"Siap-siap. Kita bakal minum-minum malam ini. Perayaan, tahu, kan?" kata Taeil.

Donghyuck tidak merasa ia sedang dalam suasana hati yang baik untuk melakukan itu. Apa yang dia inginkan hanyalah memanjakan diri di dalam bungalonya yang nyaman, mungkin duduk di teras sambil memandangi langit malam yang indah, dengan suara debur halus ombak yang menyapu permukaan.

"Maaf, Hyung. Sedang tidak ingin!" ujar Donghyuck, menciptakan raut wajah sedih di rupa yang lebih tua, namun dia mengabaikan.

Taeil kemudian berkata, "Oke. Aku akan minta manajer membawakan makan malam ke kamarmu."

Donghyuck tersenyum lebar. "Kau kakak terbaik yang kumiliki!"

Malam pun tiba dan Donghyuck bisa melihat rekan-rekannya melalui jendela, keluar dari bungalo mereka dan berjalan menuju restoran yang tidak jauh dari situ. Alih-alih mengikuti mereka, Donghyuck diam di dalam kamar, menyalakan lilin-lilin aromaㅡlavendelㅡdi setiap sudut kamar, tak lupa memutar lagu-lagu JP Cooper di ponsel. Dia tersenyum, merasakan kelegaan di sekitarnya, dengan suara sapuan lembut ombak dari luar sana.

Kemudian dia menuju ke kamar mandi, terpesona dengan betapa mewah tampilan ruangan itu. Terdapat sebuah bak mandi dan sebuah cermin besar yang tergantung pada dinding, di atas wastafel. Terdapat juga sebuah ruang mandi yang seluruh dindingnya terbuat dari kaca. Tanpa meninggalkan kesan khasnya, diletakkan beberapa benda tradisional pula dalam kamar mandi tersebut. Donghyuck menyalakan sebuah lilin aroma besar di sanaㅡsebab dia membawa cukup banyak lilin untuk saat-saat seperti ini.

Setelah mengisi penuh bak mandi dengan air hangat dan menambahkan minyak aroma, Donghyuck melepas seluruh pakaian dan masuk ke dalamnya. Dia mendesah dengan bahagia sambil memejamkan mata, merasa nyaman.


Mark tiba-tiba berhenti melangkah, membuat Yuta yang berjalan di sampingnya menolehkan kepala, menatapnya.

"Ada apa?" tanya Yuta.

Mendengar itu, seluruh anggota NCT 127 menoleh dan menatap ke arah Mark.

"Aku tidak enak badan," ujar pemuda itu. "Boleh aku tidak ikut?"

"Tentu saja," jawab Johnny. "Kembali ke kamarmu dan istirahatlah."

"Ya. Apa kau mau pelayan hotel membawakan makan malam ke kamar?" tanya Taeyong.

"Boleh juga. Terima kasih, Hyung."

Setelah itu, Mark berbalik dan melangkah kembali menuju bungalo. Dia bukannya merasa tidak sehat. Dia hanya tidak ingin pergi, karena Donghyuck juga tidak ada di sana.

Ada sesuatu terkait perasaannya, dan agak sedikit rumitㅡmembuatnya menyalahkan diri sendiri karena membuat segala hal jadi tampak rumit.

Dia menyadari segala perilakunya terhadap Donghyuck beberapa hari ini, segala perilaku yang mana sangat tidak baik. Mark mengabaikan lelaki itu, dan menggerutu padanya sepanjang waktu, dan pasti, Donghyuck mulai membencinya sekarang. Itulah mengapa Mark harus meminta maaf. Dia ingin menjelaskan pada lelaki itu, tentang mengapa ia berlaku demikian. Mungkin tidak terlalu jujur, namun dia akan berusaha membuat alasan apa pun yang bisa membuat hubungan mereka kembali seperti sedia kala.


Donghyuck sedang menikmati suasana ketika bel kamar berbunyi. Dia berpikir itu adalah pelayan yang membawakan makan malam, sehingga ia berseru tanpa membuka mata. "Masuk!"

Suara pintu yang terbuka dan menutup terdengar kemudian, berikut suara langkah kaki yang mendekat.

"Letakkan saja makanannya di atas meja, tolong," ujar Donghyuck dari dalam kamar mandi. "Terima kasih!"

[✔] I was Never Really Insane [Bahasa]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang