Prolog

91 13 3
                                    

Matahari sudah bersinar sangat terang, tapi Fajar masih tertidur dengan pulas di kamar hotelnya.

"Hahh..hahh!"
Fajar terbangun, nafasnya tersengal.
Bermimpi lagi, mimpi yang sama, indah namun menyeramkan secara bersamaan

"Kenapa gue mimpi cewek itu terus sih?" Keluh Fajar sambil berjalan sempoyongan sebab terlalu banyak menenggak minuman tadi malam.

"Cuma mau bilang, semalem lo kaya orang gila. Nangis-nangis, teriak gajelas. Jadi gausah aneh lagi kalo tiba-tiba mata lo bengkak gitu, ini mungkin efek dari mimpi yang sering lo ceritain itu," ujar Fano mengingatkan, ia tersenyum mengisyaratkan semuanya akan baik-baik saja membuat Fajar mengangguk pelan.

"Gue balik dulu bro, besok gue harus masuk sekolah lagi," Fajar berpamitan pada kawan kawannya yang masih terkapar pusing seperti halnya Fajar.

"Sip bro, Minggu depan kita Party lagi," balas mereka serempak.

Fajar masih berjalan sempoyongan keluar dari kamar hotelnya menuju parkiran mobil. Saking pusingnya dia tak ingat, dimana dia memarkirkan mobilnya.

Fajar, kebiasaannya setiap hari libur hanya minum minum dengan kawannya. Mabuk, merokok, ke club, seolah menjadi makanan utama baginya. Candu, mungkin itu yang dapat menggambarkan diri Fajar.

"Pusing banget gue anjing, Napa hidup gue kayak gini agrrhhhhh," keluh Fajar sambil berkali kali membanting stir mobilnya.

Baru setengah jalan, fajar terjebak macet. Tentu saja membuat fajar uring-uringan. 

Fajar menepi terlebih dahulu di sebuah cafe bernuansa Eropa lama. Dia hanya bermaksud memenangkan pikirannya dengan segelas coklat panas.

Di antrian yang panjang, fajar paling depan. Setelah menunggu hampir 10 menit, akhirnya pesannya siap.

Dengan tangan membawa coklat panas, fajar berjalan santai menuju meja kosong di ujung cafe.

Brukk!

"Njing panas bego!!!" Tiba tiba seorang gadis menabrak Fajar dengan keras. Alhasil, minuman yang pegang Fajar pun tumpah seketika ke bajunya.

Gadis tersebut hanya melirik Fajar sekilas, dia hanya memasang wajah tanpa dosa dan pergi begitu saja meninggalkan Fajar.

Fajar tak terima diperlakukan seperti itu, dia mengejar gadis tersebut dan memegang erat pergelangan gadis itu.

"Lo!!! Harus tanggung jawab atas perbuatan lo!!" Bentak Fajar dengan nada tinggi, alhasil beberapa penghuni cafe menatap mereka berdua.

Gadis itu hanya tersenyum lalu melepaskan genggaman Fajar. Gadis itu pergi, lenyap, seperti ditelan badai.

Pipi Fajar memerah menahan malu, karena menjadi pusat perhatian di cafe kala itu. Kemudian dia pergi, mengendarai mobilnya dengan kecepatan tinggi.

Ting Ting!!

Handphone Fajar berdering tanda ada panggilan masuk, entah sudah keberapa kali. Dari tadi Fajar terus saja memikirkan perempuan yang tadi dia temui.

Nama 'Renata' yang tertera disana, pacar Fajar. Dengan kesal, Fajar menarik tombol hijau ke arah atas lalu mendekatkan benda tipis tersebut pada telinganya.

"Sayang! Lama banget angkatnya" keluhnya

"Iya-iya maaf" Jawab Fajar.

"Yaudah, ke rumah aku cepetan" rengeknya

"Hm"

 "Bawain aku coklat ya!" pintanya

"Iya"

"Sama ice cream di tempat biasa ya! Terus katanya mama nitip martabak yang biasa, keysha peng--"

Tut

Fajar mengakhiri panggilannya.

"Dasar cewek sialan, banyak mintannya," Fajar membanting keras hendphone nya ke kursi penumpang.

Ia kesal bukan main, entah kenapa. Tak biasanya ia begini.

***

Angin mulai berhembus kencang, awan pun mulai hitam, namun hari masih siang.

Fajar kemudian sampai ke tempat tujuannya. Yaitu pemakaman.

Tanpa sadar hujan mulai turun sangat deras. Fajar menghampiri pusara ibunya dengan penuh air mata di pipinya.

Beruntung sedang hujan, jadi tak ada orang yang melihatnya sedang menangis.

"Mah, sampai kapan hidup aku begini. Aku kangen mamah, aku pengen ikut mamah,"

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Oct 06, 2019 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

FajarWhere stories live. Discover now