Fin.

245 46 50
                                    

hangyul duduk di kursi paling belakang bus sekolahnya. ransel yang tadinya tergantung di punggungnya ia pindahkan ke pangkuannya. dagunya dia taruh di atas tasnya sementara tangannya sibuk memainkan hp jadulnya. hpnya bukan smartphone, jadi isinya sebenernya gak ada. tangannya cuma cuma naik turun buka-bukain sms yang masuk.

biar keliatan sibuk aja.

kebanyakan sms masuk itu berasal dari mamanya yang sibuk nanyain dia udah dimana. ada juga beberapa sms dari teman-teman dekatnya, yohan dan wooseok, yang ngajakin dia buat main malem itu.

'skip deh, capek banget. yang ada pingsan nanti gue gila.' 

sent.

ia menghela nafas. menyenderkan kepalanya ke kaca jendela. matanya sibuk memandangi ke luar. perjalanan dari sekolah ke kosannya sebenarnya cuma sekitar 10 menit, tapi tanpa kegiatan apapun yang bisa dilakuin, rasanya 10 menit itu kayak 10 jam. sesekali ia melirik hpnya, berharap ada temannya yang segera membalas smsnya, supaya setidaknya, dia ada kegiatan. tapi balasan itu tak kunjung datang.

hangyul melengos. dia capek. bolak balik latihan buat persiapan masuk universitas bikin dia stress. ia memeluk tasnya erat erat sambil memandangi orang-orang di sekitarnya. semua keliatan sama capeknya sama dia. ada yang hampir ketiduran, ada yang udah pules, ada yang bengong aja matanya kosong—

hah?

orang yang duduk di seberangnya... cowok itu lagi sibuk dengerin lagu pake headsetnya, tangannya sesekali bergoyang, mengikuti irama lagu di telinganya...

tapi bukan apa yang dilakuin orang itu yang bikin hangyul kaget..

tapi orangnya.

hangyul bengong, mulutnya kebuka. menatap laki itu lekat-lekat. he can feels the blood drain from his face and his heart sink out of his body.

ini gak mungkin.. ini gak mungkin terjadi..


***


10 tahun lalu

untuk ukuran anak berumur 7 tahun, hangyul jauh lebih aktif dibandingkan anak seumurannya. dia suka melompat kesana kemari, joget joget, ketawa-ketawa karena hal kecil. udah gitu, salah satu hobby dia itu ngomong. kemampuan bicaranya jauh diatas anak-anak seumurannya. mulai dari kosa kata yang dia tau, pelafalan, dan lain-lain. disaat anak-anak seumurannya masih terbata-bata, dia udah bisa lancar berbicara bahkan dengan orang-orang yang umurnya jauh diatas dia.

dia suka ngomong. soal apapun. mulai dari gimana indahnya bulan dan bintang di mata dia, tentang planet-planet, tentang tumbuhan, tentang dinosaurus, tentang bola, tentang rasa sukanya dia sama musim salju, tentang film yang dia baru tonton, apapun.

tapi hal itu juga yang bikin anak-anak lain find it hard to keep up with him. susah. kayak nggak nyambung aja gitu. 

so most of the time, he ended up alone.

kayak sekarang.

dia lagi asik main di lapangan kosong di dekat rumahnya. berlari kesana kemari sendirian menyusuri pepohonan. ketawa sendiri pas daun besar jatuh tepat ke atas wajahnya.

"halo...?"

hangyul celingukan berusaha mencari darimana suara itu berasal. suaranya pelan banget, tapi hangyul yakin dia gak salah denger. ia melangkah dengan hati-hati ke arah yang dia duga sebagai sumber suara. cengiran terus menempel di wajahnya, excited to see where the tiny voice came from.

gone.Where stories live. Discover now