Prolog

18 5 0
                                        

Bagi sebagian orang dunia adalah panggung mereka. Dimana mereka memainkan peran sesuai scenario yang di tentukan, yang biasa mereka sebut sebagai takdir. Secara harfiah takdir itu tak bisa di ubah, hanya bisa diterima.

Mereka yang punya kekayaan, punya kekuasaan. Mereka yang miskin atau mereka yang tak punya sesuatu hal yang di banggakan. Mereka yang saling mencintai, bahkan mereka yang saling membenci. Mereka semua hanya bisa pasrah terhadap takdir.

Sakura salah satu di antara mereka. Sakura termasuk orang yang beruntung. Terlahir di kalangan orang kaya, hidupnya mewah. Dia bahkan sekolah di sekolah terfavorit di kotanya. Dia punya banyak teman, dan tak ada yang membencinya. Kurang beruntung apa lagi dia. Selain itu, dia juga mempunyai tunangan. Namanya Elang Aksara Jaya. Pemuda tampan, berkarisma dan juga dari kalangan kaya.

Sakura sangat mencintai tunangannya. Sejak kecil gadis itu menyukai Elang. Sejak kecil mereka selalu bersama, hingga mereka bertunangan dan sampai saat ini pun Sakura masih mencintainya.

Sayangnya cinta Sakura bertepuk sebelah tangan. Tunangannya Elang tak pernah menyukainya. Elang memang selalu bersamanya tapi tidak untuk hatinya. Hati pemuda itu tak pernah ada untuknya.

Betapa menyakitinya cinta sepihak yang Sakura rasakan. Semakin sakit rasanya untuk Sakura ketika dia tersadar bahwa dirinya hanya gadis penyakitan. Gadis itu sudah mengidap penyakit jantung ketika dirinya masih kecil. Betapa menyedihkan hidupnya ketika Sakura sadar bahwa hidupnya tak lama lagi.

Hidup Sakura makin menyedihkan, di saat dia lahir dia harus kehilangan ibunya. Selama 17 tahun dia hidup dia tak pernah merasakan kasih sayang ibunya. Dia hanya bisa merasakan kasih sayang ayahnya. Selama 17 tahun hidupnya menderita karena merindukan kasih sayang ibunya.

Gadis itu punya harapan, dia ingin merubah takdir. Dia ingin perannya berubah, dia ingin scenarionya berjalan sesuai keinginannya. Dia hanya ingin hidupnya berubah.

Sakura hanya ingin keadaanya berubah. Dia tak peduli jika dia dilahirkan dari keluarga miskin tak berada. Yang dia inginkan adalah ibunya ada di sisinya bersama ayahnya.

Sakura hanya ingin hidupnya berubah. Dia tak peduli jika dia bersekolah di sekolah biasa. Yang dia inginkan hanya cintanya yang tak bertepuk sebelah tangan.

Sakura hanya ingin semuanya berubah. Dia tak peduli harta benda yang dia punya. Dia hanya ingin bisa hidup lebih lama lagi. Hanya itu.




Bib!

Bib!

Bib!

Suara mesin detak jantung memecah kesunyian ruangan itu. Deru nafas di balik alat bantu itu terdengar pelan. Tersenggal seperti akan berhenti. Denyut jantung yang terlihat di sana bergerak lemah.

Di atas tempat tidur pasien, Sakura terbaring lemah. Matanya tak kunjung terbuka, wajahnya terlihat lelah. Dia nampak seperti tidur, terlihat damai. Mungkin ini akhir dari harapan Sakura.

Harusnya Sakura sadar, sejak awal dirinya memang akan berakhir seperti ini. Ending dari semuanya adalah ini. Dirinya yang terbaring dan menunggu waktunya berakhir.

Ruangan itu terasa sunyi, menandakan betapa kesepiannya Sakura disana sendirian. Sakura hanya di temani bunga tulip putih kemarin yang sudah terlihat layu terletak di atas meja di samping kasur pasien yang di tidurinya.

Sayup-sayup Sakura bisa mendengar suara langkah sepatu, walau sebenarnya dia tak sadar. Memecah keheningan, terdengar bergerak mendekat.

Pintu ruangan itu terbuka, menampakkan seorang pemuda tinggi. Pemuda itu berjalan mendekat,  di tangannya tergenggam sebuket anyelir merah yang masih segar. Pemuda itu menaruhnya di vas bunga lain yang ada di atas meja. Tak berniat untuk menggantikan tulip putih yang sudah layu yang juga ada disana.

Pemuda itu bergerak mendekat ke arah Sakura dan kemudian duduk di kursi yang ada disana. Mata pemuda itu menatap hangat Sakura yang terbaring. Tangan pemuda itu mengambil tangan Sakura lalu menggenggamnya. Dielus pelan oleh pemuda itu tangan Sakura.

"Maaf.." kata pertama yang di ucapkan pemuda itu dengan lirih. "...maaf.." sekali lagi pemuda itu meminta maaf dengan lirih seakan begitu menyesal.

"...maafkan aku Sakura..cepat bangun" pemuda itu mengangkat tangan Sakura di letakkan di pipinya. Sungguh betapa dia sangat merindukan gadis itu. Tawanya, sikap cerianya. Dia rindu semuanya.

Pemuda itu mengecup tangan Sakura lalu menggenggamnya kuat seakan belum siap untuk kehilangan. "..aku mohon cepat bangun Sakura. Berapa lama pun, aku akan menunggu kamu bangun Sakura." Pemuda itu tak pernah lelah untuk menatap Sakura.

Tangan pemuda itu bergerak mengelus lembut puncak kepala Sakura. "Sakura jika kamu mendengarkan aku. Aku mohon... Aku mohon bangun".

"Aku tahu ini terlambat.. tapi aku mohon maafkan aku Sakura". Tangan pemuda itu menggenggam tangan Sakura seakan berdoa. Ingatan tentang kenangan dirinya dengan gadis itu membuat air mata lolos jatuh dari pelupuk matanya.

Bib!

Bib!

Bib!

Suara mesin detak jantung seakan membalas perkataan pemuda itu. Pundak pemuda itu bergetar menandakan betapa pilu hati pemuda itu melihat Sakura terbaring lemah.

Pemuda itu tersentak, saat sebuah gerakan kecil dari jari Sakura yang di genggamnya. Mata pemuda itu berbinar penuh harapan, melihat mata Sakura yang bergerak pelan hendak terbuka. Dan ketika mata Sakura benar-benar terbuka pemuda itu segera menekan tombol darurat untuk memanggil dokter diluar.

"Sakura.." hanya memanggil namanya yang bisa pemuda itu lakukan ketika melihat mata gadis itu terbuka.

"..Sakura.. lihat aku". Mata Sakura bergerak mencari suara yang selama ini memanggilnya. Mata sayu dan kemah itu akhirnya bertemu dengan mata pemuda itu. Karena memang kondisi Sakura yang masih lemah maka gadis itu kembali memejamkan matanya.

Tak lama kemudian dokter beserta perawatnya masuk, dan langsung memeriksa keadaan Sakura.

Betapa lega hati pemuda itu, walau masih ada rasa takut disana. Tapi pemuda itu yakin bahwa Sakura akan kembali. Karena pemuda itu yakin bahwa Sakura bisa merubahnya. Merubah hidupnya.

Mungkin harapan yang Sakura impikan masih ada. Harapan Sakura yang ingin merubah hidupnya.












#IwantEverythingtoChange

#Impanda



I Want Everything to ChangeWhere stories live. Discover now