Paragraf 23 ; Stabbed

Start from the beginning
                                    

***

"Aku ingin meminta maaf."

"Percuma, maafmu tidak akan kami terima."

"Aku ingin meminta maaf pada Saga dan wanita itu, bukan padamu."

Evan merotasikan bola matanya dengan malas, ia merasa benar-benar muak dengan wanita yang berdiri di hadapannya ini. Menurutnya permintaan maafnya itu hanyalah bualan belaka, dan hal tersebut jelas terlihat di wajah Rara yang sama sekali tidak merasa bersalah. Runa bahkan harus terbaring koma dengan luka tusuk yang cukup dalam, tetapi wanita itu hanya mengatakan kata maaf dengan entengnya.

"Siapa yang datang? Anak dari pembunuh orang tuaku? Atau wanita yang telah membuat calon istriku koma?"

Wira dan Evan secara bersamaan menoleh ke arah Saga yang sudah dalam posisi duduk manis di sofa, padahal beberapa saat lalu Saga terlihat sudah hampir tertidur lelap. Ada raut wajah kebencian yang kini terlihat dengan jelas di wajah Saga, dan bahkan Rara pun menyadari jika kata maaf darinya tidak akan pernah bisa membuat Saga mau memaafkannya. Tetapi tidak ada salahnya untuk mencoba, bukan Rara namanya jika wanita itu menyerah begitu saja.

"Keduanya benar, bang. Apa yang harus ku lakukan? Haruskah ku panggil dua polisi yang sedang berjaga di luar? Akan ku bilang jika urusan dia di sini sudah selesai."

"Tunggu, Wira. Suruh dia mendekat padaku. Aku ingin berbicara sebentar padanya."

Wira dan Evan awalnya menolak perintah Saga, tetapi pada akhirnya mereka menyetujuinya. Rara terlihat tersenyum tipis, dan senyumannya tersebut membuat kedua lelaki itu semakin jengah. Pada akhirnya Rara dibiarkan untuk mendekat ke sofa untuk berbicara dengan Saga, sedangkan Wira dan Evan berjaga di sekitar ranjang Runa.

"Saga, akuㅡ"

"Sengaja ingin melenyapkan Runa agar aku bisa menjadi milikmu, begitu? Perlu kamu ketahui, berapa kali pun kamu berusaha untuk mendekatiku, aku tetap akan menolakmu. Terlebih sekarang kamu sudah ku cap sebagai orang yang harus kuhindari. Jadi jangan pernah muncul lagi di hadapanku! Ah, satu lagi. Tidak perlu minta maaf padaku atau pun pada Runa. Aku tahu maafmu itu tidak tulus, jadi lebih baik simpan saja kata maafmu itu. Lebih baik sekarang kamu pergi dari sini, aku sudah selesai berbicara denganmu."

"Tapi, Sagaㅡ"

"Tidak ada gunanya memohon padaku. Aku memang buta, tetapi aku bukan orang bodoh yang bisa kamu manfaatkan demi kepuasan pribadimu. Evan, Wira, seret wanita ini ke luar. Aku ingin tidur. Suara wanita ini membuat telingaku sakit."

Evan dan Wira mengangguk dengan mantap, lalu menyeret Rara keluar dari ruang rawat Runa. Kedua polisi yang tengah berjaga di luar dengan sigap langsung menggandeng Rara, dan membawa Rara kembali ke kantor polisi. Wanita itu hanya bisa berteriak memanggil nama Saga sambil berusaha melepaskan diri, tetapi nyatanya kekuatannya tidak sebanding dengan dua polisi yang tengah mengapitnya.

Saga kembali membaringkan tubuhnya pada sofa, berusaha untuk tidur karena jujur saja pikiran dan tubuhnya terasa sangat lelah sekali saat ini. Apalagi ia tadi juga menguras habis tenaganya untuk dapat menemukan Runa dengan kemampuan ekolokasinya, tentu saat ini yang dibutuhkannya adalah tidur.

Evan dan Wira tidak berani mengganggu Saga lebih lanjut, mereka hanya bisa duduk di dekat ranjang Runa untuk berjaga, siapa tahu tiba-tiba saja Runa terbangun dari komanya. Ketika lewat tengah malam, doa kedua sepupu itu pun menjadi kenyataan. Runa sadar, dan orang pertama yang mengetahui hal tersebut adalah Wira.

"Sebentar, akan ku panggilkan dokter."

Wira berbicara dengan nada pelan agar tidak membangunkan Evan yang tertidur dalam posisi duduk, maupun Saga yang sudah tertidur lelap sejak tadi. Runa hanya menggeleng, ia tidak mau kedatangan dokter akan membuat Saga terbangun. Meskipun masih ada rasa sakit dan kesal pada Saga, tetap saja Runa merasa sedih ketika melihat raut kelelahan yang terpancar pada wajah Saga. Ia tahu jika Saga pasti sangat mengkhawatirkannya ketika menghilang kemarin.

"Wira, berapa lama aku tidur di sini?"

"Hmm, mungkin belum ada 24 jam?"

"Jadi hari ini adalah hari ulang tahun Saga? Tolong bantu aku untuk memberikan kejutan untuknya, karena aku akan kembali ke Indonesia besok."

"Apa? Besok??? Kalau bang Sagaㅡ"

"Bagaimanapun juga aku harus tetap kembali. Aku bahkan tidak bilang pada Radit dan sudah memesan tiket sendiri sebelum aku diculik, jadi tolong jangan beritahu siapapun karena hanya kamu yang kuberitahu. Selain itu, aku juga sudah menyiapkan surat untuk Saga dalam tulisan Braille. Tolong ambil surat itu dan berikan pada Saga ketika aku sudah pergi nanti. Suratnya ada di rumah, kebetulan aku selipkan di lemari kamar kemarin. Aku mengandalkanmu, Wira."

***

PARAGRAFWhere stories live. Discover now