Part 8

2.9K 238 31
                                    

Hari ini sungguh melelahkan bagi Kim. Usai mandi, Kim langsung merebahkan diri ke atas ranjangnya dan memejamkan matanya. Dia sama sekali tidak berniat untuk makan malam. Yang dibutuhkannya saat ini adalah beristirahat.

Saking lelahnya, Kim hampir saja terlelap dalam tidurnya. Namun, suara ketukan pintu dari arah luar telah mengganggu istirahat Kim dan membuat Kim terpaksa membuka matanya. Tubuhnya enggan bangkit dari tempat tidur, namun suara ketukan di pintu kamarnya semakin terdengar kencang dengan ritme yang cepat.

"Kakak, buka pintunya! Jika malam ini Kakak tidak ikut makan malam, maka tidak ada jatah makan malam untuk besok malam," ucap Miranda dengan suara yang tinggi.

"Ya, tunggu sebentar!" sahut Kim pelan.

Kim membuka pintu kamarnya, lalu berjalan keluar menuju meja makan. Kim menarik kursi di samping Miranda. Kim mengambil sedikit nasi dan dua macam lauk yang tersaji di atas meja makan, lalu memakannya. Baru beberapa suapan nasi masuk ke mulutnya, tiba-tiba kepala Kim terasa sangat pusing. Kim mengunyah nasi sembari memegang kepalanya.

Apa yang terjadi denganku? Kim membatin cemas.

Lorenza dan Miranda saling bertukar tatap sejenak, lalu menatap wajah Kim yang nampak lesu dan memucat.

"Kenapa kau pulang awal hari ini, Kim?" tanya Lorenza dengan nada datar.

Kim memejamkan matanya seraya menahan rasa sakit di kepalanya. Sedetik kemudian, Kim terjatuh ke lantai dengan kondisi tidak sadarkan diri membuat Lorenza dan Miranda terlonjak kaget.

"Kim... ," pekik Lorenza terkejut seraya beranjak dari tempat duduknya, lalu berjalan menghampiri Kim yang tergeletak di lantai.

Miranda hanya berdiri di samping Kim dengan menyilangkan kedua tangannya ke depan dada tanpa berniat untuk mengangkat tubuh kakaknya itu. Sedangkan, Lorenza menepuk-nepuk pipi Kim seraya berseru, "Kim, bangun! Hei, buka matamu! Bangunlah, Kim! Jangan berpura-pura pingsan! Ayo, buka matamu!"

"Astaga, Mom. Kakak itu tidak sedang berpura-pura. Dia benar-benar pingsan," ucap Miranda dengan nada santai.

Lorenza mendelik tajam ke arah Miranda yang hanya berdiri saja. "Kau sudah tahu dia benar-benar pingsan, tapi tidak berbuat apa-apa. Ayo, bantu Mom angkat tubuh Kim ke kamarnya!"

Miranda mendengkus kasar. "Merepotkan sekali!"

Lorenza dan Miranda berusaha sekuat tenaga mengangkat tubuh Kim dan membopongnya sampai ke kamar. Usai membaringkan tubuh Kim ke ranjangnya, Lorenza berseru pada Miranda. "Hubungi dokter terdekat, Mir!"

Miranda yang sedang memijat-mijat lengannya seusai membantu ibunya membopong tubuh Kim, lantas menyahut dengan nada tegas. "Apa, Mom? Harus aku yang menghubungi dokter? Tidak! Aku tidak mau!"

Lorenza menggeram kesal seraya menepuk kuat lengan Miranda. "Kau ini! Mom menyuruhmu baik-baik, kau malah menyahut ucapan Mom. Ayo, cepat hubungi dokter!"

"Oke! Oke! Aku akan menghubungi dokter," balas Miranda dengan raut wajah yang merengut kesal. Seraya menghentakkan kedua kakinya ke lantai, Miranda berjalan keluar dari kamar Kim.

Setengah jam kemudian, seorang dokter wanita datang ke rumah Kim dan langsung memeriksa kondisi Kim yang terbaring lemah di ranjangnya.

Usai memeriksa Kim, dokter itu berkata dengan raut wajah yang serius. "Maaf, Nyonya. Apakah Kim ada mengeluh sesuatu sebelum dia pingsan?"

Lorenza dan Miranda bertatapan sekilas. "Tidak ada, Dok. Wajah Kim terlihat pucat, lalu dia memegang kepalanya. Tiba-tiba, dia pingsan dan langsung tergeletak di lantai," jelas Lorenza.

Inseparable Love ✔ (SUDAH TERBIT)On viuen les histories. Descobreix ara