Paragraf 9 ; This Feeling

Start from the beginning
                                    

"Baiklah. Terima kasih banyak."

Saga hanya mengangguk sambil tersenyum tipis. Lelaki itu kemudian langsung berjalan pelan sambil meraba dinding keluar kamar, menuju kamar Sean yang ada di samping kamarnya. Setelah Saga keluar, Runa segera menutup pintu kamarnya, lalu mengambil charger untuk mengisi daya baterai ponselnya. Baru setelah itu ia melihat-lihat kamar Saga sembari menghempaskan badannya di ranjang empuk milik lelaki itu.

"Aku bisa mencium bau khas dari tubuhnya, dan itu membuatku gila."

Runa berteriak kegirangan dalam hati sambil memeluk guling milik Saga, tidak menyangka jika ia akan mengalami kejadian indah selama berada di sini. Bertemu lelaki tampan, berciuman dengannya, lalu tidur di rumahnya. Ia terlalu senang hingga pada akhirnya ia tertidur dengan cepat. Rasanya sampai ia tidak ingin kembali ke negaranya karena sudah terlalu nyaman berada di sini.

***

Pagi pun datang, dan sesuai janjinya semalam, Saga yang sudah bangun lebih dulu itu segera beranjak untuk membangunkan Runa. Baru saja ia hendak membuka pintu kamarnya, namun suara dari dalam kamar membuatnya mengurungkan diri sejenak untuk membuka knop pintu karena ternyata Runa sudah bangun. Saga pun hanya bisa tersenyum simpul sambil berusaha mendengarkan suara Runa yang sepertinya sedang heboh berbicara di telepon dengan temannya.

"Nana, maaf. Aku belum sempat mengabarimu karena kegiatanku yang lumayan sangat menguras tenaga. Apa kamu baik-baik saja di Jeju? Kalau ada waktu, datanglah ke sini. Di sini juga tidak kalah indah dengan Jeju."

"Sok sibuk sekali kamu, Runa. Nanti weekend aku coba ke sana kalau waktuku luang. Untung kita sempat video call-an sekarang."

"Tapi aku ada jadwal pagi ini. Aku tutup dulu, ya? Nanti siang aku telepon lagi."

"Eh, sebentar. Itu di meja sebelahmu ada foto. Foto siapa? Pemilik rumah penginapanmu? Ganteng banget!"

Runa mengernyitkan keningnya lalu menoleh ke arah samping kanannya, ada sebuah pigura foto Saga yang terpampang dengan jelas di sana

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Runa mengernyitkan keningnya lalu menoleh ke arah samping kanannya, ada sebuah pigura foto Saga yang terpampang dengan jelas di sana. Runa membelalakkan matanya karena takut jika temannya itu akan berpikiran yang aneh-aneh, lalu ia segera memalingkan ponselnya ke arah pintu, tepat di mana sekarang Saga sudah berdiri.

Zanna, teman Runa, berteriak histeris karena melihat ada sesosok laki-laki yang muncul di sana. Sama halnya dengan Runa yang ikut berteriak karena kaget melihat kedatangan Saga yang entah sudah sejak kapan berdiri di depan pintu seperti itu. Bahkan bunyi pintu terbuka pun sama sekali tidak ia dengar, jelas Runa menjadi kalang kabut saat ini.

"Runa, itu siapa? Kamu tidur di rumah lelaki asing? Kamu gila?!"

"Buㅡbukan begitu. Aku bisa jelaskanㅡ"

"Bang Saga sudah bangun? Sedang apa berdiri di depan pintu seperti itu, bang?"

"Runa gila! Kamu tidur di mana sebenarnya? Itu kenapa ada tigaㅡ eh empat cowok ganteng di sana? Gila sih, Runa gila!"

Runa semakin kebingungan karena saat ini Evan dan Wira juga ikut-ikutan muncul di depan pintu. Ditambah kedua sepupu Saga itu bertelanjang dada, jelas membuat Runa kehilangan kata-kata karena melihat otot perut mereka yang terekspos dengan jelas. Belum lagi tiba-tiba saja Sean ikut bergabung dengan muka bantalnya, rasanya Runa ingin menghilang saja saat ini.

"Kakak cantik! Kakak cantik kok tidur sini? Sean kangen!!!"

Belum sempat menghindar, Sean segera berlari dan menghambur ke pelukan Runa, membuat teman Runa yang hanya bisa melihat dari balik layar ponsel itu menjadi kembali berteriak histeris. Lebih tepatnya ia berteriak karena merasa iri dengan Runa yang entah bagaimana bisa dikelilingi oleh banyak lelaki seperti itu, membuatnya ingin segera pergi ke Busan untuk meminta penjelasan dari sahabatnya.

"Sean, mau menemani bang Evan sama bang Wira cari makanan, tidak? Kakak cantiknya belum makan. Kasihan kalau kelaparan."

"Oke, bang Evan. Tunggu sini ya kakak cantik, Sean mau kasih makan dulu."

Runa hanya tersenyum miris sambil menganggukkan kepalanya, dan untungnya Sean segera melepas pelukannya dan pergi bersama Evan dan Wira, meninggalkan Saga yang masih berdiri mematung di depan pintu. Evan memang sengaja ingin meninggalkan mereka berdua, karena ia merasa jika Saga memang mulai menaruh perasaan suka pada wanita itu, meskipun ia mungkin belum menyadarinya.

"Loh, pada pergi? Itu masih sisa satu di depan pintu. Runa, bisa jelaskan siapa lelaki itu? Wajahnya terlihat sama persis dengan yang ada di bingkai foto tadi."

"Aku berniat membangunkanmu, tetapi rupanya kamu sudah bangun. Maaf karena membuatmu terkejut. Kamu baik-baik saja? Aku tidak mendengarmu bersuara sejak tadi. Lalu pertanyaan temanmu juga belum kamu jawab."

Jantung Runa rasanya ingin meledak. Bahkan rohnya pun rasanya ingin lepas dari raganya karena ia masih belum bisa mencerna kejadian beruntun yang baru saja dilihatnya. Apalagi sekarang temannya itu sudah tahu, jelas Zanna akan kelewat penasaran mulai detik ini padanya. Tubuh Runa mematung, bahkan ketika Saga berjalan sambil mengarahkan tangannya ke udara untuk mencari keberadaannya, Runa tetap diam.

Tubuhnya tiba-tiba saja terasa membeku. Ia masih bisa dengan jelas mendengar teriakan Zanna yang heboh karena melihat Saga berjalan mendekat, tetapi Runa tetap merasa tidak bisa menggerakkan tubuhnya. Ia sadar jika dirinya menyukai Saga. Perasaan aneh yang baru kali ini ia rasakan terasa berbeda dari yang pernah ia rasakan sebelumnya, dan Runa takut jika perasaannya ini akan menyakitinya lagi kelak.

"Runa, kamu baik-baik saja?"

Runa menelan ludahnya ketika tangan lembut Saga berhasil meraih pundaknya. Secara refleks, ia segera memutuskan sambungan telepon ketika temannya itu terus berteriak histeris, membuat telinganya lama kelamaan menjadi sakit. Kini kedua tangan Saga memegang pundak Runa, dan Runa pun merasakan ada banyak kupu-kupu yang sedang bertebangan di dalam perutnya.

'Dia memanggil namaku untuk pertama kalinya. Astaga! Jantungku bisa meledak jika seperti ini terus. Bisa gila aku dibuatnya.'

"Aㅡaku, aku baik-baik saja."

***

PARAGRAFWhere stories live. Discover now