2. Rapat Rapet

4.9K 725 109
                                    

      Kembali siang ini Renjun Wicaksono menginjakkan kakinya di ruang Dewan Mahasiswa atau Dema. Ia membuka pintu ruangan dan udara pengap menyapanya. Kipas angin yang nemplok di langit-langit ruangan tidak bisa mendinginkan ruangan. Renjun menghela nafas.  Di luar terik, di dalam pengap.

Pemuda itu lalu melepaskan tas ransel kesayangan yang telah menemaninya sejak awal menjadi mahasiswa baru, lantas mengipasi lehernya yang berkeringat dengan tangannya yang mungil.

Ruangan itu masih sepi. Rencananya hari ini mereka akan ngumpul dan berembuk masalah mapras nanti. Namun anggota lain nampak belum hadir.

Di kala panas semakin meradang, Renjun berhasil menemukan sebuah kertas-kertas bekas. Ia menggunakan itu untuk mengipasi tubuhnya. Angin yang dihasilkan membuat Renjun mendesah lega. Adem euy, pikirnya puas.

Ketika sedang asyik-asyiknya mengipasi diri, pintu ruangan itu menderit terbuka, menunjukan sosok Jeno yang membawa setumpuk kertas. Pandangan mereka bertemu. Renjun mengerjapkan kedua matanya, bingung harus bereaksi bagaimana.

Jeno yang lebih dahulu melepaskan kontak mata itu, ia segera menaruh kertas-kertas itu di atas meja. Pemuda jangkung itu mencoba memasang wajah datar, padahal jempol kakinya sudah tersipu-sipu malu.

“Udah lama di sini?” tanya Jeno canggung, berusaha mencairkan suasana.

Renjun hanya mengangguk. Ia merasa udara ruangan itu bertambah panas. Jeno membuang wajahnya. Mana sih yang lain?

Jeno gelisah. Ia paling tidak tahan dengan suasana canggung. Apalagi diam-diaman begini.

“Kamu—” Jeno membuka suara sembari sesekali melirik Renjun yang berjengit ketika mendengar suaranya. Lucu. “—udah makan, kan?”

“Belum,” balas Renjun singkat. Jeno menghela nafas. Dari dulu sejak masih pacaran, hingga sekarang, Renjun selalu irit bicara.

Pintu ruangan kembali terbuka dengan keras. Sosok Jaehyun, Doyoung, dan Yuta berada dibaliknya.

“Assalamualaikum!” Jaehyun—sang ketua Dema—berujar lantang. Sesegera saja, pandangan mereka semua tertumbuk pada Renjun dan Jeno.

“Aih, aih, pacaran nih yeeee,” goda Yuta. Hidungnya kembang-kempis. Jaehyun dan Doyoung ikut ribut meledeki mereka berdua.

Renjun dan Jeno hanya bisa tersipu malu digoda oleh kakak-kakak kelas mereka. Mau dibantah juga percuma, mereka ribut sendiri. Lagipula mereka berdua memang sempat berpacaran, dan kating mereka itu pasti belum mengetahui kandasnya hubungan Renjun dan Jeno.

Yaelah lo berdua tahan dikit dong, ga kasihan sama ketua kita yang gak laku-laku?” Ucap Doyoung sembari tertawa lepas.

“Kurang ajar,” Jaehyun menggeplak kepala Doyoung. “Gini-gini juga gue tiap ke Lamborghini* banyak yang minta nomer!”

“Eh berani lo geplak kepala gue?!” Doyoung melotot kepada Jaehyun.

“Apa sih nih berantem depan pintu? Masuk kalian semua masuk.” Taeyong Sucipto menatap semua rekannya dengan kesal. Apalagi malah ketuanya yang jadi dalang pertengkaran.

“Eh, Taeyong. Peace dong peace. Jangan ngomel terus. Santaaaai,” ucap Jaehyun sembari melangkah masuk diikuti Doyoung dan Yuta. Taeyong di belakang mereka bersama Jaemin dan Lucas.

“Santai, santai! Ke laut aja sono kamu kalau mau santai!” Bentak Taeyong.

“Astagfirullah, galak bener ini orang.” Jaehyun mengelus dadanya.

“Yaudah, yaudah, ayo sini kumpul semua. Pertama-tama katanya pada mau bahas sistem acaranya?” Yuta menengahi.

Renjun dan Jeno mulai beringsut mendekat. Mereka semua duduk melingkar. Mereka ialah panitia inti dari acara mapras nanti.

Akcaya Kama [Jeno x Renjun]Where stories live. Discover now