Paragraf 24 ; Proposed

Comenzar desde el principio
                                    

***

Beberapa menit berlalu, dan Saga masih berdiri mematung di samping ranjang Runa sambil menatap kosong ke depan. Ia merasa jika Runa memang benar-benar tidak mau memaafkannya. Saga memilih untuk menundukkan kepalanya, dan tak lama setelah itu bahunya terlihat bergetar. Saga menangis, karena ia menyadari jika dirinya hanyalah lelaki tidak berguna yang hanya bisa menyusahkan orang lain. Ia juga merasa jika dirinya memang tidak berhak untuk bahagia.

"Selamat ulang tahun, Saga. Maaf karena aku mengerjaimu sejak tadi. Maafkan aku. Akuㅡaku menjadi panik karena kamu tiba-tiba menangis seperti ini."

Runa memilih untuk bangun dan turun dari ranjangnya, lalu dengan erat ia memeluk Saga yang terlihat kebingungan. Namun dengan segera Saga membalas pelukan Runa dan memeluk wanitanya itu dengan sangat erat, seakan-akan ia takut jika Runa akan pergi dari hidupnya. Kini Saga menangis bahagia, pasalnya Evan dan Wira masuk ke dalam kamar sambil membawa kue dan menyanyikan lagu selamat ulang tahun untuknya. Dengan bantuan Runa, Saga dapat meniup lilin tersebut hingga padam.

"Maaf karena aku mengerjaimu lebih dulu, Saga. Maaf karena aku hanya bisa merayakan ulang tahunmu di rumah sakit."

"Tidak apa-apa. Tidak masalah, sayang. Aku merasa lega karena kamu mau memaafkanku. Terima kasih. Aku tidak tahu lagi harus berkata apa selain kata terima kasih padamu. Mumpung kita sedang berkumpul di sini, aku ingin mengatakan sesuatu padamu."

Kening Runa berkerut, tidak paham dengan apa yang hendak Saga lakukan. Dengan senyuman tipis dari bibirnya, Saga mengeluarkan sebuah kotak kecil berwarna merah yang memang menjadi hadiah ulang tahunnya. Hadiah ulang tahun dari Runa. Saga membuka kotak tersebut, lalu mengambil cincin yang berukuran lebih kecil dengan cara merabanya.

"Izinkan aku memasangkan hadiah cincin darimu ini di jari manismu, Runa. Aku harap kamu tidak akan melepaskan cincin ini jika telah terpasang. Aruna, maukah kamu menikah denganku kelak? Tunggu sampai aku bisa melihat lagi. Aku janji akan segera menemuimu di Indonesia dan menikahimu."

"Kamuㅡ melamarku?"

Saga mengangguk dengan mantap. Tanpa menunggu jawaban dari Runa, Saga langsung mencari letak jari manisnya, lalu ia sematkan cincin itu sebagai tanda jika ia telah melamar Runa. Evan dan Wira terlihat sangat terharu dengan kemantapan Saga yang berani melamar Runa meskipun ia tahu jika mereka akan berpisah sebentar lagi. Terutama Wira, hatinya terasa teriris jika membayangkan Saga akan kembali murung ketika Runa sudah kembali ke Indonesia besok.

"Maukah kamu memasangkan cincin satunya untukku?"

Runa mengangguk dan langsung mengambil cincin dengan ukuran yang lebih besar, lalu langsung ia pasangkan cincin tersebut di jari manis Saga. Meskipun ia tahu besok harus segera kembali, namun ia akui dirinya ingin sekali bersikap egois karena Saga. Runa sadar betul perasaannya terhadap Saga terlampau besar, dan semoga saja Saga benar-benar akan datang ke Indonesia untuk menikahinya suatu saat nanti.

"Semoga kamu tidak ingkar terhadap omonganmu itu, Saga. Aku akan menunggumu."

"Tentu, aku adalah orang yang selalu menepati janjiku. Terima kasih karena sudah mau menerimaku, Runa. Semoga perasaanmu tidak berubah, dan semoga kamu mau menungguku. Aku janji akan mendatangimu ketika aku sudah bisa melihat kembali."

"Mengapa kamu berkata seperti seolah-olah sudah tahu jika aku akan segera kembali ke Indonesia?"

Saga tersenyum sambil mengusap pipi Runa dengan tangannya. Senyumannya begitu teduh, mampu memporak-porandakan hati Runa yang sepertinya masih belum terbiasa dengan sentuhan lembut Saga. Tubuh Runa terasa membeku, dan ia pasti akan sangat merindukan saat-saat di mana Saga akan memperlakukannya dengan manis seperti saat ini. Ingin rasanya tetap tinggal, namun ia juga harus menyelesaikan kuliahnya terlebih dahulu.

"Meskipun aku belum tahu kapan tepatnya kamu akan kembali ke Indonesia, tetapi sejak awal aku sudah berusaha untuk selalu siap karena aku tahu waktumu hanya sebentar di sini. Aku sengaja ingin menemuimu ketika sudah bisa melihat nanti karena aku tidak ingin membuatmu malu. Ah, maksudku aku ingin terlihat keren di matamu."

"Tapi aku tidak mempermasalahkanㅡ"

"Aku tahu, tetapi tetap saja aku ingin datang di saat yang tepat. Aku mencintaimu, Runa. Sangat sangat mencintaimu. Meskipun nantinya kita terpisah oleh jarak dan waktu, aku harap kamu tidak akan melupakanku. Tunggu aku, aku pasti akan datang untuk menemuimu. Mumpung kamu masih memiliki sisa waktu di sini, maukah kamu pergi kencan denganku? Besok, mungkin? Aku hanya ingin membuat kenangan indah selama kamu masih di sini."

Runa menggeleng dengan cepat, dan tangisannya pun pecah. Wira paham karena ia tahu apa maksud Runa, namun tidak dengan Evan. Evan terlihat bingung dan ingin menginterupsi keduanya, namun Wira dengan cepat menariknya keluar dengan alasan untuk menjaga privasi keduanya. Saga juga merasa bingung karena ia mendengar suara tangis Runa, namun ia malah mengira jika Runa terlalu bahagia hingga menangis seperti sekarang.

"Apakah kamu merasa sesenang itu sampai menangis, hmm?"

Tangan kanan Saga terulur untuk mengusap air mata yang jatuh di pipi Runa, dan Runa hanya bisa mengangguk sambil terus menatap wajah Saga untuk yang terakhir kalinya. Dengan keberanian yang dimilikinya, Runa segera mencium bibir Saga dengan lembut, sebagai tanda cinta sekaligus sebagai tanda perpisahannya.

'Maaf karena aku harus berbohong padamu. Semoga kita bisa bertemu lagi suatu saat nanti. Aku akan menunggumu, Saga. Jadi, tolong tepati janjimu.'

***

PARAGRAFDonde viven las historias. Descúbrelo ahora