Chapter 23

188 22 0
                                    

Vote before read!
.
.
.
.
.
"Jadi tidak jadi menginap, Phi?" rengek Captain saat Tor mengatakan tidak bisa menginap di tempatnya karena suatu hal yang mendadak.

"Oh ayolah. Kenapa kau jadi manja sekali?" tanya Tor nyaris tanpa ekspresi.

"Baiklah. Have fun, Phi," ucap Captain pasrah dan menjauhkan tubuhnya dari Tor.

"Aku tidak bersenang-senang."

Jawaban Tor membuat Captain semakin merasa ada yang lain dari kekasihnya itu. Biasanya, Tor seperti berat hati berjauhan darinya. Namun, kini ia seperti tidak diinginkan. Bahkan, manjanya juga seperti tidak menarik lagi.

Captain ingin sekali menangis dan berteriak sekencang mungkin saat Tor pergi dengan hanya mengusap puncak kepalanya. Tidak ada kecupan di dahi apalagi bibir.

Ia membuka galeri ponselnya yang hampir diisi dengan foto kebersamaannya dengan Tor. Namun, air matanya lolos begitu saja saat melihat foto mereka tiga hari terakhir. Keteduhan di mata kekasihnya itu nyaris meredup. Bahkan, Tor nyaris tidak memberikan tatapan dalam padanya sama sekali.

Tor tidak mengirimkan gambar seperti biasa. Saat ia bepergian, Captain selalu mendapat potret lelaki itu. Kali ini, Captain yang memberanikan diri mengirimkan pesan pada kekasihnya.

To :
Guardian Angel

Aku selalu mencintaimu apapun yang terjadi.

Pesannya langsung dibuka Tor dalam waktu beberapa detik saja. Namun, butuh beberapa menit sampai lelaki itu membalas pesannya. Captain lagi-lagi tersenyum miris saat melihat balasan Tor yang hanya berupa stiker tersenyum tanpa membalas pernyataannya.

****

"Hai, Captain. Angin apa yang membawamu datang? Kenapa tidak mengabariku terlebih dahulu?" tanya Heart dengan mata berbinar saat melihat Captain berdiri di depan pintu apartemennya.

Namun, rona bahagianya memudar saat melihat wajah Captain yang tampak sangat berantakan.

"Kau sedang tidak baik-baik saja ya?" tanya Heart yang belum juga mempersilakan Captain masuk.

"Apa aku harus bercerita di sini?" Captain menghentakan kakinya kesal.

"Hampir saja lupa. Masuklah! Kau bisa--"

Belum sempat Heart melanjutkan perkatannya, Captain memeluknya erat sambil menangis.

"Hei, kau kenapa?" tanya Heart panik.

"Phi, Phi Tor," ucap Captain tersedu-sedu.

"Duduklah dulu. Kuambilkan minum dulu agar kau tenang." Heart melepaskan pelukan Captain dan mengusap air mata yang nyaris membasahi semua bagian wajah lelaki imut itu.

"Nah, minum!" Heart menyerahkan segelas air yang langsung diteguk habis oleh Captain.

"Terimakasih, Phi. Aku tidak ingin sendirian di saat seperti ini." Captain menyandarkan kepalanya di bahu Heart.

"Kau bisa cerita padaku. Kalau kau ingin mengungkapkan kekesalanmu juga tidak apa-apa. Kau boleh marah--"

Lagi-lagi, ucapan Heart terhenti. Kali ini karena Captain mengecup bibirnya sekilas. Ia nyaris membeku.

"Aku lelah sekali, Phi. Tapi aku nyaris tidak bisa memilih jalan hidupku sendiri. Phi Tor sudah membuatku ketergantungan."

Perkataan Captain kali ini seakan menampar dirinya. Ia seperti pelampiasan bagi Captain. Ia hanya harus menenangkan lara lelaki itu dan harus melihatnya bahagia dengan orang lain.

"Kenapa kau tidak coba bicara padanya?"

"Aku takut dianggap berlebihan."

"Bukankah orang yang jatuh cinta memang selalu berlebihan?"

"Bagaimana agar aku bisa sepertimu, Phi?"

"Cara mencintai kita berbeda, Captain."

Jawaban Heart membuat Captain kembali menangis dan menenggelamkan wajahnya di ceruk leher Heart.

