#2

23 5 1
                                    











Disinilah Taeyong sekarang, Halten bis. Mudah saja, dirinya tidak ingin terkena rumor dengan Pak kepala sekolahnya itu. Memasang aerphone dikedua telinganya, dan memasukkan tangannya kedalam saku. Ingin terlihat keren, tapi sayang. Mukanya yang terlalu manis dan cantik ini tidak bisa membuat Taeyong terlihat keren.

Bis yang Taeyong tunggu tiba, segeralah Taeyong masuk. Duduk dalam barisan depan dekat dengan jendela, melihat jalanan Seoul yang terlihat sedikit lenggang karena entahlah. Cukup dengan waktu dua puluh lima menit dirinya sampai pada sekolahnya, sekolah milik suaminya.

Berjalan kaki dengan tenang tanpa menatap kearah lain, kau tahu. Banyak wanita yang mengidolakannya namun banyak juga yang iri, tentu saja karena tampangnya yang cantik dan manis, tapi sayangnya galak sekali. Seperti sekarang ini,

"Taeyong!" sapa sahabatnya, Ten. Ten dengan tidak elitnya merangkul Taeyong dari belakang membuat Taeyong terhuyung kedepan, untung tidak jatuh.

"Yak! Gua mau jatoh Ten!" jangan kaget, Taeyong disekolahan menggunakan bahasa gaul jadi tidak masalah.

"Ck, engga jatoh kan intinya? Hey Taeyong! ilangin napa sifat galak Lu."

"Engga bisa bawaan dari sononya."

Ten tertawa, sahabatnya ini.

















Disisi lain, Jaehyun dengan setelan formalnya berjalan dengan santai dan sesekali tersenyum membalas sapaan karyawannya. Jika kalian berpikir jaehyun hanya seorang kepala sekolah salah, Dia juga memegang sebagian kecil dari warisan ayahnya. Yaitu perusahaan yang menjadi salah satu warisan milik Ayahnya yang diserahkan kepada Jaehyun, JY  Corp. 

Sesampainya diruangan milik Jaehyun, perlahan Dia mendudukan bokongnya kekursi kerja yang menjadi kekuasaannya. Menatap sekeliling, tidak ada berkas. Maksudnya masih belum ada, hell mana ada karyawan yang menyeselasaikan pekerjaannya dipagi hari ini?

Jaehyun mengambil ponselnya, mengetik angka telepon agar terhubung dengan seseorang.

"Yuta, mulailah pantau Taeyong. Jangan lupa mengirimkan bukti foto dan keterangan."

Tanpa basa-basi Jaehyun mematikan sambungan telepon dan duduk bersantai. Dibenaknya terpintas ide bagus untuk dilakukan pagi hari.










Seperti biasa, pelajaran sialan. Bagi Taeyong pelajaran itu memuakkan sekali padahal jikapun Dia tidak lulus akan tetap kaya tujuh turunan, tapi Taeyong sadar kemalasan adalah bukti kebodohan dengan ini buktinya.

Taeyong sedang menaruh kepalanya pada meja dan menggunakan kedua tanganya sebagai penyangga, memejamkan mata tanpa minat mendengarkan guru yang sedang berkata panjang lebar.


Ketika bunyi panggilan dibagian selatan  mengagetkannya dengan segera Taeyong berdiri dan meminta ijin untuk ketoilet. Tidak disangka, saat terburu-buru seperti ini Taeyong dengan bodohnya tidak melihat jalan alhasil menabrak seseorang.

Segeralah dirinya membungkuk sopan dan mengucapkan maaf. Seketika dirinya mendengus, seharusnya Dia seformal ini pada suaminya, Jaehyun dengan seringainya.

"Maafkan ketidaksopananku Kepala Sekolah,"  bungkuk Taeyong enggan.

Jaehyun hanya mengangguk, kemudian mendekatkan dirinya pada Taeyong sedikit menunduk dan berbisik sesuatu.

"Keruanganku sayang." dan Jaehyun cepat-cepat menegakkan kembali badannya berjalan seperti tidak ada apa-apa.

Taeyong mendengus. Ck, Jung sialan membuat dirinya emosi kembali.











Setelah menyelesaikan urusan bagian selatannya, Taeyong berjalan menuju ruangan Jaehyun. Berpapasan dengan Ten, "Hey! Taeyong mau kemana?"

Taeyong dengan isyarat bahunya menunjuk ruangan Jaehyun berada pada  sudut lorong dan Ten segera paham lalu mengangguk dan melambaikan tangan. Ten memang mengetahui urusan pernikahannya dengan Jaehyun.

Taeyong membuka pintu, tanpa mengetuk masuk dengan santai lalu menjatukan badannya kesofa besar yang disiapkan diruangan Jaehyun. Jaehyun yang lagi-lagi duduk dikursi kekuasaannya tersenyum kecil, berjalan menuju Taeyong dan mengangkat tubuh mungil itu.

"Istri manjaku ini, kenapa sangat lucu?"

Jaehyun gemas dengan Taeyong, lalu Jaehyun meletakkan Taeyong dipangkuannya, dan Taeyong mendengung nyaman bersandar pada dada bidang Jaehyun, dengan lembut Jaehyun mengelus rambut halus Taeyong dengan wangi memabukkan yang selalu Jaehyun sukai sejak mereka kecil.

Karena Taeyong tidak merespon ucapannya, Jaehyun dengan usil mengusap pinggang Taeyong dan sesekali mencium bagian belakangnya, titik sensitifnya. Taeyong merengek, "Jaehyun! Hentikan, Aku mengantuk."

"Seharusnya tidak usah berangkat saja Taeyong."

"Ck, kau tahu? Mrs, Bae mungkin akan menghubungimu jika Aku tidak berangkat sekarang."

"Ah benar, Alu lupa jika hari ini ada pelajarannya dikelasmu."

Taeyong tersenyum, "Apa yang kau ingat tentangku Jaehyun?"  nadanya terdengar sangat dingin, tapi Jaehyun tidak merasa takut justru ekspresi Taeyong yang seperti ini ingin Dia lihat setiap pagi.

"Ada satu Taeyong, ekspresimu saat mendesahkan namaku dan juga desahanmu yang merdu itu."   Jaehyun menyeringai,

"Yak! Sialan, jangan bahas hal seperti itu."













Gimana? Ada yang penasaran? Kayaknya engga banyak yang minat sama work ini.
Jangan lupa vote dan komen!
-Nay






















Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 12, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

klasik, but ily 3k | JaeyongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang