"Menurutmu bagaimana? Apa aku dan Wooseok terlihat seperti orang berpacaran?", Seungyoun balik bertanya. Seungwoo tersenyum tipis, sangat meneduhkan.

"Awalnya aku bingung melihat kalian berdua, karena kalian sangat dekat. Tapi kupikir, Wooseok memang seperti itu. Ia suka memeluk dongsaengnya, mereka sangat dimanjakan olehnya. Kepadaku juga Wooseok bersikap manja, ia sering memelukku, begitu juga padamu. Dan juga, karena kau sahabat kecilnya, selama ini aku berpikir bahwa wajar saja kau selalu bersamanya dan Wooseok terlihat sangat bergantung padamu. Ketika para anggota menggodamu dan Wooseok, kalian juga bersikap biasa saja. Kupikir, kalian memang hanya bersahabat", Seungwoo menghela nafas panjang, sebelum melanjutkan kata-katanya. Tapi lidahnya kelu, ia tampak bersusah payah merangkai kalimat selanjutnya, bola matanya bergerak menunjukkan kegusaran.

"Awalnya aku pikir, aku masih memiliki kesempatan. Tapi seperti kebanyakan cerita di film atau drama, biasanya tidak ada yang namanya sahabat jika sedekat itu. Jadi aku mulai ragu, apakah kau juga sama seperti cerita itu?", suara Seungwoo memelan di akhir kalimat.

"Kesempatan apa, hyung? Tapi....... tapi, kalimatmu yang pertama benar, aku dan Wooseok hanya bersahabat hyung. Aku membuat orang lain salah paham karena menunjukkan perhatian berlebih padanya", Seungyoun menatap dinding klinik dengan nanar, air matanya mulai menggenang.

"Aku memang pernah menyukai Wooseok, tapi itu dulu, ketika aku menyalah artikan perasaanku padanya. Sekarang, aku hanya menganggapnya sebagai seorang adik yang harus aku jaga dan harus aku bahagiakan karena....", kalimat Seungyoun menggantung karena Seungwoo tiba-tiba memutus pembicaraannya.

"Pernah menyukai? Hanya sekedar pernah? Bukannya masih menyukai?", Seungwoo menatap manik mata Seungyoun. Seungyoun balik menatap Seungwoo, ia tertawa pelan.

"Iya hyung, aku hanya pernah men....."

"Berarti saat ini, kau masih bersahabat dengan Wooseok, begitu?".

Seungyoun mengangguk pelan. Seungwoo berdecih, ia tertawa mengejek. Seungyoun terkejut dengan sikap Seungwoo yang begitu tiba-tiba ini.







"Youn, ada berapa banyak hal yang kau sembunyikan dariku? Kenapa kau berbohong padaku?", Seungwoo tampak berkaca-kaca. Tangannya mengepal, meremas sprei ranjang dengan sangat kuat.

"Berbohong apa hyung?", Seungyoun sungguh tidak mengerti kemana arah pembicaraan Seungwoo. Jantungnya berdebar sangat keras, tidak pernah ia melihat Seungwoo menampakkan manik yang begitu terluka seperti itu.

"Kalau kau hanya berteman dengan Wooseok, kenapa.... Kenapa kemarin malam, di teras kau menciumnya seperti itu?", suara Seungwoo terdengar parau. Seungyoun terkejut setengah mati.

"Hyung, kau... kau melihatnya?", Seungyoun sangat terkejut, matanya memanas. Tangannya gemetaran. Seungwoo tertawa miris, lagi.

"Iya, aku melihat dengan sangat jelas, kau mencium sahabatmu dengan sangat bergairah di teras asrama kemarin. Kemarin aku berniat mengunjungi Wooseok, membawakannya ceker ayam sambil mendiskusikan outfit penampilan kita. Tapi sampai disana aku melihat kalian.... berciuman. Bahkan kalian terlihat seperti nyaris making out, tapi..... tapi kau bilang Wooseok hanya sahabatmu? Aku melihat semuanya dengan jelas. Aku yakin itu adalah kau dan Wooseok. Atau kau mau mengatakan bahwa itu adalah orang lain yang kebetulan mirip dengan kalian? Apa kau mau membodohiku lagi?", Seungwoo menangis, suaranya meninggi dan memberikan penekanan pada beberapa kata. Seungyoun menggelengkan kepalanya, air mata sudah jatuh membasahi pipinya.

"Hyung.. aku... aku tidak akan berbohong lagi. Iya benar yang kau lihat, aku memang mencium Wooseok kemarin", Seungyoun tersengal setelah mengucapkan kalimat itu. Dadanya terasa dihantam oleh palu dengan sangat kuat, membuatnya merasa sangat sesak, rasanya seperti ingin mati saja ketika mengakui perbuatannya yang ternyata sudah diketahui oleh Seungwoo hyungnya.

Drugs || Yocat x Seungzz x SeungseokDonde viven las historias. Descúbrelo ahora