"Sudah, sudah. Cinta memang seperti itu. Kau boleh menangis, tapi jangan berlebihan. Aku tidak suka melihatmu seperti ini."

Captain menghapus air matanya sendiri dan memejamkan matanya. Menghirup udara dalam-dalam untuk menenangkan dirinya.

"Sudah lebih baik?"

Captain menggeleng. Ia benar-benar tidak baik. Namun, ia tidak ingin terus menangis.

"Aku mengerti. Ingin makan sesuatu?"

"Aku ingin pergi minum, Phi."

"Jangan!" Heart menolak keras permintaan Captain.

"Phi, aku hanya ingin menghilangkan semua pikiran yang mengganggu ini."

"Tidak boleh!"

"Phi," rengek Captain sambil memeluk lengan Heart.

"Aku punya beberapa kaleng bir di lemari es. Kau boleh meminumnya. Tapi jangan sekali-kali ingin minum di luar!"

"Aku menyayangimu, Phi Heart." Captain mendaratkan sebuah kecupan kilat di pipi Heart.

Bagaimana Heart bisa menolak permintaan Captain yang menggemaskan itu?

Captain memang selalu tampak menggemaskan. Apalagi saat ini. Lelaki itu terlalu payah dan mabuk hanya dengan beberapa kaleng bir. Heart tak bisa menyembunyikan tawanya.

Namun, beberapa menit kemudian, kekehannya terhenti karena benda kenyal dan hangat membungkam mulutnya dan mulai melumatnya sedikit kasar.

"C... Captain..." Heart mendorong bahu lelaki itu agar menciptakan jarak diantara mereka.

"Phi," rintih Captain sambil mengelus pipi Heart dan menatapnya sendu.

Heart membeku di tempat duduknya dan menahan napas saat wajah Captain kembali mendekat ke arahnya. Ia bisa menatap jelas kilatan gairah di mata Captain dari jarak dekat.

Sebelum semua hal yang tak diinginkannya terjadi, Heart mengirimkan sebuah pesan pada Tor. Entah, Tor akan mengerti atau tidak pada pesannya. Karena, ia mengetiknya dengan terburu-buru. Dan ponselnya juga terjatuh sebelum sampai ke atas meja karena Captain sudah kembali memagut bibirnya rakus.

Heart tidak punya tenaga lagi untuk mendorong bahu Captain agar menjauh. Ia memukuli dada lelaki itu agar melepaskan dirinya. Namun, semua di luar dugaannya. Captain menyatukan kedua tangan Heart ke atas dan menahannya dengan satu tangan. Sementara, satu tangannya membuka satu persatu kancing kemeja yang dikenakan Heart.

Setelah berhasil melucuti pakaian Heart, Captain juga menanggalkan semua pakaiannya. Tentu saja, tanpa membiarkan Heart lolos di bawahnya.

"Captain, no! Please!" Heart masih mencoba melakukan perlawanan dengan sisa tenaganya.

Sementara Captain tidak menghirau apapun yang Heart katakan. Ia memberikan gigitan di sepanjang leher dan dada Heart dan meninggalkan banyak jejak di sana.

Heart memejamkan matanya yang sudah berair dengan kuat saat milik Captain masuk ke dalam miliknya dalam satu hentakan. Ia sudah tidak punya tenaga lagi untuk melarikan diri.

Namun, kali ini, ia kembali bersuara meski sangat pelan. "Captain, jangan di dalam, aku mohon," lirihnya.

Lagi-lagi, Captain yang memang setengah tak sadarkan diri tak menggubrisnya.

"Captain, apa yang kau lakukan?" isak Heart.

Captain malah terkulai tak sadarkan diri di atasnya. Heart benar-benar tidak bisa bergerak sama sekali. Karena, posisi mereka berada di atas sofa yang membatasi ruang geraknya.

Heart hanya menahan isakannya saat melihat wajah tenang Captain yang terbaring di dadanya. Ia hanya berharap, semoga yang terjadi hari ini, tidak akan menimbulkan dampak yang akan menghancurkannya di kemudian hari.









Setelah berkelana mengarungi samudera, akhirnya aku update. Ahaha
Jangan hujat pls!

With Love (TorTain)Where stories live. Discover now