Paragraf 27 ; New Life

Start from the beginning
                                    

"Ella! Kalau bicara jangan sembarangan! Ada banyak orang di sini!"

"Zanna, aku tidak bicara sembarangan. Aku dengar dia sering tidak ikut kegiatan karena lebih suka menghabiskan waktu di rumah kekasihnya itu. Tinggal satu rumah bersama, tidur bersama pula. Tapi aku kasihan padanya. Sayang sekali dia tidak bisa melihat bagaimana bentuk wajahnya yang buruk rupa ini. Untungnya dia buta, coba bayangkan jika tidak? Lelaki mana yang mau dengan upik abu ini? Jika lelaki normal pasti mereka juga akan langsung kabur."

"Jangan di dengar omongan nenek sihir ini, lebih baik kita duduk di belakang saja."

Zanna menarik tangan sahabatnya itu menuju ke bangku belakang di aula kampus, untuk menjauhkan sahabatnya dari omongan pedas si ratu jahat bernama Ella Zenitha. Ella sangat populer di fakultasnya karena ia memiliki tubuh dan paras yang sempurna, tapi sayangnya ia tidak memiliki akhlak yang baik, sehingga tidak heran jika ia juga memiliki banyak haters.

Saat ini merekaㅡkhususnya para mahasiswa fakultas sastra tengah dikumpulkan di aula fakultas karena pihak kampus akan mengadakan sebuah acara penting, yakni pameran buku yang akan diselenggarakan tahun depan. Para mahasiswa yang diundang ke aula bukan hanya mahasiswa tingkat akhir saja, tetapi juga dari mahasiswa baru hingga menengah.

Alasan dosen sastra ingin mengadakan acara pameran buku adalah karena rendahnya daya minat baca dan minimnya tingkat literasi para generasi muda saat ini, sehingga diharapkan kegiatan mereka tahun depan dapat menjadi cara untuk dapat meningkatkan minat baca mereka terhadap buku. Karena itulah, ketua jurusan di fakultas Sastra menyuruh mereka untuk segera mencari sponsor dan membentuk panitia.

"Acara ini memang akan dilaksanakan tahun depan, namun tidak ada salahnya jika kalian mulai bekerja sama dari sekarang. Saya harap kalian bisa membanggakan nama kampus dan fakultas kita dengan menjalankan kegiatan yang bersifat nasional ini dengan sebaik-baiknya. Kalau bisa, kalian silakan cari beberapa penulis hebat sebagai bintang tamu acara kita. Nanti bisa kita adakan kegiatan bedah buku dan juga talkshow."

"Pak, misalkan kami mengundang penulis terkenal namun penulis tersebut sangat misterius, bagaimana? Tentu masyarakat akan penasaran dengan identitas penulis ini. Kalaupun penulis itu bersedia untuk menjadi bintang tamu kita dan mengekspos dirinya, tentu acara kita akan mendapat apresiasi yang luar biasa."

"Tentu saja boleh. Dengan satu syarat, penulis tersebut tidak merasa keberatan. Tetapi kalau penulis tersebut tidak bersedia, ya jangan dipaksa. Memangnya kalian ingin mengundang siapa? Apa sudah ada penulis yang membuat kalian tertarik untuk mengundangnya?"

"Ada, Pak. Penulis ini terkenal dengan nama penanya. Orion. Apalagi selama ini penulis Orion selalu menyembunyikan identitas aslinya. Tidak ada yang mengetahui apakah Orion itu laki-laki atau perempuan. Namun yang pasti Orion sudah memiliki banyak penggemar karena karya-karyanya yang terkesan suram namun menantang. Genre thriller adalah andalannya, Pak. Tulisannya seakan membawa kita ikut berada dalam dunia yang ia ciptakan."

"Oh, penulis yang sempat viral itu. Oke, terserah kalian. Saya hanya bisa memfasilitasi jika kalian membutuhkan bantuan. Kalau begitu cukup sekian dari saya. Jadi mohon kerja samanya."

Rapat singkat di aula pun selesai. Para mahasiswa kembali ke kegiatannya masing-masing. Sama halnya dengan kedua sahabat karib yang masih menyusun tugas akhir itu. Awalnya mereka berniat untuk mencari referensi lain di perpustakaan sembari mengobrol berdua, namun kedatangan Ella lagi-lagi membuat keduanya jengah.

"Ekhem, pasti kalian berdua tidak tahu siapa Orion."

"Apa urusannya denganmu? Memang kenapa kalau kita tidak tahu siapa Orion? Apa kita akan merugikanmu? Jangan berlagak seperti kamu tahu siapa Orion itu."

"Astaga, Runa! Dasar bodoh! Mahasiswa Sastra tapi tidak tahu tentang penulis-penulis baru. Jangan-jangan penulis yang kamu tahu hanya sebatas Dee Lestari atau Andrea Hirata lagi."

"Runa, kamu ini sedang bicara dengan siapa? Aku seperti mendengar ada suara, tapi aku tidak melihat bentuknya. Oh, iya! Mau buat cover lagu lagi di Youtube, tidak? Sambil sekalian menyapa penggemar online kita. Besok saja kita kerja serius di perpustakaan."

Runa hanya mengangguk, dan mereka berdua pergi meninggalkan Ella yang terlihat kesal karena kata-kata sarkas yang dilontarkan oleh Zanna. Kedua sahabat karib itu tertawa terbahak-bahak, merasa puas bisa membuat Ella kesal karena memang temannya satu itu memiliki sifat yang menjengkelkan.

"Runa, kulihat kamu masih memakai cincin itu. Kalau gosip dari Ella menyebar luas dan mereka melihatmu memakai cincin di jari manismu, apa kamu tidak masalah dengan perkataan mereka?"

"Tidak masalah, karena memang itu faktanya. Meskipun kita tidak sampai melakukan hal yang dilarang."

"Apa kamu tidak merindukannya? Apa kamu juga tidak berniat untuk menghubunginya?"

"Tidak, aku takut dia akan langsung pergi ke sini untuk menemuiku. Dengan kondisinya yang seperti itu, aku tidak mau membuatnya kesulitan, Nana. Aku memang sengaja menghilang agar dia menepati janjinya kelak."

"Misalkan saja dia tidak menemuimu lagi, bagaimana? Misalnya saja dia sudah melupakanmu."

"Aku tahu sifat Saga meskipun aku belum lama mengenalnya. Aku percaya padanya. Aku yakin suatu saat dia pasti akan datang, jika dia sudah membaca suratku."

***

PARAGRAFWhere stories live. Discover now