selalu mencintai tuan mereka. Walaupun dalam keadaan yang tidak menguntungkan bagi mereka, mereka akan selalu memilih tuannya." Iris biru mikazuki menerawang jauh. Seakan ia melihat kilas balik sesuatu yang pernah ia hadapi.
"Keadaan yang tak menguntungkan seperti apa?" (Name) memiringkan kepalanya sedikit.
Mikazuki menatap matanya dengan sendu. Ia tersenyum, "Kau tak perlu mengetahuinya, apalagi kau sedang memikirkan pedang yang sedang bertugas. Aku takut kau akan semakin pusing."
(Name) cemberut mendengarnya. Ia tak mengerti apa yang mikazuki katakan.
Mikazuki merogoh sesuatu dari balik pakaiannya. Ia mengambil secarik surat berwarna putih. "Aku membawakan ini untukmu. Seseorang yang diutus dari pemerintahan mengirimkannya."
(Name) mengambil surat tersebut. Ia membalikkan kertas berbentuk persegi panjang putih itu dan menemukan sebuah tulisan tangan diatasnya.
Ia memutuskan untuk membacanya nanti.
"Hasebe sudah menyediakan makanan untukmu aruji."
~~
Hari telah berganti. Semua touken danshi sedang menyiapkan beberapa peralatan untuk merayakan festival nanti malam. Semua sudah terpasang dengan rapi dibatas bukit, berdekatan dengan pohon sakura. Lampu hias, ornamen-ornamen, dan juga beberapa kedai sudah terpampang. Beberapa touken danshi terutama para tantou memakai yukata. Mereka berterima kasih kepada aruji mereka yang membelikannya di yorozuya. (Name) juga baru tahu kalau tempat klontongan tersebut mempunyai banyak barang, seperti mall yang berada di toko kecil.
ESTÁS LEYENDO
Memories | Touken Ranbu x Reader
Fanfiction"Everything happens for a reason It's all a blessing in disguise I used to question who I was Well now I see, the answer is in your eyes."
