8st

4.3K 389 49
                                    

Jeno melihatnya. Jaemin juga Renjun sedang duduk berdua di kantin, bersenda gurau dengan begitu ceria tanpa ada setitik beban. Entah kenapa, sejak pengucapan Renjun saat itu.. Jeno merasa dirinya hampa, kosong, hatinya perih. Dan ia tidak nafsu makan apapun.

Seperti orang putus cinta.

Cowok berwatak posesif itu ingin marah, karena Jaemin seenaknya menyentuh Renjun. Bisa menjadi sumber tawa Renjun, mencubit bahkan menggandeng si mungil menggemaskan. Bahkan saat mereka berpapasan--Jeno dan Renjun--Jeno tidak mendapat lirikan atau sapaan seperti biasanya.

Lesu.

"Lo kenapa sih, Jen?"

Mark akhirnya mengemukakan pertanyaan tersebut setelah sekian menit risih mendengar helaan napas putus asa milik sahabatnya.

"Gatau, tiba-tiba hilang semangat aja dari kemarin."

"Jaemin nolak cinta lo lagi?"

Jeno menggeleng, dia menelusupkan kepalanya di lipatan tangannya. "Gua gak tau. Semenjak Renjun berubah, gua merasakan ada yang hilang."

"Renjun berubah?"

"Iya, dia jadi dingin dan jutek. Ngomongnya juga nambah pedes."

"Apa yang lo rasakan waktu Renjun seperti sekarang?"

"Hampa. Kosong. Juga kangen, gua kesepian."

"Panas waktu liat Renjun lebih sibuk dengan yang lain?"

"Banget sih, haha." Jeno tertawa hambar.

"Jen,"

"Kenapa?"

"Makan karmanya jangan lupa di abisin. Biar gercep nembak Renjun." Mark pergi untuk membayar pesanannya.

Apa katanya?

Karma?

Benarkah ini karma? Inikah yang Renjun rasakan ketika dirinya sibuk bersama yang lain? Dia menghela napasnya berat, mengangat awaknya dan tak sengaja atau memang kebetulan, matanya menangkap tangan Jaemin bertengger di pinggang Renjun. Hatinya panas dingin melihatnya.

"Ck. Apa-apaan sih tangannya?!" gerutu Jeno merasa tak terima.

Jeno bangkit dari duduknya, sempat menggebrak meja kantin dan membuat murid yang sedang sibuk makan berjengit kaget, kantin menjadi hening setelah terakhir sebelum keluar, Jeno menendang kursi.

"Si Jono marah, bos. Ahahaha." Hyunjin tersenyum miring, akhirnya musuh bebuyutannya merasakan karma.


•°•°•°•°•°•°•°•°•°•


Ini sudah memasuki minggu ketiga, Jeno masih tetaplah Jeno yang selalu berusaha menghindar dari kenyataan kalau dirinya mencintai Renjun, sekarang dia uring-uringan sendiri ketika melihat musuhnya itu sedang bersenda gurau dengan anak-anak basket sekolahnya.

Di kantin, lebih tepatnya. Jeno diam, wajahnya dingin dan pandangannya menusuk layaknya belati yang hendak menghunus. Auranya pun berubah menghitam, Mark dan Minho merasakannya. Kakak beradik itu berpandangan, tersenyum jahil.

"Jen, cemburu tuh jangan ditutupin. Ntar, makin direbut si Renjun sama Seungmin."

Cengkraman pada gelas berisi es marimas jeruk menguat. Jeno makin mengeluarkan aura hitamnya yang merambat hingga membuat bulu kuduk meremang. Yah, kecuali Minho dan Mark sih.

"Gue denger-denger, Renjun punya sahabat yang deket banget ya, Mark? Katanya sahabatnya itu mau pulang dari Amerika."

"Iya, dia mau pulang dari Amrik, lusa nyampe kayaknya." Mark sengaja sekali membuat Jeno makin cemburu. Padahal yang mau pulang itu kakak sepupunya Renjun, bukan sahabatnya.

"Katanya sih, cowok."

PRANG!!

Hening...

Bunyi gelas pecah. Bukan, bukan ibu kantin lagi mencuci piring terus jatuh, bukan. Itu Jeno yang sengaja memecahkan gelasnya sebagai pelampiasan amarah. Mark dan Minho tentunya kaget, begitupun Renjun yang sejak tadi diam-diam memperhatikan gerak-gerik Jeno.

Jeno sudah pergi dari kantin sejak sedetik gelas kaca milik Bu kantin dia pecahkan. Dalam alam pikirannya terus berkomentar ini lagi, saingan dua belom juga kedepak nambah lagi. Asu asu. Kesel gua BANGSAT!

Dering seluler dari ponsel milik Renjun mengagetkan para murid lainnya, dia meminta maaf sebelum pergi dari kantin dengan tergesa-gesa.

Qaq lucknut🐝
|Gw dah sampe bandara
|Cpt samperin elah
|Dah kyk org gila gw d sni
|Enjun!

Setan memang kakak sepupunya itu, sedang asik asik juga malah disuruh jemput ke bandara, dipikir tidak ada taksi yang lewat begitu di sana? Hello? Jaman modern shay! Kesal Renjun tuh.

Untung saja jarak dari sekolah ke bandara tidak begitu jauh, jadi Renjun tidak perlu transit istirahat. Dia menancap gas makin cepat supaya kakaknya itu tidak bacot saat sudah bertemu nanti. Soalnya, kakak sepupunya itu cerewetnya melebihi Mak penagih uang kost.

Sesampainya di bandara, Renjun celingak-celinguk mencari keberadaan orang yang lebih pendek darinya beberapa senti itu di kerumunan, takutnya justru terseret dan tidak jadi pulang, kasihan. Tapi, begitu melihat siluet tidak asing Renjun menghampiri sosok itu, dia menepuk bahu lebar orang di depannya.

Orang itu berbalik dan kaki Renjun terasa lemas, jantungnya berpacu dengan cepat. Tangannya gemetar, matanya memancarkan sinar redup penuh ketakutan. Orang itu bukan kakak sepupunya melainkan mantan sahabatnya sewaktu masih duduk di bangku menengah pertama.

"RENJUN!!"

Menyangga tubuh Renjun yang hampir terjatuh ke lantai saking lemasnya, dia menatap penuh rasa khawatir melihat pemuda cantik di pelukannya ini pingsan. Memilih untuk menggendong dan membawanya ke kursi tunggu, menjadikan tas punggungnya sebagai bantal dari kepala Renjun.

Margodadi, 25 March 2020

.

Tbc

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Mar 31, 2020 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

PHP ™NoRen✔Where stories live. Discover now